Mohon tunggu...
Willy wijaya
Willy wijaya Mohon Tunggu... -

Tidak ada yang spesial dalam diri ini. Yang ada hanyalah keinginan menggali ilmu dan membuka wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buddha Menyetujui Hawking

4 Oktober 2010   10:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:44 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal September Hawking, seorang ilmuwan terbesar dunia dalam bidang Fisika, membuat kehebohan dengan pernyataannya bahwa alam semesta tercipta tanpa perlu campur tangan Tuhan. Pernyataan tersebut disampaikan dalam rangka menyambut peluncuran buku terbarunya, yaitu The Grand Design. Dalam buku tersebut dinyatakan,

"Karena adanya hukum seperti gravitasi, tata surya dapat dan akan membentuk dirinya sendiri. Penciptaan spontan adalah alasannya mengapa sekarang ada 'sesuatu' dan bukannya kehampaan, mengapa alam semesta ada dan kita ada. Tidak perlu memohon kepada Tuhan untuk memulai segalanya dan menggerakan alam semesta."

Pernyataannya tersebut baik secara lagsung maupun tidak langsung melalui bukunya, telah membuat banyak dukungan sekaligus pertentangan dari masyarakat dunia. Kalangan agamawan yang fondasinya adalah kepercayaan terhadap Tuhan langsung mengkritik Hawking bahkan sebagian masyarakat mencercanya.

Hawking adalah salah satu ilmuwan paling terkenal dan terbaik abad ini, sehingga pernyataannya menjadi begitu penting yang sekaligus menegaskan bahwa sains tidak perlu Tuhan dalam menjelaskan banyak ketidaktahuan manusia mengenai alam.

Pertanyaannya adalah bagaimana tanggapan Buddha mengenai Hawking?

Dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya sudah jelas bahwa pemikiran Buddha bukanlah kepercayaan tanpa disertai bukti. Agama Buddha menjelaskan pentingnya pencerahan untuk menghapus ketidaktahuan sehingga ilusi-ilusi menjadi lenyap. Menurut Buddha, kepercayaan terhadap pencipta apalagi pengatur kehidupan manusia merupakan suatu prosuk ilusi manusia karena ketidaktahuannya.

Dalam sejarah kita bisa melihat bahwa asal mula munculnya kepercayaan terhadap dewa-dewa, makhluk-makhluk gaib hingga suatu sosok tertinggi pencipta dan pengatur kehidupan lahir dari ketidaktahuan manusia. Ketika gunung meletus, manusia-manusia purba tidak mengerti sehingga menganggap adanya suatu sosok yang pada akhirnya disebut sebagai "dewa" atau dengan bahasa lainnya.

Pemikiran Buddha sangatlah ilmiah dan sejalan dengan ilmu pengetahuan. Bahkan salah satu pemuka agama Buddha dunia, Dalai Lama, mengatakan bahwa, "Apabila ilmu pengetahuan membuktikan sesuatu yang bertentangan dengan kepercayaan Buddhis, Ajaran Buddha akan mengikuti ilmu pengetahuan."

Melalui bukunya, Hawking telah menjelaskan munculnya alam semesta dari "ketiadaan" menjadi "ada", jelas sangat sejalan dengan konsep Buddha mengenai "Sunya". Menurut Buddha, alam semesta ada sebab dan ada akibat sehingga tidak diperlukan pencipta apalagi pengatur kehidupan. Jadi, jelas Buddha akan menyetujui Hawking. Logika dasar kita mengatakan bahwa kita hidup bebas dan apapun yang terjadi ada sebab dan akibat bukan ditentukan oleh suatu sosok. Inilah yang disebut Karma/Kamma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun