Mohon tunggu...
Muhammad Wildhan Pamungkas
Muhammad Wildhan Pamungkas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Calon Penulis Masa Depan

Berbicara dengan tulisan, aku akan mengubah setiap pengalaman menjadi kisah yang menginspirasi dan penuh makna

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menghadiri Kopdar Kompasianer tuk Pertama Kalinya

20 Agustus 2022   20:48 Diperbarui: 20 Agustus 2022   21:39 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun ini saya kembali aktif karena mengalami kendala dalam browser milik saya dan tidak membuka kompasiana selama setahun lebih hingga akhirnya kembali aktif pada tanggal 21 Juni 2022. Yang sebelumnya saya terakhir membuat artikel pada tanggal 16 Januari 2021.

Hingga suatu ketika saya menemukan informasi terbaru dari kompasiana yaitu mengenai acara ini. Pada saat itu pertama kalinya di buka pendaftaran sebagai peserta acara. Lalu tanpa berpikir panjang langsung saja mendaftar dan ketika mengetahui bahwa acara ini hanya menerima 100 kompasianer saja. 

Jadi saya berpikir.. apakah saya akan masuk dalam 100 orang tersebut?

Hingga akhirnya mendapatkan kabar bahwa saya termasuk dalam acara Kopdar Kompasianer bersama Tjiptadinata Effendi dan Roselina Tjiptadinata. Mengetahui tanggal 20 Agustus dan sudah dicatat jauh jauh hari akan menghadiri acara ini.

Tepat hari ini saya bersemangat untuk menghadiri acara ini bahkan sampai di Perpustakaan Nasional tepat pukul setengah sembilan pagi. Padahal perpustakaan akan di buka jam 9 pagi. 

Hingga akhirnya perpustakaan pun di buka. Saya langsung bergegas ke dalam perpustakaan untuk menanyakan acara akan digelar di lantai berapa. Lalu di jawab oleh security perpusnas ternyata digelar di lantai empat. Lalu ketika mengetahui hal itu saya langsung  mengembalikan buku yang saya pinjam seminggu yang lalu.

Setelah itu langsung menuju lantai empat dengan menggunakan eksalator. Hingga saya menemukan tempat yang saya cari yaitu lokasi  acara Kopdar Kompasianer bersama Tjiptadinata Effendi dan Roselina Tjiptadinata. Dan jujur saya datang terlalu cepat baru beberapa orang yang hadir.

Transjakarta Rute Balaikota. Dokumentasi Pribadi
Transjakarta Rute Balaikota. Dokumentasi Pribadi

Saat di waktu bersamaan saya bertemu dengan Bapak Thamrin Dahlan dan berbincang sedikit mengenai acara ini bahkan mempersilahkan diriku masuk.

Saya pun duduk dan melihat satu persatu isi souvernir yang diberikan. Saya mendapatkan sebuah buku pengenalan Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD), Block Note dan kotak berisi makanan yang mengganjal sarapan dan air minum. Lalu saya melihat keadaan masih sepi. Saya keluar sejenak untuk menikmati makanan yang sudah di berikan berupa Bolu Gula Merah, Kue Lapis dan Tahu.

Saya pun memakan satu persatu hingga habis. Lalu saya kembali ke dalam dan sudah mulai berdatangan yang hadir.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Acara pun di mulai dengan runtutan acara yang telah diatur dengan baik. Saya menyimak acara dengan baik.

Saya sendiri jujur benar benar nol karena banyaknya ketidak tahuan saya mengenai narasumber pada acara ini namun yang membuat saya kagum ketika satu persatu narasumber yang memberikan pengalamannya di dunia literasi kompasiana. Dan saya merasa sangat amat di bawah sekali. Karena saya baru saja kembali aktif untuk menghidupkan akun yang saya miliki.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Ketika saya mengetahui satu persatu saya menjadi mengerti begitu luasnya dunia literasi yang baru saya ketahui pada acara ini terutama mengenai Bapak Tjiptadinata Effendi ketika saya mencari tahu ternyata beliau memiliki jumlah postingan yang berjumlah 6494 artikel. Yang tentu saja membuat saya terkejut.

Talkshow. Dokumentasi Pribadi
Talkshow. Dokumentasi Pribadi

Bahkan beliau ini memberikan motivasi dimana beliau melawan diri sendiri yaitu kemalasan. Dari rasa malas yang setiap manusia miliki dan saya sendiri pun merasakannya. Saya membuat artikel ketika memiliki mood yang bagus atau memiliki cerita yang bisa di bagikan namun ketika mendengarkan beliau bahwa yang menerapkan satu hari satu artikel. Dan membuat saya menjadi ikut termotivasi.

Lalu satu persatu narasumber pun menceritakan latar belakangnya hanya saja saya benar benar awam pada acara ini karena tidak dapat menyebutkan satu persatu. Namun membuat saya terkesan dan tidak menyesali untuk menghadiri acara ini. Lalu saya teringat bahwa acara ini di dokumentasikan dan di terbitkan di kanal youtube milik YPTD Channel.


Saya mengikuti satu persatu alur acara hingga selesai pun banyak sekali informasi baru yang saya dapatkan dan tidak menyesal untuk menghadiri acara ini dan sangat bermanfaat bagi saya untuk menyemangati diri untuk menulis menulis dan menulis. Karena menurut Bapak Thamrin Dahlan bahwa menulis itu tidak ada yang diskriminasi.

Membuat saya semangat dalam menulis. Saya merasakan sayang mengapa saya mengenal baru hari ini. Lalu ketika penghujung terakhir di akhiri makan siang, pemutaran lagu kemesraan milik Iwan Fals yang tentunya saya tidak bisa mengikuti lagunya untuk ikut menyanyikan hanya tahu reffnya saja.

Di penghujung acara pun ternyata Bapak Tjiptadinata Effendi membagikan 3 laptop yang siap dibagikan untuk pemenang yang berhasil menjawab pertanyaan. Satu persatu sangat antusias untuk menjawab. Saya merasa hanya bisa menonton saja karena tidak banyak yang di ketahui pada acara ini. Apalagi diminta membuat pantun spontan. Hingga dimana saya mendapatkan buku ini.

Saya mendapatkannya secara gratis ketika di tawarkan untuk sebuah buku. Dan selama di perjalanan pulang saya baru saja membaca sampai halaman 14 ternyata buku ini bagus untuk di baca. Tentunya saya ingin membaca buku ini ketika mode fokus karen selama di perjalanan pulang pun belum bisa mengetahui dan membaca buku dengan baik.

Buku karya Bapak Tjiptadinata Effendi. Dokumentasi Pribadi
Buku karya Bapak Tjiptadinata Effendi. Dokumentasi Pribadi

Tetapi saya mendapatkan pelajaran yang saya dapatkan yaitu dari halaman pertama hingga ketiga yaitu mendeskripsikan mengenai kupu-kupu dengan baik. Dengan pencontohan mengenai kupu-kupu yang membuat saya suka yaitu 

Bila seekor ulat dapat berubah, kenapa tidak?

Lalu ada lagi yang menarik dari buku ini ketika di halaman berikutnya yaitu halaman empat .

Kalaulah menangis merupakan ekspresi dari rasa sakit dan derita. Sedangkan tertawa adalah manifestasi dari kegembiraan, tidaklah berlebihan bila kita mengambil kesimpulan, bahwa memang manusia harus melalui rasa sakit dan derita, sebelum ia boleh menikmati kegembiraandan kebahagian.

Yang sangat relate pada kehidupan saya karena kehidupan saya saat sekolah merasakan rasa sakit yaitu ketika di manfaatkan orang lain, lalu dikucilkan karena bergaul dengan seseorang, di fitnah, di sakiti oleh teman satu kelas, dan banyak sekali yang pernah saya rasakan. Walaupun begitu ketika saya mendapatkan rasa itu tentunya di jadikan pelajaran dan kalau bisa tentunya tidak akan memasuki lubang yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun