Mohon tunggu...
winarjaki
winarjaki Mohon Tunggu... swasta -

Konsultan yang lagi merantau

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pemanfaatan Radio dalam Mitigasi Bencana

2 Juli 2017   04:51 Diperbarui: 3 Juli 2017   20:41 2683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wilayah Indonesia berada pada posisi tatanan geologi yang komplek antara tiga lempeng bumi yaitu Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik yang terus bergerak mengalami proses geologi yaitu sedimentasi, pengangkatan, lipatan, dan patahan. Hal ini menyebabkan wilayah Indonesia memiliki potensi tinggi untuk terkena bencana geologi, yaitu letusan gunungapi, gempa bumi, longsor, tsunami dll.

Dengan tujuan memberi perlindungan dari bencana geologi, dan menekan jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda yang mungkin timbul, maka perlu dilakukan mitigasi bencana geologi.

Mitigasi merupakan proses mengupayakan berbagai tindakan preventif untuk meminimalkan dampak negatif bencana alam  yang diantisipasi akan terjadi di masa yang akan datang di suatu wilayah. Terdapat kecenderungan untuk lebih menitikberatkan pada upaya mitigasi ketimbang respons pascabencana.

Salah satu upaya mitigasi bencana yang terus dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB adalah upaya untuk meningkatkan budaya “Sadar Bencana”.

Di Negara yang jaringan GSM-nya (telephone genggam) cukup besar, system pemanggil tradisional sudah digantikan oleh teknologi canggih yang dikembangkan protokol GSM. Namun bila terjadi gangguan telekomunikasi via HP saat bencana, atau adanya gangguan jaringan listrik, dalam ketiadaan komunikasi regular, atau saat semua infrastruktur komunikasi jatuh (Darurat Komunikasi). Maka salah satu media yang efektif dalam upaya menciptakan sistem informasi yang ideal adalah komunikasi radio, yang mana banyak dipakai para anggota Amatir Radio yang tersebar luas di Indonesia.

fhoto : internet
fhoto : internet
Radio, merupakan media elektronik yang tidak hanya murah, tetapi juga dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, bahkan daya jangkau siaran Radio sampai ke segala penjuru daerah terpencil yang minim fasilitas.

Komunikasi Radio merupakan hubungan komunikasi yang mempergunakan media udara dan menggunakan gelombang radio sebagai sinyal pembawa. Radio tetap dapat berjalan hanya dengan menggunakan batu baterai, di Frequensi Band AM,SW, atau FM, disamping itu, Radio luar dengan Frequensi Band SW pun tetap dapat mengudara, untuk penyampaian berita darurat pada saat terjadi marabahaya, bencana alam, pencarian dan pertolongan (SAR).

Pesatnya pertumbuhan internet dan televisi tidak serta merta membuat jangkauan pendengar radio lantas kehilangan peminatnya dan menurun. Tentu saja radio masih menjadi salah satu pilihan pavorit yang menempati tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia.

Pengalaman Penulis ketika berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Indonesia di wilayah Sumatera dan pelosok Kalimantan, ataupun pelosok bukit atau gunung tanah Jawa dimana ketiadaan infrastruktur jaringan listrik, telephone, internet dan siaran televisi masih belum terjangkau, maka siaran radio akan menjadi satu-satunya penghubung daerah-daerah tersebut dengan dunia luar. Keberadaan Radio menjadi sangat vital dan menentukan.

Edukasi Siaga Bencana melalui Sandiwara Radio.

Tidak hanya sebagai siaran berita formal, maupun hiburan musik, radio juga bisa hadir memberikan edukasi bencana lewat beragam program seperti yang dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), salah satunya melalui Sandiwara Radio, Asmara di tengah Bencana (ADB) episode 2 yang mulai disiarkan pada Rabu, 7 Juli 2017.

sumber : Kompasiana
sumber : Kompasiana
BNPB akan menyiarkan Sandiwara Radio Asmara di tengah Bencana (ADB) episode 2  ini bekerja sama dengan 80 stasiun radio, 60 stasiun radio swasta dan 20 radio komunitas. Kedelapan puluh stasiun tadi tersebar di 20 provinsi. Patut kita apresiasi, semoga bisa mendulang sukses lebih, yang pada penyiaran pertama tahun lalu, yang sebelumnya mencatat sukses dengan 43 juta pendengar yang kala itu tersiar di 20 stasiun radio.

Memanfaatkan sandiwara radio untuk mengkampanyekan budaya sadar bencana secara luas kepada masyarakat, khususnya untuk menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah terpencil serta mengedukasi masyarakat tentang unsur-unsur yang perlu diwaspadai dari bencana dengan jalur sandiwara radio.

Jika cerita tentang bencana diwariskan pada generasi berikutnya, maka akan selalu diingat dan diperoleh suatu hikmah yang menjadi pelajaran kesiapsiagaan terhadap bencana.  Pendidikan tentang bencana harus terus menerus dilakukan agar masyarakat siap dan memiliki kemampuan untuk mencegah, mengantisipasi, menghindar dan bangkit kembali setelah kejadian bencana.

Masyarakat kita punya sejarah panjang tentang peran dan fungsi radio dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi serta dalam mempengaruhi kebudayaan dan karakter masyarakat Indonesia.

Belajar dari Peristiwa di Masa Lalu

Peristiwa Gempa dan Tsunami Aceh dan Nias tahun 2004, bencana komunikasi terjadi sangat parah. Hingga sepekan pasca bencana, tidak ada informasi yang memadai tentang keadaan wilayah terparah, mulai dari korban jiwa yang jatuh, korban yang selamat, lokasi pengungsian dan tempat yang masih aman. Minimnya informasi tersebut menimbulkan krisis komunikasi yang sangat berat. Belajar dari peristiwa di masa lalu, maka kita juga harus bisa mempersiapkan penanganan bencana komunikasi selain utamanya yaitu menangani darurat bencana.

Radio merupakan salah satu bentuk media khususnya penyiaran yang menjadi alternatif strategis untuk melakukan komunikasi kepada masyarakat guna membangun kultur budaya sadar bencana. Upaya yang berkelanjutan dan lintas generasi tentu sangat diperlukan untuk membangun kesiapsiagaan dalam menghadapi dan pengurangan risiko bencana.

Sudah saatnya pula kita pula belajar menghargai, upaya mitigasi bencana yang terus dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB melalui upaya untuk meningkatkan budaya “Sadar Bencana” sebagai itikad baik untuk memelihara lingkungan dan upaya positif dalam mitigasi, dapat diberi perhatian dan dukungan karena telah berkontribusi bagi kepentingan banyak orang, sehingga pola penanggulangan bencana di tanah air menjadi lebih terencana.

Dalam bencana alam yang sulit diramalkan seperti halnya gempa bumi dan tsunami, agak sulit memang bagi media massa untuk memberikan peringatan dini. Namun, jika proses sosialisasi informasi tentang sadar bencana ini dilakukan secara berkelanjutan, masyarakat akan terus-menerus diingatkan mengenai ancaman bencana dan akan lebih sigap dalam memberikan respons. Keikutsertaan masyarakat di dalam Manajemen bencana perlu terus dijaga dan terus dikembangkan.

Manajemen penanggulangan bencana merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah pusat maupun daerah bersama-sama masyarakat dalam rangka mewujudkan perlindungan yang maksimal kepada masyarakat beserta aset-aset sosial, ekonomi dan lingkungannya dari kemungkinan terjadinya bencana.

Referensi : Dari Berbagai Sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun