Kita, anak-anak Adam telah lupa seberapa sering menangis karena-Nya. Ah, seharusnya tak ada kata "sering" di kalimat sebelumnya karena mungkin belum pernah sama sekali. Fakta yang nyelekit, tetapi takut itu menjadi sebuah hal yang senantiasa menjangkit.
Kita hanyalah budak dari Sang Maha Luas
Rahmat & Nikmat-Nya yang tak terkurasKita merintih dengan sangat keras
Hingga air mata habis diperas
Kita senantiasa selalu memelas
Namun bersyukur tak selarasKita berharap kelak 'kan dibalas
Dengan ampunan yang tak terbatas
Benar, apa yang tertulis di atas ialah teguran. Benar, apa yang tertulis di atas ialah harapan. Teguran dan harapan agar senantiasa mengingat-Nya.
-Pontianak, Desember 2021