"Dari tadi aku merinding terus, tahu! Gara-gara didorong ke rumpun bambu sama anak-anak tengil itu."
"Penakut amat, Yun," kata Riko, salah satu tersangka yang mendorong Yunda tadi. "Ada juga hantunya kali yang takut lihat kamu."
Ucapan Riko disambut gelak tawa semua orang yang berkumpul di dapur. Hanya Nadia yang diam-diam saja. Sebab, ia pun merasakan hal tidak enak sama seperti Yunda. Bahkan, ia sudah merasakannya sejak beberapa hari yang lalu.
Semua bermula ketika Nadia terbangun dari tidurnya. Ia ingat, saat itu sekitar pukul tiga dini hari. Nadia mendengar suara seseorang sedang menyisir rambut, tepat di belakang tempat ia berbaring. Semua orang di rumah ini tidur di ruang tengah. Dua kamar yang tersedia tidak dipakai tidur, tetapi dipakai untuk menyimpan pakaian dan tas mereka. Nadia sendiri posisi tidurnya berada tepat di depan pintu kamar yang pintunya hanya menggunakan gorden. Jadi, Nadia bisa mendengar suara itu dengan sangat jelas. Pada awalnya, Nadia menganggap suara itu adalah suaranya Rina. Salah satu temannya itu memang terbiasa bangun paling awal dan sudah mandi subuh-subuh. Wajar kalau ia menyisir rambut jam segitu. Beberapa malam Nadia mendengar suara itu dan tidak pernah berpikir aneh-aneh. Namun, suatu ketika, Nadia melihat Rina masih terbaring di posisinya, sedangkan suara itu masih terdengar jelas. Nadia sampai membeku di posisinya, nyaris tidak bisa bernapas. Keringat dingin ia rasakan keluar dari sekujur tubuh. Ia tetap terjaga sampai suara itu menghilang ketika suara azan subuh bersahutan.
Nadia tidak pernah menceritakannya kepada siapa pun, karena khawatir akan menimbulkan kegaduhan. Ia berusaha tetap tenang dengan berdoa sebisanya dan memohon perlindungan kepada Yang Kuasa. Malam ini pun ia tidak menanggapi perasaan aneh Yunda.
Begitu saja hari-hari berlalu, dan Nadia masih sering mendengar suara itu setiap malam. Kalau sedang beruntung, ia tidak terbangun dini hari dan bisa tidur dengan tenang sampai azan subuh. Nadia berpikir untuk melaksanakan tugas KKN dengan baik saja, dan pulang dari tempat ini dengan cara baik-baik dan selamat. Namun, kegaduhan mulai terjadi ketika satu per satu teman-temannya menemukan keanehan dan saling bercerita. Ada yang mendengar suara-suara aneh seperti orang berjalan padahal tidak ada siapa-siapa, ada yang mendengar seseorang bermain air. Ketakutan mulai menjalar ke semua orang. Sampai setiap kejadian aneh dihubungkan dengan hantu. Bahkan, ketika mereka menggoreng cimol dan cimolnya meledak melompat-lompat dari wajan pun mereka menuduh penunggu rumah sebagai pelakunya.
Nadia merasa cemas. Ia khawatir perkataan teman-temannya akan membuat sang penunggu makin tersinggung. Dengan tetap tenang dan tanpa sepengetahuan teman-temannya, Nadia mendatangi Pak Haji untuk menceritakan semua kejadian yang mereka alami, lalu meminta saran kepadanya. Pak Haji adalah adik dari sang pemilik rumah. Pak Haji bercerita, ia sering bermimpi bahwa kakaknya masih berada di rumah itu.
"Entah itu benar dia atau bukan," kata Pak Haji. "Karena sebenarnya orang yang sudah meninggal, kan, sedang menunggu hari kiamat di alam barzakh."
Meski begitu, Pak Haji tetap memberi saran kepada Nadia agar tidak pernah meninggalkan salat lima waktu. Kalau bisa, ditambah bangun tengah malam untuk salat tahajud.
"Ajak juga teman-teman yang lain untuk membaca alquran bersama-sama," ujar Pak Haji.
Nadia pulang ke posko dan menceritakan semua ke teman-temannya seperti saran Pak Haji. Meski tampak acuh tak acuh, ternyata beberapa di antara teman-teman Nadia mau mengikuti sarannya, termasuk Yunda. Ia ikut bangun tengah malam untuk tahajud, juga membaca alquran selepas salat wajib. Walaupun satu-dua ayat, atau hanya membaca surat-surat pendek, yang penting tidak pernah bolong. Setiap malam, Nadia masih mendengar suara itu. Namun, makin hari suaranya makin terdengar jauh, dan pada akhirnya lenyap. Nadia dan teman-temannya bisa menyelesaikan KKN dengan baik dan pulang ke rumahnya masing-masing dalam keadaan sehat dan selamat.