Mohon tunggu...
Winarto -
Winarto - Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

noord oost zuid west, thuis best.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sketsa Jakarta: Bertahan dan Menikmati Ibukota

19 Juni 2012   11:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:47 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, walaupun smartphone dicopet di bus Transjakarta dan dipaksa beli tiket bus oleh preman, saya begitu sangat menikmati kehidupan beberapa bulan di Jakarta. Masa-masa ketika berdesak-desakan di dalam bus TransJakarta atau metromini, badan bergoyang seiring dengan bajaj yang berjalan membuat saya masih sering berkhayal masa-masa hidup beberapa bulan di Jakarta. Jika saya rindu Jakarta, saya dengarkan lagu Jakarta I yang dinyanyikan oleh Ebiet G. Ade. Syairnya ada di bawah ini:

Jakarta I Selamat pagi padamu Jakarta Di pintumu kau tak sambut tanganku Hanya suara tawamu ku dengar parau Jakarta Dan nafasmu, gemuruh gemerlapan Seperti sengaja kau ciptakan untukku Sementara, masih tersisa gema doa di mulutku Inikah Jakarta? Hanya beginikah sikapmu Jakarta Atau aku yang salah Bila ku katakan kau tak ramah Debu-debu panas di jalanan Nampak sepi dari cinta dan kasih sayang Tidak seperti di kampungku yang hijau Di sini, Takkan ku temui lagi suara seruling Yang ditiup lelaki kecil sambil berbaring Di punggung kerbau yang digembalakannya Atau nyanyian bambu-bambu Seperti musik simphoni Mengiringi anak-anak telanjang bermain Berkejaran di permatang, basah Selamat malam padamu Jakarta Di manakah kau sembunyikan kekasihku Atau mataku yang tak mampu lagi mengenali wajahnya Sebab, tak ada bau lumpur dan rumput di rambutnya Seperti ketika dia masih tinggal di kampung Suka bercanda berdua di bawah malam purnama Inikah Jakarta? Hanya beginikah kiranya Jakarta Kau cambuk punggung siapa saja Yang kalah atau yang tetap bertahan Bahkan di sini Matahari seperti Enggan terbit dari timur lagi Tidak seperti di kampungku yang damai Matahari selalu terbit dari sela bukit biru Dengan warna kuning kemerahan Di atas hijau dedaunan Di bawah burung-burung mulai berterbangan Di sini aku makin rindu kampungku Di sini aku makin cinta kampungku Bersabarlah akan ku tundukkan Jakarta untukmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun