"Anggap saja perlakuan jahat merekalah yang menjadi mantra kita kembali untuk meraih mimpi, walau luka tetap meneteskan darahnya"
Langit tak pernah meminta hal aneh selain senyuman
Begitu dengan Matahari, ia sekali pun tidak mengetuk pintu karena kehausan
Nyaman, walau hujan dan petir bermain di dalam kaca
Unik memang, mengapa (saat) mereka begitu rusuh atas nama makhluk Tuhan
Mengikuti ke mana wajahnya menyapa, lusuh
Seakan inilah yang wajar bagi mereka
Tolong mengerti, ada yang lebih rapuh di dalam sana
Biarkan diam dan perginya yang menjadi jawaban
Meluapkan semua emosi dengan tak lagi bersua, sesaat
Meski lelah, dan legam duka sang sepi diredam