Mohon tunggu...
Winarsih Winarsih
Winarsih Winarsih Mohon Tunggu... Guru - GURU SD NEGERI BUNGKUS

Saya adalah guru kelas 2 SD Negeri Bungkus Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

15 Februari 2024   17:13 Diperbarui: 15 Februari 2024   17:21 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pemantik

Kaitan kutipan diatas dengan proses pembelajaran yang sedang saya pelajari yaitu pada pembelajaran 'Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai  Pemimpin' terkait dengan konsep pembelajaran tersebut pengambilan keputusan yang baik itu tidak hanya berkaitan dengan kemampuan untuk menghitung atau menganalisis data, namun juga harus dengan pemahaman nilai-nilai dan prinsip-prinsip kebaikan, sehingga dapat menciptakan pemimpin yang beretika dan bertanggung jawab, Selain itu kutipan tersebut juga berarti bahwa dalam mendidik anak-anak, selain mengajarkan keterampilan teknis seperti menghitung, mengolah data, penting juga untuk mengajarkan nilai-nilai Kebajikan yang terintegrasi dalam pembelajaran, yang secara tidak langsung akan membimbing mereka dalam pengambilan keputusan. Walaupun sekarang mungkin masih dalam lingkup lingkungan belajar, namun kedepan dapat membantu anak-anak tersebut membuat keputusan yang baik dan bertanggung jawab di masa depan.

Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak yang signifikan pada lingkungan kita, jika keputusan yang kita ambil itu tepat maka akan berpengaruh positif pada lingkungan sekitar kita, baik dalam skala individu maupun dalam skala yang lebih luas, seperti sekolah, komunitas, maupun di dalam masyarakat di mana kita tinggal. Jika kita menanamkan nilai-nilai ini menjadi bagian integral dari cara kita berperilaku dan berinteraksi dengan masyarakat, nilai-nilai tersebut dapat membantu menciptakan lingkungan yang kondusif, seimbang, nyaman dan berkelanjutan.

Sebagai pemimpin pembelajaran seorang guru memiliki peran yang penting dalam membimbing dan memengaruhi proses pembelajaran murid, termasuk dalam pengambilan keputusan mereka. Oleh karena itu sebagai seorang guru kita harus membantu murid mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan yang kritis, etis, dan bertanggung jawab dan tentunya dengan menanamkan nilai-nilai Kebajikan di dalamnya. Apabila hal ini bisa diterapkan maka diharapkan akan berdampak pada peningkatan prestasi akademik, non akademik dan juga perkembangan pribadi dan sosial mereka.

kutipan diatas menitik beratkan pada pentingnya pendidikan dalam membentuk karakter dan perilaku etis individu. Hal tersebut juga mengingatkan kita bahwa sebagai seorang pendidik kita harus paham dan mengerti jika pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang bagaimana kita membentuk karakter dan moralitas individu. Seperti apa yang telah saya pelajari pada modul tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin saya menjadi paham bagaimana cara mengintegrasikan nilai-nilai etika ke dalam proses pembelajaran pengambilan keputusan, sehingga apa yang akan saya putuskan sekarang maupun dimasa yang akan datang selalu menjadi keputusan yang tepat, cerdas secara teknis, beretika dan berkeadilan.

 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam semangat dan bahagia bagi kita semua

Halo Bapak dan Ibu guru hebat dimanapun anda berada, semoga kita semua selalu semangat bergerak, tergerak dan menggerakkan untuk mengembangkan potensi dan kompetensi yang kita miliki, melakukan pratik baik dengan berbagi kepada sesame rekan guru dan menciptakan pembelajaran yang merdeka bagi murid -- murid, supaya mereka bisa mengembangkan dirinya secara menyeluruh (utuh), yaitu murid-murid tersebut harus memiliki kemampuan berpikir kritis dan daya cipta yang kreatif. Sebagai calon guru penggerak, seyogyanya kita harus senantiasa membangun semangat sehingga mampu melaksanakan proses pembelajaran yang berpihak pada siswa untuk mewujudkan profil pelajar pancasila sesuai dengan harapan mendikbudristek.

Perkenalkan saya Winarsih, salah satu calon guru penggerak angkatan 9 dari Kabupaten Bantul, Yogyakarta dengan Fasilitator saya yaitu Ibu Siti Khadijah dan Pengajar Praktik saya yaitu ibu Sri Wahyuwidati, dalam beberapa bulan mengikuti Program Guru Penggerak banyak ilmu dan wawasan baru yang saya dapatkan, sehingga saya dapat mengembangkan kreativitas dan kompetensi saya sebagai seorang pendidik. Oleh karena itu saya berinisiatif untuk membagikan ilmu yang saya peroleh dari Program Guru Penggerak kepada rekan-rekan guru di seluruh Indonesia.

Saat ini saya dan teman - teman rekan CGP lainnya pada Angkatan 9 sedang mempelajari modul 3.1 yaitu materi Pengambilan Keputusan Berbasis Pada Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Sebagai  seorang pemimpin pembelajaran dan bekerja pada institusi pendidikan, kita sering dihadapkan pada bujukan moral dan dilema etika. Pada kondisi bujukan moral, kita pasti dapat berpegang pada aturan dan norma yang berlaku, karena dalam bujukan moral pilihan yang ada adalah salah dan benar. Akan tetapi, berbeda halnya jika kita dihadapkan pada situasi dilema etika. Kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, yaitu situasi yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Oleh karena itu kita harus bisa membuat keputusan yang sesuai, tepat, adil dan efektif dengan meminimalisir risiko yang sekecil-kecilnya, tanpa mengesampingkan sikap terbuka terhadap diskusi, pertimbangan alternatif, dan pengaruh positif dari nilai-nilai orang lain dalam konteks pengambilan keputusan yang kompleks.

Rangkuman

Pada Filosofi Ki Hajar Dewantara ada Pratap Triloka yang digunakan dalam mengambil suatu keputusan,yaitu;

a. Ing Ngarso sung tulodho, sebagai pemimpin  harus bisa memberikan contoh yang baik dalam mengambil keputusan  kepada muridnya.

b. Ing Madyo Mangun Karso, sebagai pemimpin harus bisa memberikan motivasi, memberdayakan , dan membangun inovasi kepada murid untuk menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya sendiri.

c. Tut Wuri Handayani, Seorang pemimpin juga harus bisa mengambil keputusan yang dapat mendorong dan memberi kesempatan kepada murid untuk maju dan berkembang.

Jadi sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus bisa bertindak sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Untuk itu kita perlu memiliki Pratap Triloka supaya bisa membuat keputusan yang lebih bijak dan efektif dalam pembelajaran dan menjadi sosok yang dapat dijadikan teladan bagi murid yaitu fasilitator, motivator, dan mampu membentuk karakter positif pada murid guna mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Kaitan antara filosofi Pratap Triloka dengan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin adalah bahwa seorang pemimpin harus menyadari pentingnya pemahaman diri, visi yang kuat, dan dukungan terhadap orang lain dalam konteks kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Penerapan prinsip-prinsip ini dapat membantu seorang pemimpin membuat keputusan yang lebih bijak dan efektif.

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sebagai seorang guru penggerak  yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, berpihak pada murid memainkan peran yang sangat penting dalam pengambilan keputusan dan membentuk prinsip-prinsip yang kita terapkan dalam hidup kita. Pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai tersebut dapat membantu kita membuat keputusan yang sesuai, tepat, adil dan efektif dengan meminimalisir risiko yang sekecil-kecilnya, tanpa mengesampingkan sikap terbuka terhadap diskusi, pertimbangan alternatif, dan pengaruh positif dari nilai-nilai orang lain dalam konteks pengambilan keputusan yang kompleks.

Materi pengambilan keputusan dan kegiatan coaching (bimbingan) memiliki kaitan erat dalam konteks pengembangan pribadi dan profesional. Karena disana diajarkan keterampilan coaching yang baik dengan alur TIRTA dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi dan dapat memecahkannya secara cermat dan sistematis. Dengan berpegang pada konsep TIRTA, dan dikombinasikan dengan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan maka dapat meningkatkan kinerja kita dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pengambilan keputusan sehingga akan mendapatkan keputusan yang maksimal.

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial-emosionalnya akan sangat besar pengaruhnya pada pengambilan keputusan, terutama dalam menghadapi dilema etika dalam konteks pendidikan. Dalam pengambilan keputusan yang melibatkan dilema etika, guru sering kali harus mempertimbangkan nilai-nilai moral, prinsip-prinsip etika profesional, serta dampaknya terhadap murid dan komunitas pendidikan. Oleh karena itu kemampuan untuk mengelola dan menyadari aspek sosial-emosional  dengan berpikir mindfulnes/kesadaran penuh akan dapat memberikan pembelajaran dalam mengambil keputusan dengan tepat dan bijaksana sehingga dapat membantu guru dalam menavigasi situasi ini dengan bijak, adil, dan sesuai dengan prinsip-prinsip etika pendidikan.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dalam konteks pendidikan sering kali kembali kepada nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik, karena keputusan moral atau etika yang dibuat dalam pendidikan sering kali didasarkan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diyakini oleh pendidik. Nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik akan mempengaruhi pola pikirnya dalam mengambil keputusan terhadap suatu masalah. Oleh karena itu, dalam mengambil suatu keputusan harus mengacu pada nilai-nilai kebajikan dan mengutamakan rasa tanggung jawab, keputusan yang diambil juga harus konsisten dengan prinsip-prinsip etika dan moral yang dipegang teguh oleh pendidik.

Pengambilan keputusan yang tepat dapat berkontribusi secara signifikan untuk menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Pengambilan keputusan yang tepat dengan kasus yang melibatkan dilema etika, hanya dapat dilakukan dengan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dengan berpegang pada tiga hal tersebut dan melakukannya secara cermat dan penuh tanggung jawab maka keputusan yang diambil akan tepat dan efektif  sehingga bisa berdampak pada terwujudnya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Tantangan dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika bisa sangat beragam, tergantung pada konteks lingkungan dan perubahan paradigma yang terjadi Beberapa tantangan yang dihadapi dalam lingkungan tertentu antara lain, ketidakpastian etika, pengaruh Budaya, perkembangan teknologi dan informasi, dan perubahan paradigma. Sehingga terkadang saat saya dihadapkan pada permasalahan dilema etika atau dua kepentingan yang menurut saya benar, saya menjadi bimbang saat harus mengambil keputusan. Hal tersebut terjadi karena ada keraguan bahwa keputusan yang saya ambil nantinya tidak bisa memuaskan semua pihak dan bahkan mendapat kritik dari orang lain. Kaitannya dengan perubahan paradigma, perubahan ini dapat memengaruhi cara kita memandang nilai-nilai dan etika, Oleh karena itu, perubahan paradigma ini dapat mempengaruhi bagaimana organisasi dan individu dalam lingkungan tersebut menjalankan pengambilan keputusan terhadap dilema etika.

Pengambilan keputusan dalam lingkup pendidikan jelas memiliki dampak yang signifikan pada pembelajaran dan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita. Oleh karena itu dalam mengambil keputusan pada lingkup pendidikan harus dipastikan bisa memerdekakan murid-murid kita, tak terkecuali pada keputusan tentang bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda. Tentu saja sebagai seorang guru penting untuk selalu  menjaga prinsip-prinsip inklusi, keadilan, dan kesetaraan dalam pikiran. Setiap keputusan harus diarahkan untuk memberikan kesempatan yang adil dan setara bagi semua murid untuk tumbuh dan berkembang sesuai potensi mereka. Yang kita lakukan sebagai seorang guru dalam memutuskan memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda adalah dengan melihat dan memahami karakteristik, potensi dan kebutuhan murid kita. Sehingga kitab isa menentukan keputusan terbaik untuk merancang pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan murid kita yang berbeda-beda tersebut.

Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kehidupan dan masa depan murid-muridnya melalui pengambilan keputusan yang tepat. Karena keputusan-keputusan yang diambil itu dapat berdampak jangka panjang pada pendidikan, perkembangan pribadi, dan kesuksesan murid. Hal ini bisa terwujud jika pengambilan keputusan tersebut berpihak pada murid-murid dengan demikian secara tidak langsung menjadikan murid-murid tersebut bisa belajar dengan nyaman, merdeka, kreatif, inovatif, mandiri dan akhirnya mempengaruhi kehidupan atau masa depannya.

a. Sebagai pemimpin pembelajaran, Seorang guru harus mempunyai keterampilan dalam mengambil suatu keputusan sehingga Keputusan yang diambil benar-benar  berpihak pada murid.

b. Pengambilan keputusan yang dilakukan dengan budaya positif dalam melaksanakan prakarsa perubahan BAGJA dapat memudahkan seorang guru untuk mencapai visi sekolah yaitu terwujudnya generasi yang unggul, berkarakter, cinta lingkungan dan berprofil pelajar Pancasila.

c. Sebelum mengambil keputusan diperlukan kesadaran penuh /mindfulnes  sehingga keputusan yang diambil dapat maksimal dan dapat dipertanggung jawabkan untuk menghantarkan murid yang berprofil pelajar Pancasila.

d. Untuk mewujudkan murid yang berprofil pelajar Pancasila ada bujukan moral dan dilema etika yang harus kita hadapi oleh guru,  Untuk itu diperlukan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Selain hal tersebut  pengambilan keputusan yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan merupakan landasan penting untuk memandu tindakan dan praktik dalam  lingkup pendidikan. Nilai-nilai kebajikan seperti kejujuran, integritas, empati, dan tanggung jawab adalah aspek sentral dalam membentuk keputusan yang etis dan berdampak positif dalam lingkungan Pendidikan, Ini berarti bahwa nilai-nilai kebajikan bukan hanya pedoman moral, tetapi juga landasan etis untuk pengambilan Keputusan. Jika langkah-langkah pengambilan Keputusan bisa dilakukan oleh  guru, maka hal itu dapat membentuk lingkungan pendidikan yang etis, berempati, dan berdampak positif pada murid maupun masyarakat yang lebih luas.

  • Dilema Etika dan Bujukan Moral merupakan Situasi yang melibatkan konflik moral antara mengikuti aturan hukum dan mempertimbangkan rasa kasihan terhadap individu yang terkena dampaknya.  Dilema etika itu sendiri merupakan sebuah situasi saat seseorang dihadapkan pada keadaan yang keduanya benar namun bertentangan dalam pengambilan Keputusan, sedangkan bujukan moral adalah situasi pengambilan keputusan saat seseorang dihadapkan pada kasus benar melawan salah.
  • 4 Paradigma Pengambilan Keputusan, yaitu : Paradigma Individu vs. Kelompok: Terdapat pertimbangan antara kepentingan individu (mungkin pelaku kejahatan) dan kepentingan masyarakat yang lebih luas yang dapat terpengaruh oleh tindakan tersebut. Paradigma Rasa Keadilan vs. Rasa Kasihan: Dilema antara menjalankan hukum yang adil dan memberikan kasih sayang kepada individu yang mungkin memerlukannya. Paradigma Kebenaran vs. Kesetiaan: Dalam hal ini, konflik mungkin timbul antara mengungkapkan kebenaran dan mempertahankan kesetiaan terhadap orang tertentu atau kelompok. Paradigma Jangka Pendek vs. Jangka Panjang: Situasi ini melibatkan pertimbangan antara tindakan yang mengatasi masalah secara cepat dalam jangka pendek dan tindakan yang mungkin memiliki dampak jangka panjang yang lebih baik atau lebih buruk.
  • Prinsip pengambilan keputusan ada 3 (tiga) yaitu: 1)Berpikir Berbasis hasil akhir (Ends -Based Thinking), 2) berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking), 3) berpikir Berbasis Peraturan(Rule-based Thinking)
  • 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan : 1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) Menentukan siapa yang terlibat, 3) Mengumpulkan fakta yang relevan, 4) Melakukan pengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan, 5) Pengujian paradigma benar melawan benar (rasa keadilan lawan rasa kasihan dan jangka panjang lawan jangka pendek), 6) Melakukan prinsip resolusi dengan berpikir berbasis rasa peduli, 7) Investigasi opsi trilema, 8) Membuat keputusan, 9) Melihat kembali keputusan dan melakukan refleksi.
  • Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan yaitu ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran, adil, bermanfaat bagi semua orang, dan dapat dipertanggung jawabkan.

Sebelum mempelajari modul ini, sebenarnya tanpa sadari saya telah menerapkan mengambil keputusan sebagai pemimpin dalam situasi dilema etika, namun  saya belum menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian keputusan. Perbedaan utama setelah saya mempelajari modul ini adalah ketika menghadapi situasi moral dilema adalah  modul tersebut memberikan kerangka kerja dan pengetahuan yang lebih terstruktur untuk membantu saya membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Dalam pengalaman pribadi, pengambilan keputusan etis mungkin didasarkan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang telah diajarkan atau diterapkan sepanjang waktu.Sehingga  dapat membantu saya memperdalam pemahaman dan keterampilan dalam hal ini.

Sebelum mempelajari modul ini, dalam mengambil keputusan saya berpedoman pada prinsip win-win solution atau tidak merugikan kedua belah pihak. Namun terkadang menimbulkan keraguan setelah pengambilan keputusan tersebut, yaitu apakah keputusan yang saya ambil tersebut sudah tepat atau belum. Namun setelah mempelajari modul ini saya lebih percaya diri dan mantab  dalam mengambil keputusan karena sudah bisa menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, menggunakan 4 paradigma pengambilan keputusan, serta 3 prinsip pengambilan Keputusan. Saya juga menjadi lebih sadar akan nilai-nilai kebajikan seperti kejujuran, integritas, keadilan, dan empati, sehingga  mampu membuat keputusan yang lebih baik dan lebih berdasarkan pertimbangan moral.

Menurut saya materi pada modul 3.1 sangat penting dan bermakna, karena dimanapun dan sebagai apa peran saya, pasti akan menjumpai permasalahan yang dituntut untuk mengambil Keputusan, Baik  sebagai seorang individu maupun seorang pemimpin. Ak bisa saya pungkiri bahwad dalam keseharian saya pasti dihadapkan pada kasus/masalah baik itu dilema etika atau bujukan moral. Dengan mengetahui 4 paradigma pengambilan keputusan, dengan 3 prinsip , penerapan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, serta keterampilan dalam pengambilan keputusan yang mengandung nilai-nilai Kebajikan, maka pengambilan keputusan yang saya lakukan akan lebih cermat dan dapat dipertanggungjawabkan Dari Keputusan-keputusan yang saya ambil tersebut akan dihasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila.

Demikian Koneksi Antar Materi Modul 3.1 yang saya paparkan, mohon masukannya untuk menjadikan motivasi bagi saya untuk selalu belajar dan melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain. Salam semangat dan bahagia bagi kita semua, tergerak, bergerak dan menggerakkan. Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun