Mohon tunggu...
Winarto -
Winarto - Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

noord oost zuid west, thuis best.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Lupakan Gadgetmu Sejenak Saja, Mau?

17 Oktober 2011   06:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:51 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi dari Google

[caption id="attachment_4011" align="aligncenter" width="484" caption="Gambar ilustrasi dari Google"][/caption]

Sakget (Sakit Karena Gadget)

Demam gadget ada di mana-mana. Saat ini, banyak orang yang tergila-gila dengan apa yang disebut dengan handphone, smartphone, ipod dan sejenisnya. Di pasar, di terminal, di sekolah, di jalan atau di mall dapat dengan mudah menemukan orang-orang yang asyik memainkan gadget yang mereka miliki. Bahkan, banyak dari mereka yang menghabiskan waktu berkelana di dunia maya melalui peralatan kecil (sebagaimana makna gadget dalam Cambridge Advanced Learner's Dictionary third edition yang berarti a small device or machine with a particular purpose) tersebut dengan berbagai macam bahasa tubuh dan bahasa wajah yang menyertai.

Tidak bisa disangkal, beragam gadget yang hadir di pasaran saat ini memiliki banyak manfaat. Dengan media peralatan tersebut, seseorang bisa mendapatkan berita dari beragam penjuru dunia tanpa halangan tempat dan waktu. Melalui gadget itu pula, seseorang bisa terhubung dan berkomunikasi dengan orang lain yang berada di lokasi yang berbeda. Selain itu, seseorang juga bisa mendapatkan hiburan melalui beragam layanan games dan musik yang bisa dinikmati sembari beristirahat. Apalagi ketika berada pada situasi macet. Menggunakan gadget menjadi salah satu alternatif pembunuh waktu dan kebosanan. Sangat hebat, bukan?

Gadget memang peralatan yang hebat dan canggih. Namun, seringkali penggunaannya tidak tepat. Adakalanya, penggunaan gadget-gadget tersebut tidak pada tempatnya. Sebagai contoh, ketika di Indonesia, saya sering menemukan banyak orang yang mengetik di handphone yang mereka miliki ketika sedang berkendara. Bahkan di Belanda, saya juga sering menemui orang yang melakukan tindakan berbahaya tersebut ketika sedang berada di atas sepeda. Ketika melihat orang-orang seperti itu, saya sering berpikir, apakah karena teramat sangat penting sehingga harus melakukan sesuatu yang membahayakan bagi diri sendiri dan orang lain.

Dengan beragam fasilitas dan fitur yang ditawarkan, pada umumnya gadget mampu menarik para pengguna dan pemiliknya untuk terus memegang dan menikmati fasilitas yang dimiliki. Gadget-gadget tersebut sudah dilengkapi dengan beragam jejaring sosial sehingga dapat mengupdate status, di Facebook misalnya, tanpa harus berada di depan komputer. Melalui peralatan yang sama pula, maka pemiliknya bisa dengan gampang pula melihat komentar-komentar yang diberikan dan kemudian membalasnya. Proses yang berulang tersebut seringkali sangat mengganggu produktivitas. Namun, para pemiliknya tidak menyadari kalau sedang diganggu. Pekerjaan yang seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit, namun karena diselingi dengan aktivitas lain, maka pekerjaan tersebut baru selesai dalam waktu 1 jam.

Ketika duduk satu meja dan berbincang-bincang bersama teman-teman, saya sering melihat teman-teman pengguna Blackberry yang mengetikkan sesuatu di gadget QWERTY itu dan sesudah itu meletakkan di meja atau memasukkan ke dalam saku. Beberapa menit kemudian, tampak mereka mengambil kembali BB tersebut, mengetik dan meletakkan lagi hingga beberapa kali berulang-ulang. Suatu kali saya iseng bertanya pada salah seorang pengguna BB. Ternyata, dia sedang mengupdate status di Facebook, membaca komentar dan berbalas komentar. Katanya, jika tidak melihat notifikasi Facebook, ada sesuatu yang terasa tidak komplit. Belum lagi jika harus melihat pesan di BBM yang terus membanjiri.

Dalam batin saya, apakah tidak menghabiskan banyak waktu?

Bagi saya pribadi, memiliki handphone yang bisa untuk menelpon dan berkirim pesan sudah sangat cukup. Saya pernah memiliki smartphone. Ketika pertama kali terpesona, saya jadi sering bermain-main dengan gadget tersebut dan menghabiskan banyak waktu ketika banyak email yang masuk, melihat apa yang terjadi di dunia Facebook saya dan sebagainya. Intinya, saya betul-betul sibuk dengan gadget yang satu itu. Hingga pada bulan Oktober 2010 yang lalu, smartphone tersebut dicopet di bus TransJakarta.

Saya merasa sangat kehilangan sekali. Pada masa-masa kehilangan tersebut, saya seperti tersiksa karena seperti banyak yang hilang; tidak segera membaca email yang masuk, tidak bisa membuka Facebook, Twitter, berita dan sebagainya. Sebetulnya saya berencana untuk membeli smartphone baru karena tidak tahan lagi. Tetapi, setelah berpikir dan merenung, saya mengurungkan niat tersebut. Saya mempertimbangkan waktu yang telah saya buang dengan smartphone tersebut, yang sebetulnya bisa saya pakai untuk aktivitas lain seperti membaca, olahraga dan sebagainya. Akhirnya, saya tidak jadi beli smartphone baru. Saya memutuskan untuk memakai handphone biasa yang paling tidak berfungsi untuk menelpon, menerima telepon dan berkirim SMS.

Kuasai dan Kendalikan Gadget

Berdasarkan cerita di atas, saya sudah merasakan bagaimana kecanduan gadget, walaupun tidak terlalu parah. Tiap beberapa menit, saya harus menengok handphone yang saya miliki apakah ada sesuatu yang baru dinotifikasi. Setelah dicopet, saya juga seperti orang "sakget" atau sakit karena gadget. Hari-hari pertama tanpa gadget yang canggih memang terasa menyakitkan. Tapi saya berpikir, sebelum memiliki handphone itu saja, saya bisa beraktivitas normal, masakan kini saya tidak bisa? Dengan sekuat tenaga saya mencobanya. Beruntung, kondisi tersebut berlangsung tidak lama, karena saya berhasil mengalihkan ke aktivitas lain dan mencoba untuk tidak memikirkan bermain-main dengan gadget yang sudah hilang tersebut. Saya harus mengendalikan diri, bukan gadget yang mengendalikan saya.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, ada beberapa hal yang menjadi penyebab seseorang bisa dikendalikan oleh gadget.

  • Kemilau kecanggihan. Dengan perkembangan teknologi saat ini, banyak fitur yang ditawarkan oleh gadget-gadget modern, selain menelpon dan berkirim pesan. Dengan fasilitas Skype, Messenger, Facebook, Twitter, blogging, catatan, jadwal harian dan musik yang sudah terintegrasi, seseorang bisa sangat dimudahkan untuk berkomunikasi dan bekerja. Akibatnya, pelan-pelan pengguna gadget menjadi tergantung dengan benda tersebut.
  • Banyak waktu luang. Pada saat memiliki waktu luang, seperti menunggu antrian atau di tengah kemacetan, maka bermain-main dengan smartphone adalah solusi yang tepat. Tapi, harus tetap hati-hati karena apabila tidak bisa membagi waktu, maka aktivitas bermain-main gadget tersebut bisa terbawa pada saat mengerjakan sesuatu yang lebih penting. Akibatnya, akan ada rasa penasaran dengan apa yang terjadi pada gadgetnya sehingga selang beberapa menit pasti akan menengok gadget itu.
  • Gengsi dan eksis. Masing-masing gadget memiliki versi dan kecanggihan masing-masing. Karena gadget dianggap sebagai simbol status sosial, maka akan terlihat bergaya apabila menunjukkan gadget tersebut ke orang-orang. Bila sekelilingnya tidak memiliki gadget yang dimiliki, maka akan ada rasa kepuasan. Bila sekelilingnya sama-sama memiliki, maka akan menjadi ajang untuk menunjukkan kehebatan gadget masing-masing.
  • Kata pepatah, witing tresna jalaran saka kulina, jadi karena sudah terbiasa bermain-main dengan gadget, maka pemiliknya akan merasa jatuh cinta dan tidak mau berpisah dengan gadget tersebut. Kemana-mana gadget tersebut dibawa bahkan hingga dibawa ke toilet. Apabila gadget tersebut tidak di saku atau tidak dipegang, maka akan merasa sangat kehilangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun