BADAU merupakan sebuah kota kecamatan yang berada di wilayah Perbatasan. Wilayah ini berdekatan sekali dengan batas wilayah Malaysia, dulu merupakan sebuah daerah pinggiran yang  tentunya serba terbatas.
Sewaktu berkunjung ke kawasan ini lima tahun yang lalu. Wilayah di kawasan Perbatasan ini masih banyak jalan yang rusak dan belum terurus. Dengan kondisi akses yang belum sepenuhnya beraspal, ditambah lagi banyaknya lumpur dari jalan tanah di musim penghujan, serta kurangnya penerangan jalan pada malam hari, tidaklah akan cukup waktu tempuh satu kali perjalanan darat untuk sampai di Badau dari arah kota Pontianak. Setidaknya kita harus beristirahat dulu di Putussibau.
Terlebih lagi saat malam hari serta di musim penghujan, saat mendekati ke wilayah kecamatan Badau, kamu akan menjumpai jalan tanah yang bila diguyur hujan, permukaan jalan berubah menjadi jalan lumpur yang licin.
Namun, transportasi darat bukanlah satu-satunya akses menuju kawasan perbatasan tersebut. Dari Bandara Supadio, Pontianak terdapat penerbangan menuju Bandara Pangsuma, di Kecamatan Putussibau, melalui sebuah pesawat kecil, namun penerbangan tersebut terbilang  terbatas.
Bukan tanpa alasan sehingga bahan makanan dan minuman, termasuk bahan bangunan, dan bahkan bahan bakar minyak (BBM) itu dengan mudah masuk Badau, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perbatasan. Â
Akibatnya, masyarakat perbatasan menjadi lebih dominan menggunakan mata uang Ringgit ketimbang Rupiah, Toh mereka masih bisa berbelanja dengan Ringgit.
Dan satu-satunya "Bank" yang saya temui, selaku Perwakilan Bank Indonesia dengan layanan perbankan yang ada dan beroperasi sebagai tempat pengambilan uang dan penukaran uang resmi  di wilayah perbatasan ini hanyalah "BRI Unit Badau", yang berjarak 2 Km dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Indonesia -- Malaysia.
Tak bisa dipungkiri, sejak Pos Lintas Batas Negara (PLBN) dibangun dan diresmikan, Desa Badau sebagai pusat kota Kecamatan Badau, terus berkembang. Sektor ekonomi pun meningkat.