Mohon tunggu...
Winarto -
Winarto - Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

noord oost zuid west, thuis best.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makan dan Minum dalam Kelas, Mengapa Tidak?

5 Oktober 2011   17:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:18 1560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dilarang Makan dan Minum. Gambar dari Google

[caption id="attachment_3914" align="aligncenter" width="484" caption="Ilustrasi: Dilarang Makan dan Minum. Gambar dari Google"] [/caption]

Makan dan minum di dalam kelas merupakan salah satu hal yang barangkali di Indonesia dianggap tidak wajar, tidak sopan dan beberapa sekolah/kampus malahan melarang keras. Namun di Belanda, kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Pagi ini, saya datang ketika kelas akan dimulai. Di sana sudah ada dosen yang siap mengajar. Tepat di depan saya, ada seorang mahasiswa Belanda yang mengeluarkan buku dan satu kotak makanan berisi roti. Sambil mendengarkan dosen berbicara, dia makan dengan lahap roti yang dibawa. Beberapa mahasiswa lain juga terlihat menikmati kopi dalam gelas plastik yang dibawanya.

Sore hari di dalam kelas yang berbeda, untuk kesekian kalinya saya melihat mahasiswa Belanda yang menikmati buah apel yang dibawa ketika tengah mendengarkan kuliah. Saya tertarik untuk mengupas apa yang beberapa kali saya lihat di dalam kelas tersebut. Inilah yang mungkin disebut dengan "desa mawa cara negara mawa tata" yang bisa dimaknai bahwa setiap komunitas, kelompok, desa, negara memiliki tata cara, adat, kebiasaan, atau aturannya sendiri-sendiri. Jadi, kebiasaan dan tata adat suatu daerah akan berbeda dengan daerah yang lainnya.

Sebelum ke topik tersebut, salah satu hal yang berbeda yang saya juga temui adalah mahasiswa Belanda terbiasa untuk membawa dari rumah kotak makanan berisi bekal berupa roti atau buah. Sepertinya, makan siang bukan adat dan budaya di Belanda. Mereka tidak pernah membawa makanan yang berat ke kampus atau ke kantor. Roti dan buah dalam kotak sudah cukup. Untuk minuman, mereka biasanya membeli di kantin atau membeli di mesin otomatis berupa kopi atau soft drink. Tidak jarang pula mengambil langsung dari kran dan langsung meminumnya. Ketika makan siang tiba, maka mereka makan bekal yang mereka bawa itu sambil tetap melakukan aktivitas yang mereka lakukan atau duduk santai di taman dan tempat-tempat yang mereka pilih. Berbeda dengan Indonesia, makan siang berarti piring akan penuh dengan nasi, sayur, lauk pauk hingga satu gelas es teh.

Dengan kebiasaan tersebut, ketika berada di dalam kelas, saat mereka merasa lapar dan membutuhkan suntikan energi, maka mereka tinggal membuka kotak makanan yang mereka bawa lalu menikmatinya sambil tetap mendengarkan kuliah. Sesekali memang terdengar suara orang sedang menggigit apel, namun sama sekali tidak ada reaksi dari sesama mahasiswa ataupun dosen. Perkuliahan tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Saya membayangkan kejadian itu terjadi di Indonesia. Ketika saya duduk di bangku sekolah dulu, ada seorang teman yang ketahuan makan ketika guru sedang mengajar. Saat itu juga, guru itu menyuruh teman saya itu untuk keluar dari dalam kelas dan menyuruh menghabiskan makanannya. Namun, ada pula siswa yang lihai dengan makan sambil sembunyi-sembunyi dengan maksud agar tidak ketahuan.

Setelah melihat seorang mahasiswa yang makan apel di dalam kelas itu, saya lantas berpikir mengapa di Indonesia melarang siswa-siswinya makan dan minum di dalam kelas ketika pelajaran sedang berlangsung? Apakah lantaran faktor ketidaksopanan dan ketidakpantasan semata? Penasaran dengan hal tersebut, saya bertanya tentang kebiasaan makan di dalam kelas tersebut. Meskipun hanya beberapa menit dialog tersebut, tapi saya dapat menangkap bahwa makan dan minum itu bertujuan untuk menambah energi sehingga di dalam kelas tidak merasa kelaparan dan kekurangan energi.

Selama beberapa bulan kuliah di Maastricht University dan kemudian di Groningen University, saya mulai meniru kebiasaan mahasiswa Belanda. Saya membawa bekal berupa roti dan buah dan memakannya di kampus. Tetapi, saya belum pernah makan di dalam kelas. Mungkin karena kebiasaan di Indonesia terbawa hingga sekarang. Jadi ketika lapar, maka harus menunggu hingga jam istirahat atau sampai jam pelajaran selesai.

Ketika beberapa saat lalu berdiskusi kelompok tentang suasana dan cara belajar di Indonesia dan di beberapa negara lain, saya mengungkapkan bahwa siswa-siswa di Indonesia umumnya harus duduk diam di kursi, perhatian pada guru dan tidak melakukan aktivitas lain selain mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Saya juga menceritakan bahwa kebiasaan makan di dalam kelas seperti yang saya lihat di Belanda jarang dan sulit ditemui karena dinilai tidak sopan dan dilarang keras oleh sekolah. Ada yang bereaksi mengapa terlihat menegangkan? Jika sampai melanggar peraturan itu, maka akan ada sanksi dari sekolah. Pada saat itu, saya jadi teringat ketika Almarhumah Ibu Konta Intan Damanik, dosen saya di UKSW Salatiga, ketika mengajar di kelas. Karena dikenal sangat disiplin, maka mahasiswa di dalam kelas harus duduk manis di kursi, mendengarkan kuliah sambil mencatat. Memang betul-betul menegangkan!

Di perpustakaan Groningen University pun, para mahasiswa diperbolehkan makan di dalam ruangan. Pada mulanya saya sedikit khawatir juga apakah diperbolehkan makan dan minum di dalam perpustakaan karena ketika di Indonesia dulu, saya tidak diperbolehkan makan dan minum di ruang baca perpustakaan. Tetapi, setelah melihat mahasiswa lain menikmati roti yang mereka bawa, saya tidak perlu keluar ruang perpustakaan untuk makan bekal yang saya bawa. Saya bisa melanjutkan aktivitas di dalam perpustakaan sembari makan roti.

Jadi, apa implikasinya? Di Indonesia, makan di dalam kelas ketika pelajaran tengah berlangsung memang kebanyakan dilarang karena tidak sopan dan tidak pantas. Bagi saya pribadi, yang dibesarkan dan dibentuk di sekolah tersebut, saya menjalankan apa yang menjadi peraturan ketika berada di Indonesia. Tapi, saya melihat ada sebuah pencerahan ketika melihat teman-teman mahasiswa Belanda yang makan dan minum ketika kuliah sedang berlangsung dengan alasan untuk suntikan energi di dalam kelas. Saya berpikir memang masuk akal ketika lapar dan butuh energi maka obatnya adalah makan. Apakah harus ditahan sampai kuliah selesai?

Jika saya menjadi guru atau dosen dan mengajar di sebuah kelas suatu hari nanti, saya akan memperbolehkan siswa-siswa saya untuk makan di dalam kelas selama tidak mengganggu siswa lain. Makan sebuah roti dan makan buah apel oke-oke sajalah. Yang terpenting, bawalah otak yang brilian dan jadilah siswa yang aktif.

Groningen, 5 September 2011

Sehabis pulang kuliah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun