Mohon tunggu...
Wily Wijaya
Wily Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pendidik

Medan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Museum dan Rumah Multatuli, Rangkasbitung

7 Oktober 2018   21:29 Diperbarui: 7 Oktober 2018   23:31 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tanggal 22 September 2018 yang lalu bersama ClicK (CommuterLine Community of Kompasiana) mengadakan kunjungan ke Museum dan Rumah Multatuli, Rangkasbitung yang dimulai pukul 11.30 WIB. Ini kali pertamanya ikut ClicK. Museum Multatuli ini terletak Jl. Alun-Alun Timur No. 8, Rangkasbitung Barat, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten 42312. Kita bisa naik KA Commuter line (Kereta Rel Listrik) untuk sampai disini. Jurusan yang dituju Rangkasbitung, Banten melalui Stasiun Tanah Abang, Jakarta.

Tampak Depan Museum Multatuli (dok. pri.)
Tampak Depan Museum Multatuli (dok. pri.)
Museum dahulu dibangun sekitar tahun 1920-an yang merupakan bekas kantor dan juga merupakan kediaman Wedana Lebak. Museum Multatuli diresmikan penggunaannya oleh Bupati Lebak mulai tanggal 11 Februari 2018. 

Eduard Douwes Dekker merupakan nama asli dari Multatuli. Lahir di Amsterdam pada tanggal 02 Maret 1820. Bertempat tinggal di Rangkasbitung sejak Januari sampai dengan Maret 1856. Merupakan asisten residen Lebak. 

Novel yang pernah dituliskan Multatuli pada tahun 1860 yang berjudul Max Havelaar. Praktek pemerasan yang dilakukan oleh bupati setempat terhadap rakyat Lebak merupakan pengalaman pahit yang telah menginspirasi novel Max Havelaar. Max Havelaar inilah yang menjadi simbol dari inspirasi pembebasan di negeri terjajah.

Sekilas isi Museum Multatuli (dok. pri.)
Sekilas isi Museum Multatuli (dok. pri.)
Pemerintah Kabupaten Lebak membuat kerja sama dengan Perhimpunan Multatuli (Multatuli Genootschap) di Belanda untuk membuat duplikat sejumlah dokumen Eduard Douwes Dekker. 

Pada halaman luar museum terdapat patung Multatuli, patung Saijah dan Adinda yang merupakan karya Dolorosa Sinaga. Saijah dan Adinda merupakan tokoh dalam novel Max Havelaar. 

Kepala patung Multatuli terdapat di pintu masuk utama. Dari tempat ini dikenal dengan kopi. Ada juga karya W.S. Rendra menerbitkan puisi yang berjudul Orang-Orang Rangkasbitung. 

Dilengkapi dengan perpustakaan untuk menambah minat baca dari warga Lebak dan Banten. Museum Multatuli mempunyai tujuh ruangan dengan empat segmen. 

Segmen pertama menunjukkan tentang sejarah masuknya kolonialisme di Indonesia, segmen kedua menunjukkan tentang Multatuli dan Max Havelaar, segmen ketiga menunjukkan tentang sejarah Banten dan Lebak dan segmen keempat menunjukkan tentang sejarah Rangkasbitung.

Kondisi Rumah Multatuli Kini (dok. pri.)
Kondisi Rumah Multatuli Kini (dok. pri.)
Rumah Multatuli berada di bagian belakang Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten. Sebelum sampai di sini, kita akan melewati alun-alun Rangkasbitung. Bangunan rumah Multatuli kini tak terurus. Pintu dan atap mulai rusak dan roboh. Hanya tinggal tembok yang masih berdiri kokoh. Lahan depan kini dipakai untuk parkir kendaraan. Akan sejarah ini berlalu?

Mari kita lestarikan peninggalan sejarah di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun