Sedikit Kisah dari kami yang dipertemukan oleh sepi
Kami saling meracuni satu sama lain, tertawa dan mengingat masa-masa sebelumnya. Masa lalu masing-masing yang begitu takjub diperkenalkan dengan hal yang berbeda tapi serupa, dan untuk pertama kalinya. Sampai sekarang ini kami masih terus berkomunikasi, berbagai pengalaman juga cerita, kisah lucu dan gombalan kocak di sela-sela perbincangan. Sebagaimana kami dulu belum tahu satu sama lain.
Berawal dari sebuah aplikasi jodoh, kami berkenalan. Seperti biasa, wanita menunggu dan si pria menghampiri. Waktu itu aku tidak begitu menaruh harapan besar padanya, bahkan pada setiap orang yang mendekat. Yang aku lakukan hanya berusaha sebaik-baiknya memperlakukan orang dan seramah-ramahnya menyapa balik.
Komunikasi berjalan cukup lancar. Walau aku sangat jarang membuka aplikasi tersebut. Akan tetapi, gayung selalu bersambut. Meski distorsi waktu begitu kontras. Dia yang penyuka mimpi aku yang penyuka malam. Kami hampir tidak pernah bertemu dalam satu waktu, selain membalas chat yang bisa dianggap sudah kadaluarsa. Hingga pada akhirnya dia Si kumis manis, begitu aku memanggilnya. Meminta dan membuat kesepakatan untuk bisa ngobrol tanpa menunggu. Jadwal chat pun tercipta, di tengah leburnya oranye senja kami bertaut di dalamnya. Kembali bercengkrama dan mulai menemukan kata nyaman.
Beberapa hari berlalu, kumis mulai meminta kontak pribadi si kelinci penyet. Begitu dia memanggilku, tentu bukan kelinci kalau tidak aneh. Dia pun memberikan nomornya secara berangsur, satu persatu mulai dari kode negara, provider hingga kode unik pelanggan. Rumit, tapi itu akan jadi kenangan.
Berhari-hari makin akrab dengan celotehan kocak yang menggelitik, gombalan-gombalan receh khas kelinci pun menghiasi layar WhatsApp keduanya. Mereka berdua terlalu berpikiran terbuka, sampai tidak memperdulikan tujuan aplikasi tempat mereka bertemu sebelumnya "Aplikasi pencari Jodoh". Namun, entah bagaimana awalnya aku memperkenalkan si kumis pada Novel karyaku. Tidak disangka dia pun ternyata suka membaca, Novel berjudul Signal! yang aku tulis dengan penuh perjuangan, karena saat itu aku menulisnya sedang sakit sebab dalam pikiran aku harus meninggalkan diriku dalam sejarah meski kecil (menolak dilupakan). Itu pun mencuri perhatiannya. Dia mulai menyukai cerita berbentuk 'Chat Story' untuk pertama kalinya, dan mulai kecanduan.
Hari ini kami kembali berkomunikasi, ngobrol ringan sekenanya. Sebisa mungkin tidak membekukan percakapan. Tidak jauh dari sastra dan seni. Kami pun kembali larut di dalamnya. Dia yang menyukai komik Korea dan China mulai meracuniku dengan salah satu judul Minhuwa yang menceritakan tentang kisah di perkantoran.
Kami tertawa bersama, dan baru sadar akan satu hal. Selama ini kami saling mempengaruhi dengan cara yang halus, oleh hal yang disukai dan tentunya menambah warna pengalaman kami di dunia sastra dan seni. Ya, untuk saat ini kami tidak pernah berharap banyak pada keadaan dan tidak menaruh ekspetasi pada masa depan. Selain menjaga kepercayaan satu sama lain, tidak menyakiti dan berteman baik. Besok tidak ada yang tahu!. Mungkin ada proyek besar menunggu kami.
Salam dari kami yang pernah kosong dan patah terlalu cepat
Cihaurbeuti, 07 Agustus 2021