5. Mayjen D I Pandjaitan
Ia adalah salah satu otak lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Bersama pemuda lain, ia membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Aktif di TKR membuat kariernya cepat meroket. Mulai dari menjadi komandan batalyon, kariernya merangkak dengan menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi, Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatra dan menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Terakhir, ia menjadi Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat.
Sebagai Perwira Tinggi, pria kelahiran Balige, Sumatra Utara pada 19 Juni 1925 itu menjadi target penculikan dan pembunuhan oleh PKI.
Sayangnya kematiannya mengenaskan. Maut menjemput Pandjaitan saat sekelompok anggota PKI menyergap rumahnya. Pelayan serta ajudannya dihabisi. Tahu ajalnya sudah dekat, Mayjen Pandjaitan menemui tentara PKI dengan mengenakan seragam militer lengkap. Tubuhnya yang tegap pun diberondong peluru dan jenazahnya diseret ke Lubang Buaya.
6. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo
Jumat dini hari, 1 Oktober 1965, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo diculik sejumlah pasukan Cakrabirawa. Ia diseret ke markas PKI di Lubang Buaya. Setelah disiksa, Sutoyo dibunuh dan jenazahnya dibuang ke dalam sumur bersama lima jenderal lainnya.
Mayjen Sutoyo lahir di Kebumen pada 28 Agustus 1922. Pada 1945, Sutoyo bergabung dengan militer sebagai Polisi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang merupakan cikal bakal Polisi Militer.
Karier di dunia militernya dimulai dengan menjadi ajudan Kolonel Gatot Soebroto, Komandan Polisi Militer. Kariernya perlahan mulai naik hingga ia dipercaya menjadi inspektur kehakiman/jaksa militer utama. Sayangnya, Sutoyo dituding ikut membentuk Dewan Jenderal sehingga namanya masuk dalam daftar perwira tinggi yang harus dihabisi.
7. Kapten Pierre Tendean
Perwira yang baru berusia 26 tahun itu tewas diberondong timah panas dari senjata Cakrabirawa. Ia yang menjadi martir Jenderal Abdul Haris Nasution yang menjadi incaran PKI untuk dibunuh.
Ajudan Jenderal Nasution itu lahir pada 21 Februari 1939. Karier militernya dimulai dengan menjadi intelijen. Ia pernah ditugaskan menjadi mata-mata ke Malaysia selama konfrontasi Indonesia-Malaysia.