Mohon tunggu...
Laksamana Fadian Z.R.
Laksamana Fadian Z.R. Mohon Tunggu... Politisi - A writer, Debater, Philantrophist

Mawapres Utama UM 2019 YSEALI Alumni

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

ABIPET: Inovasi Internet of Things untuk Mereformasi Sistem Pendidikan Menjadi Inklusif dan Menyejahterakan Guru

28 November 2019   00:16 Diperbarui: 28 November 2019   00:27 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menuju 2045 Indonesia Emas, lulusan pendidikan Indonesia juga akan digoncang dengan revolusi industri 4.0 yang menawarkan automatisasi; perampas pekerjaan berbasis manufaktur sebagai penyerap pekerjaan terbesar dengan cyberphysic dan sensor (Tarmizi, 2018).

Revolusi ini akan memperburuk peningkatan rerata pengangguran yang semula 2,59% (1991) ke 5,6% (2017) (World bank, 2017) yang didominasi oleh 71% generasi muda produktif (Wijaya, 2018).

Kurikulum 2013 (K13) kemudian datang dengan orientasi lulusan inovatif-kreatif, pendidikan karakter, pelajaran berbasis high cognitive & student active learning seperti yang diharapkan Word Economic Forum (Wijaya, 2018). Komponen K13 telah terlihat beradaptasi dengan permintaan dunia kerja hingga 2045, dimana kemampuan  seperti berpikir kritis, kreatif, dan  enterpreneurship adalah syarat untuk bertahan menghadapi era disruptif (McKinsey, 2018).  

Namun, apakah komponen terpenting sistem pendidikan kita telah layak mempersiapkan generasi di era disrupsi mendatang? terlepas dari reformasi kurikulum, guru sebagai eksekutor utama kurikulum melalui RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran) yang mereka desain masih mengalami problematika.

Guru yang diwajibkan mengimplementasikan pembelajaran scientfic based learning hingga kontekstual masih tidak sesuai fakta lapangan (Puspitarini, 2014). Mereka mentransmisikan konsep abstrak untuk mengejar target Kompetensi Dasar (KD) tanpa inovasi media dan pendekatan pedagogis sesuai permintaan K13 (Prastya, 2012).

Terlebih ironis, komponen penting untuk memastikan performa guru di kelas sesuai dengan SOP kurikulum melewati pengawas pendidikan masih cacat. 90% pengawas hanya datang sekali per semester, beberapa pengawas bukan ahli pada spesifikasi mata pelajaran guru, dan 30% tidak memberikan feedback secara maksimal (Husain, 2014).

Padahal, mendikbud Muhadjir Efendi sendiri menyatakan bahwa guru adalah penentu terpenting kualitas pendidikan (Debora, 2016). Sehingga, kurangnya performa guru berdampak ke kualitas lulusan yang tidak sesuai dengan ekspektasi kurikulum yang selalu dirombak dan permintaan pasar yang kian ketat di era disruptif.

Tidak heran apabila Indonesia tertinggal di posisi 61 dari 63 negara pada penilaian PISA (Programme for International Student Assessment) 2015 yang menitikberatkan penilaian autentik--"apakah siswa dapat menerapkan pelajaran ruang kelas pada dunia nyata?"

Saya menjadi linglung saat menilik ekspektasi Nadim Makarim sebagai Menteri Baru Kemendikbud perihal pemberian kebebasan pada guru untuk berinovasi mengingat kondisi sekarang memperlihatkan minimnya inovasi guru di kelas.

Dengan melihat problematika pendidikan di segmen terkecil seperti kelas, penulis membawa solusi integratif bernama sistem ABIPET (Analitika Big-Data Pendidikan Tertintegrasi). ABIPET bekerja dengan mengumpulkan data tiap sekolah menjadi big data terpusat yang diolah dengan server big data analytics.

Big data merupakan aliran data berkapasitas besar (>1 Terrabyte) dengan arus cepat (Hilbert, 2015). Data yang diserap berupa Feedbacks (kritik dan apresiasi) dari siswa terhadap berbagai aspek pengajaran guru, diikuti dengan feedback lewat wali murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun