Di dalam grup keluarga Mbah Wongso, hubungan antara anggota keluarga sangat erat. Sukono, anak dari Mbah Wongso, menjadi tokoh yang aktif dalam menyatukan keluarga melalui pesan-pesan di grup. Pada tanggal 4 Maret 2024, Sukono mengingatkan anggota keluarga untuk berdoa pada saat nyadran di makam Grogolan, mengingatkan semua untuk mendoakan Mbah Wongso, kakung, putri, anak, dan cucu yang telah meninggal. Berbagai respons datang dari anggota keluarga, menunjukkan kebersamaan mereka dalam menjaga tradisi dan saling mendoakan.
Pesan-pesan informal juga turut menyelimuti suasana di grup. Cak Narto, salah satu anggota, mengirimkan pesan dengan bahasa yang santai namun penuh keakraban, menggoda tentang keinginannya untuk memperoleh ngapura yang besar. Respons positif dari anggota lain, seperti Sumarno dan Iswahyuningsih, menunjukkan bahwa humor dan keakraban tetap terjaga di dalam keluarga.
Ketika bulan Ramadan tiba, anggota keluarga tak lupa saling mengucapkan selamat dan memohon maaf satu sama lain. Iswahyuningsih bahkan menyampaikan permohonan maaf atas kesalahpahaman terkait rambutan yang diambilnya, menunjukkan sikap saling memaafkan dan berbagi keakraban di antara mereka.
Keseluruhan interaksi di dalam grup keluarga Mbah Wongso mencerminkan hubungan yang hangat, penuh canda tawa, serta kebersamaan dalam menjaga tradisi dan nilai-nilai kekeluargaan yang kuat.
Mbah Wongso Anak-anak: Bapak Sutarno, Bapak Sukardi, Bapak Mitro (alm), Ibu Warsinem
dan Bapak Sukono.
Bapak Sutarno anak-anak: Mas Budi (Boyolali), Mas Tri (Semarang), Mas Joko (Wonosobo), Mas Win (alm) (Kertonatan), dan Mbak Eny (Demak)
Bapak Mitro (alm)anak-anak : Alm. Haryono, Winarno, Ismiyatun, Widiriyanto, Sunarto dan
Nur Wijayanti. Semua sudah berkeluarga dan memiliki keturunan, Alm. Haryono Anak-anak: Rahmatunnisa (Anis) X Arif dan Najib Darmawan (Najib). Winarno, Anak-anak: Fathi Hisyam Panagara dan Salsadila Adha Putri. Ismiyatun, Anak-anak: Ridho (3 anak), Shinta, Jingga.
Widiriyanto, Anak-anak: Febri dan Aisyah. Sunarto, anak: Chandra. Nur Wijayanti, anak-anak: Rafa.
Bapak Sukardi anak Iswahyuhningsih
Ibu Warsinem dan Bapak Warji anak-anak: Sumarno, Sumarni, Wardiyo, Maryono, Winarsih.
Sumarno, anak: Mulyati. Sumarni, Anak-anak: Onita Ulfa Nur Laili, M. Bagus Prambudi. Maryono, anak-anak: M. Abdul Azis, Bayu dan Nuri. Winarsih, anak-anak: Arjun Budiawan,
Aprilia Anggraini
Bapak Sukono, anak-anak: Bhekti Wiyoto, Agung Supriyato, Puji Rahayuningsih, Kusnatul Wardati dan Nugroho Catur Prasetyo.
Dalam keluarga besar Mbah Wongso, kebersamaan dan kekuatan keluarga terpancar melalui silsilah yang beraneka ragam. Dimulai dari Mbah Wongso sendiri, ia memiliki lima orang anak yang menjalin hubungan yang erat, tidak terkecuali dengan cucu-cucunya.
Anak sulung Mbah Wongso, Bapak Sutarno, memiliki lima orang anak yang tersebar di berbagai daerah, dari Boyolali hingga Demak. Namun, tak kalah kuatnya hubungan keluarga terlihat dari anak-anak Bapak Mitro yang kini telah meninggal, namun keturunannya tetap menjaga silaturahmi dan hubungan yang akrab.
Di antara cucu-cucu Mbah Wongso, terlihat pula kekompakan dan kebersamaan yang tak tergoyahkan. Meskipun tersebar di berbagai tempat, mereka tetap menjaga tradisi keluarga dan saling mengingatkan akan pentingnya menjaga kebersamaan.
Kisah-kisah hangat dan keakraban terus mengalir dalam percakapan di grup keluarga, dari berbagi cerita nyadran hingga ucapan selamat menjalankan ibadah puasa. Semua itu menjadi bukti kekuatan dan kebersamaan yang tumbuh subur di bawah naungan Mbah Wongso, menunjukkan bahwa ikatan keluarga tidak hanya berarti darah, tetapi juga rasa persaudaraan dan cinta yang mengalir di antara mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI