Mohon tunggu...
Winarni
Winarni Mohon Tunggu... Guru - Guru

Suka traveling dan berorganisasi, menyukai konten hiburan dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Ungu Kak Kaila

6 November 2023   10:30 Diperbarui: 6 November 2023   10:36 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bunda, di malam resepsi peringatan hari ulang tahun  R.A. Kartini Sabtu malam nanti, kelas Kakak suruh pake kebaya semua tuh,  "  berkata Kak Kaila di sela-sela makan malam kami.

"Ya bagus dong, Kak" jawab bunda acuh.

" Tapi Bun, kata temen kalau sewa  mahal, terus pasti susah kalau cari yang warnanya sama".

"Memangnya harus warna apa?".

"Merah" jawab kakak sambil cemberut.

"Kalau warna merah kayaknya Bunda ada deh, nanti kita lihat dulu ya? Kalau kakak cocok tinggal kecilin dikit, gimana?"..

"Bener bun? Asiiik berarti satu masalah terselesaikan " jawab kak Kaila berbinar

"Memangnya masalah kakak apa lagi?" timpal ayah yang dari tadi hanya diam menyimak percakapan Kakak dan Bunda.

"Ia Yah, masalahnya kami harus mengajak satu dari anggota keluarga yang kita cintai, boleh tidak Yah, kalau Kakak ajak nenek?"

"Boleh sekali, tapi kenapa mau ajak nenek, kok bukan ayah atau bunda?"

"Ya gak apa apa si Yah, Cuma kemarin beberapa temen ada yang mau ajak neneknya, kakeknya gitu, jadi pengin ajak nenek juga jadinya"

"Kakak, Adek ikut juga ya?" seruku kepada kakak yang dari tadi cuekin aku.

"Gak bisa dek, jatah kursi Cuma satu".

"Ya kalau begitu Adek saja yang ikut, jangan nenek!" jawabku ketus.

" Gak bisa gitu, Dek,"

"Ya udah kalau gak boleh! Kakak emang gak sayang sama Adek" aku berlari menuju kamar,  kutinggalkan makan malamku yang masih tersisa banyak.

Aku benci sama Kakak, sama Bunda, Juga sama ayah yang sama sekali gak peduliin aku.

"Adek, bangun udah siang nanti terlambat lo sekolahnya " suara lembut Bunda terdengar di telingaku, tapi sisa marahku semalam membuatku enggan bangun.

"Biarin!" jawabku ketus.

"Hei.. Anak Bunda galak amat sih, pasti masalah semalam. "

Aku diam tak bergeming sampai bunda melanjutkan kalimatnya

"Semalam kakak setuju kok ngajak Adek, tapi Adek harus janji gak bikin malu kakak di sana ya? masalahnya barangkali di acara kakak nanti, tidak ada anak seumuran Adek, adanya anak SMA semua, teman-teman kakak, dan orang dewasa." Lanjut bunda panjang lebar. Seketika itu perasaanku senang luar biasa, aku akan punya cerita untuk teman-temanku di sekolah.  Akupun bergegas bangun, kucari - cari keberadaan kakakku, ternyata kata bunda kak Kaila piket kelas hari ini, makanya  berangkat lebih awal.

Hari yang Aku nantikanpun tiba, Aku temani kak Kaila di acara resepsi  HUT Kartini di sekolahnya, yang menyenangkan lagi, bunda dan kak Kaila menyiapkan untukku  baju yang sama dengan kakak,

"Wah.. bidadari - bidadari Ayah sudah siap? ayo berangkat!  Ayah antar, nanti Ayah jemput jam sembilan ya? Ayah sama Bunda mau menengok nenek".

"Iya, Yah" jawab kak Kaila

"Adiba, jangan nakal dan harus nurut kata kakak" pesan Bunda

"Iya Bundaaa" jawabku sambil menggandeng lengan kak Kaila

Sepanjang perjalanan, kami tak banyak bicara, Aku membayangkan betapa teman-temanku akan takjub mendengar ceritaku esok hari, Aku berada di acara anak-anak SMA yang aku irikan.

Karena sudah SMA, kakak boleh ini, boleh itu, sedangkan aku yang anak kelas enam SD gak boleh begini, gak boleh begitu, harus les, harus bimbel, memusingkan!.

"Wow.. " satu kata yang keluar dari bibirku, sekolah kakakku seperti arena pesta, lampu hias warna-warni, foto R.A. Kartini dipajang disetiap sudut halaman dengan hiasan lampu disetiap sisinya.

Kakak menuntunku kesebuah ruangan, dimana kulihat banyak orang dengan riuhnya mercakap-cakap, dan uniknya semua berpakaian ala Kartini, dan yang laki-laki berpakaian seperti dalang, aku tidak tau apa namanya.

" Adek, jangan bengong! yuk masuk" ajak kak Kaila sambil menggandeng Tanganku, aku tersipu malu.

" Kailaaaa..." aku dengar teriakan seseorang memanggil Kakakku

" Anna, cantik sekali kamu" sapa kakakku pada temannya mereka berjabat tangan dan berpelukan

"Oh, kamu bawa adikmu, katanya mau ajak nenek juga, aku ajak nenekku lo, itu di depan yang pakai kursi roda"

"Adek, ayo salim sama temen Kakak, Kak Anna namanya" aku menjabat tangan kak Anna, cantik sekali kakak ini batinku tapi aku malu mengungkapkannya

"Cantik sekali, persis kakaknya, siapa namamu sayang?" tanya kak Anna mengagetkanku

"Adiba, Kak" 

" Nama yang indah, yuk duduk di depan saja, di samping nenekku, masih ada bangku kosong".  Kami beriringan menuju bangku barisan depan, sepanjang itu kakakku menyapa teman-temannya. Musik bergema keras mengiringi lagu-lagu daerah yang dinyanyikan, mungkin anak SMA juga yang menyanyikannya, terlihat dari pakaiannya yang juga berkebaya. Acara terus berlanjut dari sambutan kepala sekolah, koor,dan lainnya.  Aku tertarik dengan drama kisah lahirnya Raden Ajeng Kartini sampai ia dewasa hingga meninggal dunia.

Acara dilanjutkan pengumuman lomba, dari lomba menyanyi, lomba baca puisi, sorak gemuruh dalam ruangan ketika pemenang naik ke panggung, untuk menerima piala dari kepala sekolah. Layar besar di sudut ruangan memampang wajah pemenang satu persatu, mereka tampak bahagia didampingi orang-orang yang dicintainya, dan orang tuanyapun diwawancara oleh pembawa acara tentang perasaan mereka atas prestasi tersebut. Aku kaget sekali ketika pembawa acara menyebut  nama "KAILA PRATAMA WIBISONO sebagai juara pertama lomba menulis cerita pendek, di silakan menaiki pentas, bersama walinya" kata pembawa acara

Sontak, kak Kaila terbangun dari duduknya dan berteriak, ruanganpun bergemuruh ramai, dan spontan kak Kaila menarik tanganku menuju pentas.

"Kailaaaaa Cinta Ungumu di siniiii".  Sebuah teriakan mengagetkan kami semua, ternyata di layar besar di sudut ruangan terpampang gambar seorang laki-laki memakai kaos berwarna ungu, bertuliskan Cinta Ungu Kaila.

Ruanganpun bertambah riuh melihat gambar tersebut.

"itu pacar kak Kaila, ya?" tanyaku pada kak Kaila sambil berbisik

"Sstttt" hanya itu jawaban kak Kaila sambil meletakkan telunjuknya di bibir.           Aku diam, dalam hati aku kesal sekali sama kakakku, meskipun di sisi lain aku bangga kakakku menjadi juara.

"Selamat ya Kaila, kamu hebat. Siapa yang menginspirasi cerita ini?" pertanyaan pembawa acara memfokuskanku kepada kak Kaila. Seketika ruangan hening menunggu kakakku berbicara.

"Ayah dan bunda adalah inspirasiku dalam menulis, terutama bunda, Beliau selalu punya ide-ide manis untuk  ceritaku, Juga Bapak Panji guru Bahasa Indonesia. Terima kasih" jawab kak Kaila bangga.

"Apakah bunda atau ayahmu hadir di sini?" tanya MC lagi

"Tidak, saya ajak adikku malam ini."

"Oh ya sudah, tidak apa-apa, Adek gimana perasaanmu melihat kakaknya juara malam ini?".

Pembawa acara itu benar-benar mengagetkanku, ia mengarahkan mikenya ke bibirku "eee... ee..." hanya itu suara yang keluar dari bibirku.

"Ya sudah tidak apa-apa, kalau tidak berani menjawab, pastinya bangga sekali ya punya kakak yang pandai menulis, sekali lagi selamat kepada Kaila Pratama Wibisono, tepuk tangan yang meriah" teriak pembawa acara melalui mikenya.      Aku malu sekali, kenapa aku tidak bisa menjawab. Sedih, matakupun berkaca-kaca tapi aku tahan. Kenapa kakakku dipuji-puji sedemikiannya, kenapa bukan aku. Terlihat sekali kakakku begitu bangga dan gembira sampai ayah dan bunda menjemput kamipun,  kegembiraan kakak masih terlihat, bahkan ketika ayah dan bunda memeluk kakak mengucapkan selamat, air mataku tak bisa kubendung, sedih, kesel, benci, kenapa kakak! selalu kakak yang dipuji.

"Adiba, kenapa Nak?" suara lembut itu yang membangunkan lamunan sedihku.  "Hei.. bukanya tadi bersenang-senang sama kakak?" lanjut bunda

"Kakak yang senang Bunda, bukan Adek!" jawabku ketus.                                            "Ternyata Kakak punya cowok bunda, sampai dibela-belain naik ke pentas pake kaos biru ada tulisan Cinta Ungu, Kaila. Dasar gak punya malu, kakak tidak ingat pesen Ayah, kalau sekolah tidak boleh pacaran."

"Hua ha..ha..ha..." kakakku tertawa keras.

"Kailaaaa  " suara lembut bunda menahan tawa kakak, aku tambah benci kakak.

" Apa benar yang Adek bilang, Kak?" tanya ayah kepada kak Kaila.

Kak Kaila masih terus tertawa  "itu cuma judul Cerpen Kaila,Yah.  Adek aja yang salah baca, itu tulisannya Cinta Ungu By Kaila,  gitu."

"Tu kan Dek, itu Cuma judul cerpen, makanya jangan buruk sangka dulu, kemaren adek yang ribut pingin ikut di acara Kakak kan?, harusnya adek juga bangga kakak jadi juara, adek harus rajin menulis, siapa tahu Adek juga berbakat seperti kakak ya?".  Nasehat lembut bunda meluluhkan perasaanku, Aku tertunduk sambil mengangguk, Aku malu sekali. Ternyata aku salah, seharusnya kemaren Aku tidak berkeras ikut di acara kakak, seharusnya Aku biarkan kakak mengajak nenek. Pasti nenekpun akan bangga dan senang diajak kakak naik pentas dan menerima piala seperti yang dilakukan teman-temak kakak yang lain. Seharusnya aku tidak egois. Kakak, Ayah, Bunda, Nenek, maafkan Adiba ya.. bisik batinku karena Aku memang tidak bisa seperti kakak yang selalu bisa mengungkapkan apa saja. Tapi satu hal Aku sayang kalian. Aku berjanji akan menjadi seperti kakak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun