Krisis Timur Tengah kembali menjadi sorotan masyarakat dunia setelah penyerangan dan penahanan sukarelawan yang sedang berada di Kapal Mavi Marmara oleh tentara Israel. Seperti diketahui bahwa rombongan sukarelawan di kapal pengangkut bantuan kemanusiaan tersebut akan menuju ke Jalur Gaza, namun ketika berada di jalur pelayaran internasional, kapal itu dihadang oleh helikopter dan kapal milik tentara Israel. Kecaman demi kecaman diarahkan ke Israel. Tragedi tersebut menyisakan duka mendalam sebab terdapat korban jiwa, luka berat dan ringan serta korban psikis akibat tekanan dari serdadu Israel.
Konflik Israel-Palestina sudah berlangsung lama dan berlarut-larut. Korban jiwa, harta dan kerugian-kerugian lain sudah tak terhitung lagi, bahkan beragam upaya damai yang dipelopori oleh PBB dan pihak-pihak lain pun belum menampakkan hasil berarti. Sepertinya memang sangat sulit mendamaikan kedua kubu karena masing-masing pihak saling bersikeras pada pendirian mereka. Label "bangsa yang terpilih" dan "hak atas tanah perjanjian" seperti yang tertulis pada sebuah kita suci telah menjadi bumbu utama konflik ini. Ada yang menilai bahwa konflik ini kental dengan nuansa agama karena alasan-alasan pewahyuan dan doktrin agama, namun pada sisi lain mengatakan bahwa krisis kedua negara tersebut karena persoalan politik akibat perebutan wilayah.
Konfliknya sangat rumit. Bumbu-bumbu doktrin agama semakin membuat tegang situasi. Gelombang kecaman terkait tragedi penyerangan Kapal Mavi Marmara pun bermunculan dari berbagai pihak, termasuk dari kelompok yang berpanji agama tertentu. Seruan untuk membalas dan memerangi aksi Israel pun dilontarkan.
.....
Seandainya konflik Israel-Palestina adalah memang karena permasalahan agama, tentu hal ini sangatlah disayangkan. Mengapa? Apakah agama ada ditujukan untuk saling membunuh dan membenci? Perbedaan keyakinan beserta dengan doktrin agama, masakan dijadikan alasan-alasan manusia untuk saling membinasakan? Dan lagi, apabila ada upaya untuk melakukan pembalasan malahan hanya akan semakin membuat chaos keadaan dan menambah tegang kedua belah kubu. Bukankah agama mengajarkan untuk saling welas asih kepada umat manusia? Lantas, apakah konflik itu murni perebutan wilayah?
Kekuatan Israel memang hebat. Di baliknya ada negara superpower, Amerika Serikat. Posisi Israel sangatlah kuat di Timur Tengah. Namun, kejadian di Kapal Mavi Marmara minggu lalu adalah sebuah kesalahan besar olehIsrael, sebab menyerang rombongan relawan yang membawa bantuan kemanusiaan untuk masyarakat sipil di daerah konflik tersebut. Kejadian itu akan membuat Israel dalam posisi terjepit dan terdesak. Tidak hanya kecaman, kelompok-kelompok yang berpanjikan agama pastilah akan mengobarkan semangat untuk bertempur.
Penyerangan Mavi Marmara oleh serdadu Israel adalah sebuah tragedi kemanusiaan. Bangsa-bangsa kini bangkit menyerukan perlawanan. Meskipun banyak seruan untuk tidak membawa tragedi Mavi Marmara ke ranah agama, namun hal itu kemungkinan besar sulit untuk dilakukan, sebab masing-masing bersikukuh dengan doktrin masing-masing; pihak yang satu percaya sebagai "bangsa perjanjian", tapi di lain pihak, perlawanan yang diberikan adalah bentuk pembelaan terhadap keyakinan dan tuhan agamanya.
Lalu, kapan ada perdamaian di muka bumi ini? Banyak yang sepakat bahwa damai itu indah dan mengamininya. Damai, terdengar sangat mudah dan indah, namun sangat sulit untuk mewujudkan dunia yang damai tanpa ada perang dan pertumpahan darah. Mungkin dunia ini sudah dikutuk selalu terjadi peperangan untuk memuaskan ego manusia; entah karena alasan perebutan wilayah, kekuasaan, dendam dan sebagainya.
Percaya tidak percaya, banyak ramalan-ramalan yang disampaikan bahwa keadaan kehidupan di bumi semakin lama akan semakin kacau terutama disebabkan karena peperangan dan akan semakin chaos. Dalam kitab perjanjian baru disebutkan bahwa bangsa akan bangkit melawan bangsa. Setelah tahun 1900 saja, terutama pasca PD I dan PD II masih banyak peperangan yang terjadi di muka bumi ini hingga kini dan bahkan (mungkin) nanti.
.....
Kejadian yang menghentakkan dunia adalah tragedi World Trade Center 2001. Kejadian itu menjadi simbol perlawanan terhadap dominasi Amerika Serikat. Negara superpower itu merasa kecolongan dengan kejadian tersebut. Namun, ternyata, kejadian tersebut telah diramalkan oleh seorang yang bernama Vanga Pandeva (31 Januari 1911–11 Agustus 1996). Ramalan terkait peristiwa 11 September 2001 tersebut disampaikan pada tahun 1989. Dia berkata:
Mengerikan! Sungguh Mengerikan! Saudara-saudara Amerika akan jatuh setelah diserang oleh burung-burung baja. Serigala akan melolong dalam semak, dan darah tak berdosa akan mengalir deras.
Ramalan yang diungkapan oleh Vanga Pandeva tersebut pada awalnya memang tidak masuk akal, namun percaya tidak percaya betul-betul terealisasi ketika 2 gedung kembar WTC ditabrak oleh pesawat terbang (burung-burung baja). Banyak korban jiwa berjatuhan dan "semak" yang dimaksud adalah keluarga Bush (Semak dalam bahasa Inggris adalah Bush) yang kala itu George W. Bush menjadi Presiden Amerika Serikat.
Vanga juga meramalkan bahwa PD III akan dimulai pada November 2010 dan akan selesai menjelang Oktober 2014. Awalnya, perang tersebut hanya perang lokal antar negara tetangga. Lalu perang itu merembet melibatkan banyak negara dengan terjadinya perang nuklir dan senjata kimia. Ketegangan-ketegangan antar negar kini tidak hanya terjadi di region Timur Tengah saja. Konflik lain juga terjadi di Afganistan, Pakistan-India dan saat ini situasi tegang juga terjadi di Semenanjung Korea.
Lantas, apakah tragedi Mavi Marmara dan konflik-konflik antar negara di atas menjadi awal dan pemicu terjadinya PD III untuk menggenapi ramalan Vanga Pandeva? Tidak ada yang tahu hal itu. Situasi damai yang diidam-idamkan banyak orang betul-betul akan terancam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H