Ia pernah menjadi Kepala Staf Tentara dan Teritorial (T&T) IV/ Diponegoro di Semarang, menjadi Staff Angkatan Darat di Jakarta, dan kembali ke Kementerian Pertahanan.
Pascapemberontakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) padam, Suprapto dipindah ke Medan menjadi Deputi Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatera.
Suprapto adalah salah satu Perwira Tinggi yang berseberangan dengan pemikiran pentolan PKI, DN Aidit yang ngotot ingin mempersenjatai buruh dan tani dengan membentuk Angkatan Kelima. Karena alasan itulah Suprapto masuk dalam daftar jenderal yang harus dihabisi.
3. Letjen MT Haryono
Putra seorang asisten Wedana di Gresik ini lahir di Surabaya pada 20 Januari 1924. MT Haryono menimba ilmu di ELS (setingkat sekolah dasar), HBS (setingkat sekolah menengah umum) dan Ika Dai Gakko (sekolah kedokteran di masa pendudukan Jepang) di Jakarta. Sayangnya, ia tidak menyelesaikan pendidikan kedokteran itu.
Jenderal bintang tiga ini dikenal sebagai orang yang sangat cerdas. Seperti Mohammad Hatta, MT Haryono diketahui fasih berbicara sejumlah bahasa asing, seperti Belanda, Inggris, dan Jerman. Tak heran ia pun menjadi acap kali ditunjuk menjadi perwira penyambung lidah dalam setiap perundingan. Seperti ketika Konferensi Meja Bunda (KMB), Haryono ditunjuk sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia.
Sebelum bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Haryono sudah aktif berjuang dengan para pemuda mempertahankan kemerdekaan. Ia juga vokal menentang PKI dan kroninya. Tak heran namanya pun masuk dalam daftar jenderal yang akan diculik.
4. Letjen Siswondo Parman
Perwira tinggi lainnya yang menentang ide DN Aidit mempersenjatai tani dan buruh adalah Letjen S Parman. Ia yang merupakan tentara intelijen masuk daftar penculikan lantaran mengetahui semua rencana dan gerak-gerik PKI.
Sebenarnya, S Parman dekat dengan PKI mengingat tugasnya sebagai intelijen negara. Ia juga mengetahui kegiatan rahasia PKI. Namun, saat ditawari bergabung dengan PKI, jenderal kelahiran Wonosobo, 4 Agustus 1918 itu menolak paham komunis.
Gilanya, masuknya nama S Parman dalam daftar jenderal yang harus dibunuh datang dari kakak kandungnya sendiri, Ir Sakirman. Sakirman yang saat itu merupakan salah satu petinggi PKI sering berselisih paham dengan adiknya. Pertengkaran kakak beradik itu pun berujung dengan direnggutnya nyawa S Parman.