Ian Hugen melalui gaya busananya mampu membuktikan power yang dimilikinya. Ia berhasil diundang dalam pagelaran UI Fashion Week untuk mengisi talkshow berkaitan dengan fesyen dan kepercayaan diri. Faktanya, tampil dengan tren genderless mampu membuktikan kinerja dan pilihan hidup yang dipilih untuk menjadi seorang transpuan Hanya dengan pakaian, individu dapat mengetahui bagaimana jati diri pemakainya meski hanya melihat pada baju.
Hal ini tentu membuktikan bahwa preferensi dalam fashion tidak mengubah potensi yang dimiliki. Ian Hugen berhasil membuktikan kepada publik bahwa gaya berpakaian hanya berkaitan dengan personalitas dan kenyamanan dalam menggunakannya, bukan tentang menyalahi kodrat yang sudah ditetapkan saat lahir. Selain itu, fesyen juga digunakan untuk menjadi sarana berekspresi seseorang.Â
Pakaian merupakan objek yang dianggap bisa menyampaikan sesuatu sebagaimana yang dikemukakan oleh Barthes, "the language of fashion". Baju yang digunakan mengandung pesan tertentu yang kemudian ingin disampaikan oleh pemakainya.
Cara berekspresi yang berbeda satu sama lain inilah yang kemudian disoroti. Fashion yang digunakan dapat merepresentasikan identitas gender sebagai bentuk penerimaan diri.Â
Bukan sekedar menutupi badan, nyatanya pakaian mampu menyampaikan nilai dan citra tertentu yang ingin diperlihatkan dan diekspresikan. Contohnya, aku ingin tampil cantik, mewah, elegan, modis, atau lainnya dengan melihat pada look dan penampilan.Â
Adapun kepercayaan diri yang muncul untuk mengekspresikan berbeda-beda satu sama lain. Bagi sebagian orang, genderless fashion adalah cara untuk dapat tampil percaya diri dan menarik sesuai kepribadian.
Kepercayaan diri antara satu individu dan lainnya tidak dapat disamaratakan. Alih-alih menyamakan gaya dengan orang lain, masyarakat lebih suka menciptakan gayanya sendiri yang khas dan sesuai dengan kepribadian. Genderless fashion sudah memasuki era barunya.Â
Bukan hanya berkaitan tentang laki-laki atau perempuan, tetapi bagaimana keyakinan dan kepercayaan ketika sudah menggunakannya. Pakaian sudah sepatutnya menjadi hak masing-masing individu.Â
Prestasi dan nilai-nilai dalam individu tidak dapat dikotak-kotakkan dalam sistem tertentu, sebab persoalan kebebasan berekspresi adalah tentang preferensi individu dalam penampilan dan pemilihan pakaian yang dikenakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H