Pada peristiawa G30S, Pierre yang mengaku sebagai Jenderal Nasution ditangkap dan dibawa pasukan PKI ke Lubang Buaya. Di Lubang Buaya Pierre dibunuh dan dimasukan ke sumur tak terpakai bersama 6 Perwira Tinggi Angkatan Darat lainnya. Pierre pun dianugerahi Pahlawan Revolusi.
Korban kekejaman PKI di luar Yogyakarta adalah Brigjen Katamso. Jenderal kelahiran Sragen, 5 Februari 1923 itu diculik saat bertugas di Yogyakarta.
Tubuhnya dipukuli dengan kunci mortir motor. Tubuhnya pun dimasukkan ke dalam sebuah lubang yang telah disiapkan di sekitar Kentungan, Sleman, Yogyakarta. Jenazahnya baru ditemukan beberapa hari kemudian tepatnya 21 Oktober 1965.
Nasib mengenaskan juga menimpa Kolonel Sigiyono. Perwira yang pernah jadi ajudan Letnan Kolonel Soeharto di zaman revolusi itu gugur bersama Brigjen Katamso usai kepalanya dihantam kunci mortir motor dan batu.
Sugiyono yang turut beraksi dalam Serangan Umum 1 Maret, lahir di Gunung Kidul, Yogyakarta, 12 Agustus 1926. Bersama Brigjen Katamso, jenazahnya dimasukkan ke lubang yang sama dan baru ditemukan setelah 20 hari kemudian.
KS Tubun adalah satu-satunya satu-satunya perwira di luar TNI yang tewas pada malam G30S PKI. Lahir di Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928, hidupnya harus berakhir saat memergoki pasukan Cakrabirawa mengepung rumah Jendera AH Nasution.
KS Tubun saat itu bertugas menjadi ajudan Johanes Leimena, menteri di kabinet Presiden Sukarno. Rumah Leimena bertetangga dengan rumah Jenderal Nasution.
Saat pengepungan rumah Jenderal Nasution, KS Tubun mendengar suara tembakan. Ia pun melepaskan tembakan ke arah pasukan Cakrabirawa. Sayang, karena kalah jumlah dan kalah senjata, tubuhnya pun diberondong peluru. KS Tubun gugur, namun tubuhnya tidak dibawa ke Lubang Buaya.