Mohon tunggu...
Wina Alda
Wina Alda Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Seorang perempuan sederhana yang bersembunyi di balik untaian kata.

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Suara Dini Hari

30 Juni 2024   21:19 Diperbarui: 30 Juni 2024   21:26 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit telah menggelap tanpa taburan bintang. Angin dingin yang mengabarkan hujan terasa menusuk layaknya jarum. Suara jangkrik menyahuti setiap obrolan para mahasiswa yang baru pulang ikut kajian di masjid tak jauh dari posko. Setelah seminggu berada di tempat KKN, ini adalah kajian pertama yang mereka ikuti. Kajiannya dilakukan seminggu sekali, setiap malam Jumat. Kegiatannya dimulai dengan yasinan bersama, lalu dilanjutkan dengan ceramah ustaz.

Nadia memegang erat tangan Yunda, sahabatnya, ketika para lelaki mulai bercerita tentang hantu. Seolah tidak puas, mereka juga membuat suara-suara aneh. Satu orang bertugas untuk memberikan efek jumpscare dengan berteriak dan mengentakkan kaki ke tanah. Sontak semua orang-terutama perempuan-menjerit histeris. Nadia sampai memeluk Yunda.

"Eh, udah, dong! Nanti disamperin beneran tahu rasa kalian!" omel Yunda.

Bukannya sadar, mereka malah meledek Yunda dan berusaha mendorong Yunda ke dalam rumpun bambu di pinggir jalan. Nadia menjerit-jerit sambil menarik tangan Yunda kembali mendekat padanya. Setelah itu, mereka hanya tertawa melihat Yunda dan Nadia yang sudah hampir menangis.

Lima belas menit kemudian, mereka tiba di posko KKN. Rumah panggung khas sunda yang dijadikan posko itu berada di tengah-tengah kampung. Bangunan tersebut merupakan balai musyawarah yang biasa digunakan oleh warga sekitar. Namun, Pak RT bilang, rumah itu tidak sengaja dibangun untuk balai musyawarah, tetapi merupakan rumah kosong yang pemiliknya sudah meninggal. Pemiliknya adalah sepasang suami istri yang sampai akhir hayatnya tidak punya anak sama sekali.

Sekilas memang tidak ada yang aneh. Suasananya terasa hangat, layaknya rumah nenek di kampung halaman. Di depan rumah terdapat jalan yang menjadi penghubung utama kampung ini. Walaupun sudah malam, jalanan biasanya ramai oleh bapak-bapak yang meronda, atau orang-orang yang pergi mencari jajanan hangat seperti basreng dan seblak. Namun, berhubung malam ini sudah mulai turun hujan, jalanan sudah sepi. Hanya ada beberapa pengendara motor yang terlihat melintas.

Nadia dan teman-temannya masuk ke dalam rumah. Sebenarnya, posko laki-laki terpisah dengan perempuan. Mereka ditampung di rumah Pak Haji, tak jauh dari posko perempuan. Namun, mereka hanya menumpang tidur saja di rumah Pak Haji. Sebab, semua kegiatan dilakukan di posko perempuan, termasuk kegiatan memasak dan makan. Baik laki-laki maupun perempuan, semua kebagian jadwal memasak dan bersih-bersih tanpa dibeda-bedakan. Selama satu hari satu malam di tanggal tersebut, yang kebagian jadwal bertanggung jawab melakukan semua pekerjaan yang sudah ditentukan. Hari ini jadwalnya Nadia dan Yunda. Dari pagi sampai malam, mereka yang bertugas menyiapkan makanan mulai dari sarapan hingga makan malam. Sementara itu, Riko, Denis, dan Yanto bagian bersih-bersih.

"Nad, kamu ngerasain hal yang aneh gak sih?" tanya Yunda tiba-tiba.

Nadia yang sedang mengiris bawang mengusap matanya yang perih. Mereka akan memasak nasi goreng untuk makan malam.

"Hal aneh apa?" Nadia balik bertanya.

"Dari tadi aku merinding terus, tahu! Gara-gara didorong ke rumpun bambu sama anak-anak tengil itu."

"Penakut amat, Yun," kata Riko, salah satu tersangka yang mendorong Yunda tadi. "Ada juga hantunya kali yang takut lihat kamu."

Ucapan Riko disambut gelak tawa semua orang yang berkumpul di dapur. Hanya Nadia yang diam-diam saja. Sebab, ia pun merasakan hal tidak enak sama seperti Yunda. Bahkan, ia sudah merasakannya sejak beberapa hari yang lalu.

Semua bermula ketika Nadia terbangun dari tidurnya. Ia ingat, saat itu sekitar pukul tiga dini hari. Nadia mendengar suara seseorang sedang menyisir rambut, tepat di belakang tempat ia berbaring. Semua orang di rumah ini tidur di ruang tengah. Dua kamar yang tersedia tidak dipakai tidur, tetapi dipakai untuk menyimpan pakaian dan tas mereka. Nadia sendiri posisi tidurnya berada tepat di depan pintu kamar yang pintunya hanya menggunakan gorden. Jadi, Nadia bisa mendengar suara itu dengan sangat jelas. Pada awalnya, Nadia menganggap suara itu adalah suaranya Rina. Salah satu temannya itu memang terbiasa bangun paling awal dan sudah mandi subuh-subuh. Wajar kalau ia menyisir rambut jam segitu. Beberapa malam Nadia mendengar suara itu dan tidak pernah berpikir aneh-aneh. Namun, suatu ketika, Nadia melihat Rina masih terbaring di posisinya, sedangkan suara itu masih terdengar jelas. Nadia sampai membeku di posisinya, nyaris tidak bisa bernapas. Keringat dingin ia rasakan keluar dari sekujur tubuh. Ia tetap terjaga sampai suara itu menghilang ketika suara azan subuh bersahutan.

Nadia tidak pernah menceritakannya kepada siapa pun, karena khawatir akan menimbulkan kegaduhan. Ia berusaha tetap tenang dengan berdoa sebisanya dan memohon perlindungan kepada Yang Kuasa. Malam ini pun ia tidak menanggapi perasaan aneh Yunda.

Begitu saja hari-hari berlalu, dan Nadia masih sering mendengar suara itu setiap malam. Kalau sedang beruntung, ia tidak terbangun dini hari dan bisa tidur dengan tenang sampai azan subuh. Nadia berpikir untuk melaksanakan tugas KKN dengan baik saja, dan pulang dari tempat ini dengan cara baik-baik dan selamat. Namun, kegaduhan mulai terjadi ketika satu per satu teman-temannya menemukan keanehan dan saling bercerita. Ada yang mendengar suara-suara aneh seperti orang berjalan padahal tidak ada siapa-siapa, ada yang mendengar seseorang bermain air. Ketakutan mulai menjalar ke semua orang. Sampai setiap kejadian aneh dihubungkan dengan hantu. Bahkan, ketika mereka menggoreng cimol dan cimolnya meledak melompat-lompat dari wajan pun mereka menuduh penunggu rumah sebagai pelakunya.

Nadia merasa cemas. Ia khawatir perkataan teman-temannya akan membuat sang penunggu makin tersinggung. Dengan tetap tenang dan tanpa sepengetahuan teman-temannya, Nadia mendatangi Pak Haji untuk menceritakan semua kejadian yang mereka alami, lalu meminta saran kepadanya. Pak Haji adalah adik dari sang pemilik rumah. Pak Haji bercerita, ia sering bermimpi bahwa kakaknya masih berada di rumah itu.

"Entah itu benar dia atau bukan," kata Pak Haji. "Karena sebenarnya orang yang sudah meninggal, kan, sedang menunggu hari kiamat di alam barzakh."

Meski begitu, Pak Haji tetap memberi saran kepada Nadia agar tidak pernah meninggalkan salat lima waktu. Kalau bisa, ditambah bangun tengah malam untuk salat tahajud.

"Ajak juga teman-teman yang lain untuk membaca alquran bersama-sama," ujar Pak Haji.

Nadia pulang ke posko dan menceritakan semua ke teman-temannya seperti saran Pak Haji. Meski tampak acuh tak acuh, ternyata beberapa di antara teman-teman Nadia mau mengikuti sarannya, termasuk Yunda. Ia ikut bangun tengah malam untuk tahajud, juga membaca alquran selepas salat wajib. Walaupun satu-dua ayat, atau hanya membaca surat-surat pendek, yang penting tidak pernah bolong. Setiap malam, Nadia masih mendengar suara itu. Namun, makin hari suaranya makin terdengar jauh, dan pada akhirnya lenyap. Nadia dan teman-temannya bisa menyelesaikan KKN dengan baik dan pulang ke rumahnya masing-masing dalam keadaan sehat dan selamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun