Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tanggal 14 Februari 2022 telah meluncurkan Merdeka Belajar Episode Kelima belas: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Kurikulum Merdeka diharapkan menjadi jawaban atas krisis pembelajaran yang semakin bertambah akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan meningkatnya kesenjangan pendidikan. Namun, lebih dari itu, esensi Kurikulum Merdeka itu sendiri adalah menciptakan ruang bagi setiap individu untuk tumbuh dan berkembang sesuai fitrah keunikannya masing-masing.
Sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, proses digitalisasi menjadi sebuah keharusan. Proses digitalisasi dipercepat dengan adanya pandemi covid19 yang mengharuskan masyarakat untuk lockdown, berbagai kegiatan yang semula dilakukan secara luar jaringan (luring) harus berpindah menjadi dalam jaringan (daring), dalam merambah ke berbagai sendi kehidupan.
Bidang pendidikan sangat terdampak dengan adanya langkah preventif dan solutif yang dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan social and physical distancing misalnya, yang diikuti dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai kota, membuat semua aktivitas warga dilakukan di rumah, tidak terkecuali dalam kegiatan belajar mengajar pun juga harus dilakukan di rumah, sehingga muncullah istilah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), dengan salah satu pendekatan yang dilakukan adalah melalui pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan, atau lebih akrab dikenal dengan sebutan pembelajaran daring.
Pembelajaran Daring membutuhkan beberapa faktor pendukung antara lain Kuota internet, perangkat lunak video conference, Laptop/komputer & Smartphone & Â Materi pelajaran seperti buku, catatan, dan lainnya.
Ada 5 alasan mengapa belajar online dinilai bisa lebih efektif dibandingkan tatap muka. Â (1). Lebih hemat waktu karena dalam belajar online, pengajar bisa tersedia kapan saja mengingat mereka merekam kegiatannya menyampaikan materi yang bisa diakses kapan pun. (2). Siswa bisa belajar lebih banyak hal Disebutkan bahwa siswa bisa belajar lebih banyak materi jika mengikuti pembelajaran daring. Pembelajaran tradisional dengan tatap muka hanya memberikan siswa materi tertentu untuk waktu terbatas. Sementara belajar online memberikan mereka kesempatan mengakses berbagai informasi, sehingga wawasannya bisa lebih banyak. (3) Pembelajaran online lebih menarik The Research Institute of America mencatat bahwa retensi siswa dalam pembelajaran online meningkat dari 25 persen menjadi 60 persen.Â
Sebaliknya, penyedia kursus offline (luring) terus berjuang untuk mempertahankan jumlah siswanya karena peserta terus menurun. Salah satu penyebabnya, karena siswa belajar melalui konten multimedia dianggap lebih menarik. (4) Belajar daring lebih ramah lingkungan Efektivitas belajar daring untuk para siswa juga dinilai dari dampaknya terhadap lingkungan. Pembelajaran daring dianggap dapat menghemat energi dan mengurangi emisi dibandingkan jika siswa belajar luring. (5) Penilaian lebih sering dapat meningkatkan kualitas siswa karena salah satu  keunggulan dari belajar online adalah, ada tes rutin dan berkelanjutan yang bisa diikuti peserta.
Terlepas dari efektivitas pembelajaran daring, telah terjadi kesenjangan kualitas antara siswa yang punya akses ke teknologi dan yang tidak, sehingga terjadi learning loss. Faktor penyebab learning loss antara lain; (1) Peralihan pembelajaran PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh/Daring) menjadi PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas/Luring) tanpa perlakuan transisi yang matang. (2) Infrastruktur dan fasilitas yang kurang memadai dalam pembelajaran PJJ atau PTMT. (3) Motivasi siswa cenderung menurun akibat terlalu lama PJJ.
(4) Durasi waktu PTM yang relatif singkat/terbatas belum sepenuhnya dioptimalkan di kelas. (5) Kurangnya pengetahuan guru dalam menerapkan model pembelajaran terkini untuk menghadapi PJJ atau PTMT (khususnya model pembelajaran blended learning).
Kurikulum Merdeka akan diterapkan bertahap sejak tahun ajaran 2022/2023, sehingga saat ini kurikulum merdeka sudah masuk tahun kedua. Kurikulum Merdeka diterapkan sebagai kurikulum nasional pada 2024. Nino mengatakan "Menerapkan kurikulum baru, mentransformasi pembelajaran di sekolah itu juga bertahap. Yang mahir melakukannya bisa nyebur duluan di kolam yang dalam, itulah kira-kira." (Medcom.id, Selasa, 15 Februari 2022). Pihaknya tak masalah bila ada sekolah yang belum siap. Sebab, tak semua sekolah memiliki pengalaman menyusun kurikulum operasional sendiri.
Melalui laman https://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum-merdeka/#alur, telah disajikan tahapan implementasi kurikulum merdeka antara lain mandiri belajar, mandiri berubah dan mandiri berbagi.
Sementara kemenag melalui laman https://sikurma.kemenag.go.id/portal/Info/detail_artikel/QnFFYzhxSXh1cjFqZk4rYXBiRWc3QT09 telah menerbitkan Pedoman Kurikulum Merdeka di Madrasah (KMA 347 Tahun 2022) untuk mempelajari lebih lanjut terkait dengan Kurikulum Merdeka dan pengimplementasiannya di madrasah.
Melalui laman https://guru.kemdikbud.go.id/ telah tersedia Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang dapat digunakan akses berbagai referensi untuk membantu pendidik yang merdeka, menggunakan email berakhiran belajar.id atau madrasah.kemenag.go.id.
Selain itu terdapat berbagai platform yang dapat digunakan bagi guru untuk terus meningkatkan keterampilannya melalui kegiatan bimtek online antara lain https://pintar.kemenag.go.id/ dimana guru dapat mendaftar secara mandiri dan mengikuti pelatihan secara mandiri dan bersertifikat. ttps://pusdatin.kemdikbud.go.id/ adalah laman yang menyediakan dukungan teknologi pembelajaran dulu bernama pustekkom.