Sebuah mobil panther berwarna silver metalik sudah terparkir di depan gedung baru MTsN 1 Bandar Lampung, sebuah gedung berwarna Hijau yang merupakan persembahan SBSN 2023. Gedung berlantai dua dengan enam ruang kelas belajar, tiga ruang berada di lantai satu selebihnya berada di lantai dua, sudah mulai digunakan sejak minggu lalu.
Usai pemasangan AC, kelas dibersihkan dengan pengawasan wali kelas masing-masing. Lantai disapu lalu dipel, papan tulis dilap, demikian juga kaca dan meja kursi sebanyak 32 set. Tukang Gordeng juga sudah hadir beberapa waktu lalu untuk mengukur panjang dan lebar gordeng dan menghitung jumlah jendela. Setiap ruangan memiliki setidaknya 6Â
Di dalam mobil sudah menunggu Nasrul seorang Staf Tata Usaha yang sering mendampingi Pak Kamad, Drs. H. M. Iqbal dalam berbagai kegiatan. Terutama saat pergi menunaikan Shalat Jumat  atau kunjungan ke anggota keluarga besar MTS 1 Bandar Lampung, saat suka maupun maupun duka.
Saat suka seperti acara pernikahan, saat duka seperti anggota keluarga di rawat di rumah sakit, atau wafat. Hari ini beliau akan berkunjung ke rumah duka, meninggalnya ibunda dari ibu Septi Andriani. Â Beberapa hari sebelumnya juga telah meninggal dunia, ayah dari ibu Fauziah, anak dari Pak Imam Bahrodi, ibu dari Ibu Rafika Sari, juga ayah dari Ibu Irta Rizka. Pak Iqbal juga masih dalam tahhap pemulihan setelah menjalani operasi. Beliau menjalani operasi di Rumah Sakit Umum Abdul Muluk, Bandar Lampung, namun kondisinya kini sudah berangsur-angsur pulih.Â
Nasrul sudah siap dengan kendaraan yang sudah dinyalakan di dalam sudah ada ibu Sri Hidayati dan juga ibu Lailatus Syifa'ah. Bapak Drs. H. M. Iqbal bergegas naik, lalu perjalanan ke rumah duka dimulai. Kendaraan bergerak keluar gerbang MTsN 1 Bandar Lampung, melintasi jalan Ahmad Dahlan lalu  belok kanan ke jalan dokter Susilo setelah lampu merah Taman Kota Lungsir, dekat Masjid Al Furqon, belok kanan menyusuri jalan Diponegoro sampai Tugu Gajah atau disebut juga Tugu Adipura, ke kiri jalan Ahmad Yani lalu lurus ke kanan jalan Kartini, melewati pasar Bambu Kuning, lanjut ke jalan Teuku Umar hingga jalan Zainal Abidin Pagar Alam, lalu putar balik di depan kampus IBI Darmajaya, lalu belok kiri ke jalan Pelita. Perjalanan menuju rumah duka menempuh jarak kurang lebih 8  kilometer, kami tempuh dalam waktu kurang dari 20 menit.Â
Ibu Septi Andriani tinggal bersama orang tuanya di jalan Pelita/jalan Dempo labuhan ratu Kedaton Bandar Lampung. Â Jalan Dempo dulu sangat ramai dengan adanya STIE (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) Lampung dan A2L (Akademi Akutansi Lampung). Â Saat kami tiba kami berjumpa dengan Bu Laskmi, Bapak Winarno, Ibu Erni dan Ibu Aguslina wati, dan Ibu Laila Fasha mereka berangkat dengan kendaraan lain. Juga ada bu Irta dan bu Heni Herawati yang tampaknya tiba lebih awal. Beberapa teman yang lain sudah berkunjung kemarin sore.Â
Nasrul mengemudi dengan kecepatan sedang, tiba di rumah duka berjumpa dengan Bapak Kinami. Beliau adalah seorang pensiunan guru MTsN 1 Bandar Lampung. Bu Septi Andriani adalah salah satu putri beliau. Â Tak lama berselang kami tiba di rumah duka, suasana tampak ramai kami menuju ke ruang di mana jenazah di semayamkan di ruang tengah.Â
Tampak berbagai persiapan tengah dilakukan untuk memandikan jenazah, suasana yang hening membuat aliran air kran yang mengisi tong air terdengar dengan jelas. Tak lama kemudian prosesi memandikan jenazah dimulai, jenazah diangkat dari ruang tengah dibawa ke tempat yang sudah disediakan di samping rumah. Usai dimandikan jenazah kembali diangkat ke ruang tengah untuk dikafani.Â
Tak lama kemudian,  teman-teman berpamitan untuk kembali ke sekolah karena kami ada jam mengajar pada pukul 10.15 WIB. Kami juga berjumpa dengan bapak Umron Harun, Ketua Paguyuban  Batanghari Sembilan. Kami  juga berjumpa dengan mantan dekan FKIP Universitas Lampung, Bujang Rahman, dan masyarakat setempat. Kami berjalan ke area parkir yang berjarak kurang lebih 100 meter dari rumah duka, beberapa ucapan dalam bentuk karangan bunga terpajang di jalan yang kami lewati menumu area parkir.Â