Mohon tunggu...
Wimpie Pangkahia
Wimpie Pangkahia Mohon Tunggu... Dosen, dokter -

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Dosen Program Pascasarjana Universitas Udayana Dokter Penulis buku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Catatan Kemerdekaan

17 Agustus 2015   06:26 Diperbarui: 17 Agustus 2015   07:44 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wimpie Pangkahila

CATATAN KEMERDEKAAN
Tujuhpuluh tahun kemudian

Sudah tujuhpuluh tahun republik ini merdeka
Sudah tujuhpuluh tahun bangsa ini tak dijajah lagi
Tetapi mengapa dada ini terasa tak lega
Terasa luka bagai tertikam sejuta duri
Inikah yang disebut merdeka?

Tujuh puluh tahun memang tak ada lagi senapan tentara penjajah
Tetapi apakah merdeka hanya berarti tak ada lagi senapan mereka?
Sementara kebodohan masih merajalela
Sehingga bangsa ini menjadi sasaran penjualan
Dari produk celana dalam palsu sampai narkoba

Inikah merdeka namanya kalau di sudut-sudut sana
Saudara kita masih makan batu dan menyusui anak hewan
Dan hidup dari pohon ke pohon bergelantungan
Sementara di atas situ para tuan hidup mewah hasil korupsi
Tak peduli rakyat yang hidup tak pasti

Tujuhpuluh tahun kita memang lepas dari senapan serdadu dari luar sana
Tetapi apakah merdeka namanya kalau rakyat ketakutan
Karena wajah sangar para preman atas nama organisasi massa
Sambil mengayun golok dan pentungan di tangan
Sementara petugas negara diam sopan bagai anak perawan

Merdekakah namanya kalau para perempuan kita
Harus menjadi babu dengan nama TKW di luar sana
Dan menjadi korban pelecehan dan kekerasan majikan gila
Lalu pulang membawa bayi yang tak jelas siapa ayahnya
Dan tanpa rasa berdosa kita menyebut mereka pahlawan devisa?

Apakah merdeka namanya kalau kita masih dibodohi
Lalu kita juga membodohi sesama anak bangsa sendiri
Tetapi kita tak merasa masih dalam kebodohan
Padahal berkelakuan seperti orang lupa ingatan
Ah, bangsaku sungguh kasihan

Merdeka mestinya bebas berkarya dan mencipta untuk bangsa
Bukan bebas berbuat seenak perut sendiri
Mencari jabatan dengan membeli ijazah dan gelar palsu
Di tengah rakyat yang membayar uang kuliah pun tak mampu
Kemudian tertawa bangga tak punya harga diri dan rasa malu

Merdeka bukan berarti bebas membuat aturan sendiri
Seakan bukan bagian negara kesatuan republik ini
Seolah lupa negeri ini adalah Indonesia kita
Yang sejak semula dibangun bersama
Oleh seluruh anak bangsa di Nusantara

Kita merindukan merdeka yang sesungguhnya
Ketika rakyat tak lagi hidup dalam kebodohan
Sehingga tak lagi dibodohi dan membodohi sesama
Ketika tak ada lagi rakyat yang tak punya kepastian
Menjalani hidup hari ini dan bahagia menatap masa depan

Tetapi baiklah kita ucapkan saja
Merdeka!
Walaupun mulut kita lesu tak berdaya
Dan wajah kita datar tak bercahaya
Karena ini kita punya negara dan bangsa
Indonesia kita

Malam hari di Sanur, menjelang 17 Agustus 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun