Tanggal 22 September 2018 yang lalu bersama ClicK (CommuterLine Community of Kompasiana) mengadakan kunjungan ke Museum dan Rumah Multatuli, Rangkasbitung yang dimulai pukul 11.30 WIB. Ini kali pertamanya ikut ClicK. Museum Multatuli ini terletak Jl. Alun-Alun Timur No. 8, Rangkasbitung Barat, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten 42312. Kita bisa naik KA Commuter line (Kereta Rel Listrik) untuk sampai disini. Jurusan yang dituju Rangkasbitung, Banten melalui Stasiun Tanah Abang, Jakarta.
Eduard Douwes Dekker merupakan nama asli dari Multatuli. Lahir di Amsterdam pada tanggal 02 Maret 1820. Bertempat tinggal di Rangkasbitung sejak Januari sampai dengan Maret 1856. Merupakan asisten residen Lebak.Â
Novel yang pernah dituliskan Multatuli pada tahun 1860 yang berjudul Max Havelaar. Praktek pemerasan yang dilakukan oleh bupati setempat terhadap rakyat Lebak merupakan pengalaman pahit yang telah menginspirasi novel Max Havelaar. Max Havelaar inilah yang menjadi simbol dari inspirasi pembebasan di negeri terjajah.
Pada halaman luar museum terdapat patung Multatuli, patung Saijah dan Adinda yang merupakan karya Dolorosa Sinaga. Saijah dan Adinda merupakan tokoh dalam novel Max Havelaar.Â
Kepala patung Multatuli terdapat di pintu masuk utama. Dari tempat ini dikenal dengan kopi. Ada juga karya W.S. Rendra menerbitkan puisi yang berjudul Orang-Orang Rangkasbitung.Â
Dilengkapi dengan perpustakaan untuk menambah minat baca dari warga Lebak dan Banten. Museum Multatuli mempunyai tujuh ruangan dengan empat segmen.Â
Segmen pertama menunjukkan tentang sejarah masuknya kolonialisme di Indonesia, segmen kedua menunjukkan tentang Multatuli dan Max Havelaar, segmen ketiga menunjukkan tentang sejarah Banten dan Lebak dan segmen keempat menunjukkan tentang sejarah Rangkasbitung.
Mari kita lestarikan peninggalan sejarah di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H