Mohon tunggu...
WINA RAHMAN
WINA RAHMAN Mohon Tunggu... Full Time Blogger - S1 Pendidikan Tata Boga

Senang membaca dan berbagi pengetahuan seputar kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jadi Guru Itu Seru : Asyiknya Program Asistensi Mengajar di SMKN 3 Blitar

20 Desember 2024   13:52 Diperbarui: 20 Desember 2024   13:51 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil Eksperimen Puding Pannacotta Oleh Kelas XI Kuliner 6 

Pasca pengantaran, pekan AM diawali dengan bimbingan oleh Guru Pamong kepada mahasiswa melalui (FGD) Focus Group Discussion. Tak hanya berlatih membuat segenap perangkat ajar, namun juga pemahaman mental seorang pendidik, pola pikir, perilaku, observasi tata kelola sekolah, dan mengenal ragam kegiatan non-Akademik. Arahan dari kedua Guru Pamong Ibu Musolikah dan Ibu Erna, menjadi catatan paling berharga Mahasiswa sebelum berinteraksi dengan peserta didik Program Kuliner sebagai seorang Guru.

 Kami dan Siswa : Mari Belajar Bersama. 

Suatu pengalaman berharga yang diperoleh Vina, adalah saat diberi kesempatan mengajar pada kelas X Kuliner 5, dimana ia memperoleh pandangan baru bahwa kehadiran guru ternyata tidak lepas dari bayang - bayang sosok orang tua bagi siswanya. Tak sekedar mengajari cara melipat ragam lipatan daun pisang, Vina juga dihadapkan dengan berbagai karakter siswa, sehingga mengakomodir pembelajaran siswa sesuai kebutuhan beserta latar belakangnya menjadi tantangan baru. Dimulai dari cara mengkondisikan siswa agar siap memulai belajar, menyampaikan materi agar lebih menarik, memacu motivasi belajar siswa, hingga membangun relasi yang sehat antara pendidik-peserta didik. Dengan demikian proses pendidikan karakter (character education) terjadi baik antara pendidik dan peserta didik. Karena itulah, Vina merasa menjadi lebih kompeten, terampil, sabar dan inovatif daripada sebelumnya. 

Lain kisah yang dialami oleh Wina, saat ia terjadwal mengajar praktik hidangan Dessert. Meskipun sudah kali keenam ia mengajar, rasa takut dan gugup tak dapat terhindarkan karena ia belum pernah berhasil membuat pudding menggunakan bahan baku gelatin. Lantas bagaimana bisa mengajari siswa kalau pendidiknya sendiri tak bisa membuat? Syukurnya, rasa takut itu sirna usai dipahamkan Ibu Musolikah, bahwa dari evaluasi kesalahan itulah kita dapat belajar darinya dan menyampaikan pengetahuan baru. Sehingga pada saat praktik, Wina mencoba memberi jumlah cairan yang sama pada setiap siswa, namun dengan takaran gelatin yang berbeda-beda. Hasil jadi dari perbandingan antar resep itu yang nantinya akan dipelajari bersama : bagaimana karakteristik puding dengan kadar gelatin rendah, sedang dan tinggi? Metode belajar ini juga telah terhimpun dalam teori pendidikan, disebut sebagai metode eksperimen, dimana siswa terlibat melakukan percobaan secara langsung, mengamati prosesnya dan menarik kesimpulan. Manfaatnya, siswa dapat belajar mandiri, menemukan jawaban dan mengasah kemampuan ilmiah.

Hasil Eksperimen Puding Pannacotta Oleh Kelas XI Kuliner 6 
Hasil Eksperimen Puding Pannacotta Oleh Kelas XI Kuliner 6 

Wina berfoto bersama Ibu Musolikah dan Siswa Kelas XI Kuliner 6 Usai Praktikum.
Wina berfoto bersama Ibu Musolikah dan Siswa Kelas XI Kuliner 6 Usai Praktikum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun