"Kenapa anak saya kelakuannya makin lama makin problem ya? Apa yang terjadi?"
Itu kasus yang sering ditanyakan oleh orangtua.
Atau barangkali yang lebih ekstrim, "Ini ikutin siapa sebenarnya bisa sampai begitu? Kayaknya papa mamanya ga kayak begitu dulu."
Seolah-olah kita menganggap bahwa ini mungkin ada faktor keturunan. Ya, saking buruknya perilaku anak dan diikuti dengan buruknya hubungan orangtua-anak, sepertinya kita mulai berpikir jangan-jangan ini sesuatu yang di luar kendali kita. Karena barangkali memang kita sudah merasa kehilangan kendali atas hubungan kita dengan anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Penn State dan Michigan State yang dipublikasikan pada tahun 2022 menemukan sesuatu yang menarik.Â
Depresi dan masalah perilaku pada remaja, kalaupun kelihatannya ada hubungan dengan kondisi orangtua yang juga punya masalah depresi, tapi mekanisme menurunkannya ternyata bukanlah sesederhana soal gen.
Penelitian ini memang berusaha menemukan bagaimana caranya sampai depresi orangtua bisa menurun kepada anak. Apakah semata genetis atau ada penjelasan lain?
Oleh sebab itulah penelitian ini dilakukan pada subjek yang banyak terdiri dari blended family, yaitu keluarga yang terbentuk dari pertemuan duda dengan janda. Artinya, pihak ayah membawa anak dari keluarga sebelumnya dan demikian juga dengan pihak ibu.Â
Jadi total anaknya adalah gabungan antara anaknya sendiri dan anak pasangannya. Dengan demikian ada anak yang memang berhubungan darah dan ada anak yang tidak.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa orangtua yang mengalami masalah depresi akan mempengaruhi masalah perilaku pada anak saat remaja. Namun cara mempengaruhinya tidaklah semata-mata secara genetis, melainkan lewat kualitas hubungan orangtua-anak. Khususnya hubungan yang berkaitan dengan dinamika konflik orangtua-anak.