Mohon tunggu...
Muhammad Wildhan Pamungkas
Muhammad Wildhan Pamungkas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Calon Penulis Masa Depan

Berbicara dengan tulisan, aku akan mengubah setiap pengalaman menjadi kisah yang menginspirasi dan penuh makna

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menghadiri Kopdar Kompasianer tuk Pertama Kalinya

20 Agustus 2022   20:48 Diperbarui: 20 Agustus 2022   21:39 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di penghujung acara pun ternyata Bapak Tjiptadinata Effendi membagikan 3 laptop yang siap dibagikan untuk pemenang yang berhasil menjawab pertanyaan. Satu persatu sangat antusias untuk menjawab. Saya merasa hanya bisa menonton saja karena tidak banyak yang di ketahui pada acara ini. Apalagi diminta membuat pantun spontan. Hingga dimana saya mendapatkan buku ini.

Saya mendapatkannya secara gratis ketika di tawarkan untuk sebuah buku. Dan selama di perjalanan pulang saya baru saja membaca sampai halaman 14 ternyata buku ini bagus untuk di baca. Tentunya saya ingin membaca buku ini ketika mode fokus karen selama di perjalanan pulang pun belum bisa mengetahui dan membaca buku dengan baik.

Buku karya Bapak Tjiptadinata Effendi. Dokumentasi Pribadi
Buku karya Bapak Tjiptadinata Effendi. Dokumentasi Pribadi

Tetapi saya mendapatkan pelajaran yang saya dapatkan yaitu dari halaman pertama hingga ketiga yaitu mendeskripsikan mengenai kupu-kupu dengan baik. Dengan pencontohan mengenai kupu-kupu yang membuat saya suka yaitu 

Bila seekor ulat dapat berubah, kenapa tidak?

Lalu ada lagi yang menarik dari buku ini ketika di halaman berikutnya yaitu halaman empat .

Kalaulah menangis merupakan ekspresi dari rasa sakit dan derita. Sedangkan tertawa adalah manifestasi dari kegembiraan, tidaklah berlebihan bila kita mengambil kesimpulan, bahwa memang manusia harus melalui rasa sakit dan derita, sebelum ia boleh menikmati kegembiraandan kebahagian.

Yang sangat relate pada kehidupan saya karena kehidupan saya saat sekolah merasakan rasa sakit yaitu ketika di manfaatkan orang lain, lalu dikucilkan karena bergaul dengan seseorang, di fitnah, di sakiti oleh teman satu kelas, dan banyak sekali yang pernah saya rasakan. Walaupun begitu ketika saya mendapatkan rasa itu tentunya di jadikan pelajaran dan kalau bisa tentunya tidak akan memasuki lubang yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun