Mohon tunggu...
willy jurnal
willy jurnal Mohon Tunggu... -

berbagi kisah apa-adanya dengan penuh kesederhaan tentu sangat menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Di Desaku Listrik dan Air Tak Bayar

31 Januari 2012   16:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:13 1407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persis disebelah rumah pak Rustam ada pondokan kecil pengrajin meubel, siang itu saya kesana untuk melihat-lihat apa yang sedang dikerjakan Mas Yanto sebagai pemiliknya, rupanya beliau sedang menokok-nokok paku membuat kursi sekolah yang harus selesai sebelum jatuh tempo masa pengerjaan. Kehadiran saya dipondok ini hanya diliriknya sebentar sambil senyum dan melanjutkan aktifitasnya, saya pun kemudian duduk dibangku panjang yang ada disitu sambil mengamati apa yang dikerjakan mas Yanto, dia terus memaku-maku untuk merakit kursi-kursi kayu itu, kemudian menggergaji, memaku lagi, begitulah berulang-ulang aktifitas mas yanto yang terlihat 10 menit pertama saya dipondoknya. Lalu dia menarik nafas panjang mungkin kecape’an dan meletakkan palu yang dipegangnya itu keatas tatakan yang ada disampingnya, dia terlihat menghentikan pekerjaannya, kulihat keringat di dahi dan mukanya lumayan deras, membuat raut mukanya mengkilap dan beberapa detik kemudian reflek mengelap keringat di bagian muka dengan baju kaos yang dipakainya, lalu dia minum, mengambil rokok, mancis dan berjalan kearahku.

“Ah ginilah bang, kalo kerja sendiri dan dikejar target, waktunya udah mepet juga, tapi sukurlah udah 60 kursi hampir selesai, hehehehe”, Begitulah sentil mas yanto membuka pembicaraan denganku.

“Heheheh,.. mau ndak maulah mas, namanya juga kerja, jalani waelah, kalo capek ya istirahat dulu” sahutku pula.

“Lagi ngerjain apa disini bang?” tanya mas yanto padaku,

“Kebetulan ada pertemuan mas, soal hutan desa yang ada disini, ya seperti menggali manfaat keberadaan hutan buat masyarakat disini gitu, jawabku.

“Wah, kalo gitu abang dari kehutanan ya? Tanya mas yanto,

“Bukan mas, saya sama dengan mas yanto cuma masyarakat biasa, kebetulan aja ada kegiatan terkait dengan hutan disini”

“Oooo, hehehee, kirain tadi abang dari kehutanan”

“Emangnya kalo dari kehutanan kenapa mas?”

[caption id="attachment_167544" align="aligncenter" width="640" caption="SUNGAI SIAU KABUPATEN MERANGIN"][/caption] “Ya ngak enak aja bang, soalnya pernah ada yang nanya kayu disini darimana, ya saya jawab dari masyarakatlah bang, saya cuma ambil upah buat meubelnya aja”

“Hehehehe, kalo gitu biasa ajalah mas, sekedar nanya ya wajarlah mas, mungkin udah tugasnya kehutanan begitu, trus kalo masyarakat disini ngambil kayu darimana mas?”  tanyaku,

“Kurang tau juga bang, tapi disinikan masih banyak kayulah, disekitar rumah juga ada kok, namanya juga dusun bang, kalo di kebun-kebun apalagi, pokoke ngak susahlah kalo cuma untuk buat lemari, meja, kursi dan rumah, masi adalah di kebun-kebun masyarakat dan sekitar kampong ini, bagi masyarakat yang minta dibuatin meja, kursi, lemari biasanya masing-masing dari mereka udah siap dengan kayunya juga bang”.

[caption id="attachment_167525" align="aligncenter" width="448" caption="JEMBATAN GANTUNG DURIAN RAMBUN"]

13280243202095506111
13280243202095506111
[/caption] “Oooo, yo wislah mas, kalo sebatas itu rasanya udah otomatis dari dulu mas, aku gak heran kalo disini gampang bikin perabotan seperti kursi dan sebagainya dari kayu, karena emang bahan bakunya masi mudah ditemui, kecuali kalo dikota mas, perabotan rumah tangga udah banyak beralih ke plastik, kaca, besi, beton, seng, besi, plat, karena emang kayu udah langka atau sulit dan mahal, hukum alam kali mas”. Ujarku.

“Hehehehee, gitulah bang hidup di desa ada kurang ada lebihnya juga, eh iya, ini ada gorengan bang, hayo ojo isin-isin dimakan bang” ajak mas yanto menawarkan goreng pisang yang tersisa dua potong dipiring plastic ijo yang dari tadi terletak tak jauh dari tempat duduk kami.

“Nah, kalo ini saya ndak bisa nolak mas, inilah kelebihan di desa, masih ada makanan yang bisa dibuat dari hasil tanaman sendiri, kalo di kota beli semua mas” selorohku,

“Ah aku tadi yo beli juga bang, disini goreng pisang banyak dijual diwarung-warung atau mamang yang biasa wara-wiri montoran itu”

“Oh gitu ya, hehehehe, kirain tadi buat sendiri, oaalah”

“Pisang si ada bang, tapi belum masak, lagian dari pagi bojoku pergi kerumah ibunya gitu, biasa ngejak anak main-main kerumah neneknya, sebelum mereka pergi ada mamang motor lewat makanya kami tadi beli aja”

“Hmmm, pantes kecil-kecil goring pisangnya, kalo buat dari tanaman dewe mungkin lebih besar dan enak nih mas” selorohku,

“Hehhehe, maklumlah harga barang naik terus bang, mungkin biar masih kejangkau dengan kantong masyarakat, jadi ukuran pisangnya aja di kecilin, heheheheh, payahlah mas jaman sekarang” ujar mas Yanto,

“Hmmm, gitu ya” sautku sambil mengunyah goreng pisang itu.

Mas yanto kemudian berdiri dan berjalan masuk kedalam rumahnya yang satu atap dengan mebeul disebelahnya, tak lama kemudian keluar membawa ceret plastic dan 2 buah cangkir yang kemudian menaruhnya dilantai bagian tengah tempat saya dan dia duduk.

“Ayo diminum bang!, cuma air putih bang, mau masak nanti kelamaan”, kilahnya,

“Ah mas bisa aja, air putih inilah yang sehat dan menyegarkan mas, apalagi mas yang udah keluar keringat banyak”

[caption id="attachment_167523" align="aligncenter" width="448" caption="SUNGAI SIAU YANG JERNIH DAN BERSIH"]

132802386872005209
132802386872005209
[/caption] “Ya ginilah bang, kalo saya sehari bisa banyak kali minum air putih, maklum kerjanya keras bang, heheheeehehe”

Akupun kemudian menuangkan ceret kedalam cangkir yang satunya lagi, kulihat air ini bening sekali, ketika diminum rasanya benar-benar menyegarkan, hmmm !

“Kalo air ini ngambil dimana mas?” tanyaku,

“Ah kalo disini air melimpah ruah bang, gak jadi pikiranlah, tuh dibawah sana abang liat sendiri ada air mancur, nah itu air dari sungai Siau, siang-malam ga ada habisnya, mau buat mandi, minum, nyuci, bebaslah” katanya menjelaskan padaku, lalu dia melanjutkan,

[caption id="attachment_167522" align="aligncenter" width="448" caption="AIR TERJUN MUKUS SUNGAI SIAU"]

1328023776826766690
1328023776826766690
[/caption] “Kami disini dari dulu ya begitulah bang, soal air gak repot seperti orang yang hidup di kota-kota, pake pam dan bayar, kalo disini ngak bang, tinggal cari bambu, selang atau pipa trus disambung-sambung nyampelah air ke rumah, ya sepuasnya mau dipake buat apa, gak bayar bang, hehehehe”

Dalam hati telak bener nih sindiran mas yanto, abis kenyataannya begitu sih, mas Yanto sendiri sebenarnya berasal dari pulau jawa tepatnya Semarang, dia memilih hidup disini (mungkin) lantaran ber-istri dengan penduduk di desa ini, selain factor jodoh dan garisan hidup tentunya, Ah daripada mengira-ngira kenapa tidak kutanyakan langsung aja, semoga dia mau bercerita yang sesungguhnya pikirku, xixixixi,.

[caption id="attachment_167527" align="aligncenter" width="300" caption="AIR MENGALIR PAKE BAMBU"]

13280245811707748268
13280245811707748268
[/caption] “Jadi gimana si mas ceritanya kok sampean akhirnya mantap disini?” tanyaku,

“Wah, agak panjang juga ceritanya bang, singkatnya sih gara-gara pas aku buat PLTMH di desa ini, taun 2009 atau berkisar 3 tahun yang lalulah”.

“Emang kenapa mas tiga taun yang lalu?” tanyaku

Kemudian dia menjelaskan panjang lebar tentang proses instalasi atau pembangunan PLTMH di desa ini, rupanya mas Yanto salah satu Tukang sekalian ahli dalam merakit atau membangun PLTMH, Dan dia sejak sekolah (STM) sudah keliling indonesia dalam rangka pembangunan PLTMH, yang secara umum banyak dibangun di daerah-daerah dataran tinggi karena sungainya ber-arus deras dan belum tersentuh dengan listrik atau PLN.

[caption id="attachment_167528" align="aligncenter" width="448" caption="TURBIN PLTMH DI KOTO RAMI"]

13280247071950808598
13280247071950808598
[/caption] Menurutnya, pembuatan PLTMH hingga pemasangan instalasi kerumah-rumah warga membutuhkan waktu kurang lebih 18 bulan, setelah itu biasanya disambung dengan masa perawatan. Nah di desa ini adalah desa terakhir baginya ikut dalam proyek PLTMH mungkin karena ketemu jodoh dengan perempuan di desa ini, setelah beres masa pembangunan PLTMH disini mas Yanto kemudian bertahan hidup dengan jasa pertukangan atau meubelnya seperti sekarang ini, begitulah garis besar yang kutangkap dari penjelasan mas Yanto kenapa dia akhirnya menetap di desa ini.

[caption id="attachment_167529" align="aligncenter" width="300" caption="KIPAS TURBIN PLTMH KOTO RAMI"]

13280248431495807648
13280248431495807648
[/caption] “Wah-wah-wah, menarik juga pengalaman hidup mas ini rupanya, udah puas keliling nusantara lagi” sambutku ketika dia selesai memberikan penjelasannya.

“Ya begitulah bang, kebetulan konsultan PLTMH itu nenek saya sendiri, jadi sekalian kerja dan bantu keluargalah bang”

“Lho, kenapa gak ikut terus mas, kan lumayan bisa kerja dan bantu keluarga juga?”

“Ah, udah cukuplah bang, aku kepengen mandirilah sekarang, ikut keluarga terus apa kata orang nantinya, walaupun harus berpisah jauh seperti ini”

“Hmmm, iya sih stiap orang memang kudu mandiri, salut juga aku dengan pilihan hidupmu mas”

[caption id="attachment_167530" align="aligncenter" width="448" caption="DAM DI SUNGAI SIAU PLTMH KOTO RAMI"]

13280249571527377250
13280249571527377250
[/caption] “Disini aku mulai dari nol lagi bang, harus kerja keras biar berhasil, yaaaa biar terus hiduplah, nanti kalo berhasil biar mereka (keluarga) menilainya sendiri”

“Yoyoyo, betul itu” ujarku.

[caption id="attachment_167532" align="aligncenter" width="300" caption="PINTU AIR PERTAMA PLTMH KOTO RAMI"]

13280251041035748746
13280251041035748746
[/caption] Tak lama berselang Rudi anak pak Rustam datang bergabung bersama kami, aku lalu berpikir untuk melihat-lihat seperti apa sih PLTMH di desa ini, mas Yanto mulai kembali bekerja menggergaji dan memaku kayu untuk kursi sekolah yang di ujung target waktu ini.

“Rud kito negok PLMTH yuk !” aku langsung aja mengajak rudi yang lagi mainin henponnya.

“Abang belum pernah kesitu yo?” tanya Rudi.

“Belum Rud, makonyo abang nak ngajak kau nengoknyo”

“Ayoklah, kito jalan kaki bae bang, masuk dari depan sini lewat kebun karet” katanya,

“Jauh dak Rud?”,

“Daklah bang paling sekitar 10-15 menit jalan kaki”

“Oh, hayolah”

“Mas Yanto aku pamit bentar mau liat PLTMH” teriakku memberitau mas Yanto,

“Oh ya, ati-ati aja” balas mas Yanto

[caption id="attachment_167533" align="aligncenter" width="300" caption="PINTU AIR KE TALI AIR PLTMH"]

13280252131696286046
13280252131696286046
[/caption] Aku dan rudi mulai menyusuri jalan setapak yang membelah perkebunan karet masyarakat ini, lalu melewati sedikit perkebunan kopi dan kemudian sampai diatas tebing sungai yang menurun tajam, kami berdua kemudian menyusuri pelan-pelan jalan setapak yang kecil ini, untung cuaca panas beberapa hari terakhir, kalo kemarin atau semalam hujan pasti licin sekali jalan ini. Setelah kami selesai menurun panjang akhirnya kami sampailah disungai Siau, saya kagum melihat pemandangan yang cukup bagus ini, karena disana ada air terjun yang masyrakat sebut dengan Mukus, Pemandangan ini membuat rasa capek berjalan kaki barusan cepat hilang, apalagi melihat airnya yang benar-benar jernih dan bersih, membuatku tak tahan dan langsung mereguknya. Hmmm, benar-benar segar ujarku dalam ati, si Rudi senyum dan kemudian mereguk pula air itu untuk minum.

“Wah luar biaso pmandangan disini Rud, sayang abang baru tau padahal abang sering bolak-nalik lewat desa ni” ujarku,

[caption id="attachment_167534" align="aligncenter" width="448" caption="AIR TERJUN MUKUS SUNGAI SIAU"]

13280253072018882562
13280253072018882562
[/caption] “Hehehe, kalo kami seringlah kesini bang, kadang-kadang sekalian mancing dibawah air tejun Mukus tu, lumayanlah kadang dapat ikan baung, Semah dan Limbat” jawab Rudi,

“Hmm, Asik jugo tuh, lain kali abang nak nyubo mancing disinilah, hehehee”

Lalu Rudi mengajakku melihat tali air (parit) yang menghubungkan Dam di badan sungai ke turbin PLTMH, setelah merasa cukup melihat-lihat sekitaran Dam dan pintu air kemudian Rudi mengajakku ke pintu penyaringan tali air, penyaringan ini katanya berguna untuk menghambat kalo-kalo ada sampah kayu, dahan, ranting, dan daun-daunan yang terbawa masuk ke dalam parit air ini. Ketika kami sedang asik duduk-duduk di pintu penyaringan ini tiba seorang laki-laki muda muncul dan memutar pintu air didepan sana, air kemudian terlihat dengan cepat memenuhi aliran parit menuju turbin ini, dalam hitungan detik sudah sampai ke pintu penyaringan air dimana tempat kami duduk, sejenak saya memperhatikan, dan tak lama kemudian air yang masuk ini sudah memenuhi badan parit hampir setengahnya, lalu air ini mulai masuk kedalam pintu penyaringan yang  kemudian mengisi pipa besi biru segede pohon kelapa membentang kearah turbin PLTMH.

[caption id="attachment_167535" align="aligncenter" width="448" caption="PINTU AIR PLTMH KOTO RAMI"]

1328025476102240393
1328025476102240393
[/caption] “Itu abang operator PLTMH di desa kito bang” ujar Rudi

“Oooo, kbetulan nian ketemu dengan abangnyo itu Rud, boleh dak kito ikut abang tu sampai ke turbinnyo?” tanyaku pada Rudi,

“Bolehlah bang, kito serempak bae dengan dio kesano”

Kami kemudian mengikuti si abang operator dari belakang, berjalan dari pintu penyaringan ini menuju turbin, berjalan persis diatas pipa besi biru ini, jadi terasa sekali desir-desir air yang menjalari pipa ini, sekitar 3 menitan jalan kaki dari pintu penyaringan tadi akhirnya kami sampailah ke rumah beton ukuran 3 x 4 meter dimana tempat mesin atau turbin PLTMH desa itu.

[caption id="attachment_167536" align="aligncenter" width="300" caption="PANEL PLTMH KOTO RAMI"]

13280255881316456050
13280255881316456050
[/caption] Diruangan turbin ini saya melihat operator sedang memberi gemok (pelicin) pada beberapa lubang-lubang di mesin turbin itu, si Rudi juga terlihat membantu si abang operatornya dengan memegangi pompa kecil agar tidak terlepas. Setelah proses pemberian gemok itu selesai, si abang operator kemudian memutar-mutar stir besi yang ada diatas turbin, lalu seketika itu pula terdengar suara air masuk dan roda turbinpun mulai berputar dan semakin lama semakin kencang. Sementara itu kulihat operator masih terus memutar-mutar stir besi itu kekiri-kekanan, waktu kutanya kenapa terus memutar-mutar stir itu, dia bilang masih mengatur air masuk supaya betul-betul normal.

[caption id="attachment_167537" align="aligncenter" width="300" caption="OPERATOR PLTMH KOTO RAMI"]

1328025651387888566
1328025651387888566
[/caption] Selanjutnya operator mulai melihat-lihat panel di kotak besi yang menempel pada dinding pojok kanan turbin, dibagian depan kotak itu terlihat beberapa buah amper-amper jarum gitu, lalu dia menekan salah satu tombol yang ada diturbin tersebut dan seketika itu pula membuat lampu-lampu dikotak panel itu menyala warna warni, suara turbin kudengar agak sedikit memberat, kemudian operator ini bilang kepada saya kalo listrik kita udah menyala, yang membuat aku mengangguk-ngangguk seolah-olah mengerti dan tau. Xixixi,.

[caption id="attachment_167538" align="aligncenter" width="448" caption="LAMPU PANEL HIDUP ARTINYA LISTRIK UDAH NYALA"]

1328025731668303922
1328025731668303922
[/caption] Setelah turbin benar-benar normal kulihat operator kembali menutup kotak panel itu dan menguncinya, kemudian mengajak kami keluar untuk pulang, dan dalam perjalanan pulang ini, khususnya sebelum mendaki keatas aku terus mengobrol dengan abang operator ini khususnya seputar operasional PLTMH ini.

“Jadi sejak taun brapo ado PLTMH disini bang?” tanyaku,

“Dari 2009” jawabnya

“Ado kendala dak bang?”

“Alhamdulilah sampe kini lum ado kendala yang parah” jawabnya

“Kalo kemarau atau musim ujan cemano bang?” tanyaku

“Biaso bae, kecuali musim ujan memang nak sering ditengok pintu penyaringan diatas tadi, kalo-kalo ado sarap (sampah) yang masuk dan nyumbat” katanya,

“Seandainya tengah malam ujan lebat cemano bang?” tanyaku lagi

[caption id="attachment_167539" align="aligncenter" width="300" caption="KAPASITAS PLTMH KOTO RAMI"]

1328025838195864072
1328025838195864072
[/caption] “Yo kito tunggu dululah, kalo arus listriknyo naik turun ato padam, yo mau dak maulah harus turun ngecek ke pintu penyaringan dan turbin, mano tau pintu penyaringan penuh samo sampah daun dan sebagainya, tapi kalo arus listriknyo normal yo artinyo dakdo masalah” Jawabnya santai

“Jadi ado berapo orang operator PLMTH disini bang?” tanyaku lagi

“Ado duo orang, kami gentian cak piket gitulah” jawabnya

“Hmmm, yolah bang, trimokasi nian sudah biso ngobrol skaligus negok PLTMH disini, Hehehe”

“Yo samo-samolah, kalu gitu aku nak balik duluanlah ke dusun” katanya

“Yola bang, kami jugo nak baliklah” ujarku

“Kamu kesini tadi pake apo?” tanya si abang operator lagi

“Kami tadi jalan kaki bang”

“Nah payulah kito srempak balik kedusun, kebetulan aku bawak motor” katanya

“Wai jadi nyusain bae bang, tapi bole jugola bang, hehehehe” jawabku yang sama sekali tidak menolak.

Kemudian kami bertiga mulai mendaki pelan-pelan badan tebing sungai ini untuk kembali keatas, lumayan curam dan panjang dan membuat kita ngos-ngosan, khususnya aku yang memang lagi menjalani terapi lutut, tapi setelah sampai diatas kami langsung bonceng tiga naik sepeda motor si abang menuju dusun.

“Hah, trimokasi lagi bang sudah mau bonceng kami sampe dusun” ucapku ketika kami sudah sampai di dusun,

“Heheheheee, yo samo-samolah, aku balik dulu yo” sahutnya

“yo bang”

Aku dan Rudi tersenyum puas karena udah dapat omprengan sampe ke dusun, kalo kami jalan kaki tentunya belum sampai dan pastinya membuang tenaga lagi.

Hari sudah beranjak petang, sekitar jam lima sore, aku dan Rudi pun bergegas mengambil perlengkapan mandi siap-siap mau mandi ke pancuran yang tidak jauh dari rumahnya. Sampe dipancuran aku disuruhnya mandi duluan karena kalo bersamaan dia bilang gak puas katanya, ya udahlah akhirnya aku yang mandi duluan, wuih, airnya bersih banget dan adem pokoknya benar-benar bersih dan segar paska mandi dipancuran itu.

[caption id="attachment_167540" align="aligncenter" width="448" caption="LAMPU DARI PLTMH MULAI HIDUP"]

13280259391195724053
13280259391195724053
[/caption] Selepas magrib aku pengen mengobrol dengan pak Rustam atau bapaknya Rudi sekaligus tokoh masyarakat soal ketentuan umum PLTMH di desa ini, karena pak Rustam juga salah seorang pengurus yang mengelola PLTMH di desa ini. Malam itu kulihat dia lagi duduk sendirian diruang belakang yang biasa menjadi tempat kumpul keluarga ini, melihat situasi yang memungkinkan ini langsung aja kusamperin dan mengajaknya ngobrol.

“Lagi ngapoin pak?” tanyaku memulai pembicaran,

“Dakdola, darimano bae kamu siang tadi tu” tanya pak rustam

“Dari air terjun skalian nengok PLTMH pak” jawabku

“Iyo, cemano wil bagus kan?” seloroh pak Rustam

“Bagusla pak, polagi tadi aku skalian pulak nengok air terjunnyo, dak sio-sio kami siang tadi kesitu, heheheheh”

“iyo, jadi PLTMH kito ni termasuk jenis yang besak Wil, kalo dak salah yang macam ini cuma ado 2 biji di kabupaten Merangin ni, sikok lagi mungkin ado di kecamatan Sungai Tenang apo Jangkat situlah” kata pak Rustam

“Wuih, jadi kelebihan mesin disini dengan mesin yang lain tu ado dak pak?” tanyaku lagi

“Kalo mesin yang di desa ni tenago dan wattnya lebih besak, kau tegok dewekla arusnyo normal dan biso dipake buat mesin cuci, setrika, dan mesin air, kalo ditempat lain belum tentu samo dengan yang disini” ujarnya

“Hmmm, jadi sudah brapo banyak pak jumlah masyarakat atau rumah warga disini yang sudah tesaluri listrik?”

“Biso dibilang sudah semuolah, inikan ado tigo jalur karena di desa ni ado 3 buah dusun, mungkin kalo ditotal rumahnyo pacak lebih 200-an rumah” jelasnya lagi.

“Wui banyak jugo yo pak?” sahutku

“iyola, itupun daya yang tepakek paling banyak ¾, artinyo masi ado siso daya kalo kagek ado penambahan rumah-rumah baru” jelasnya

“Hmmmm, kalo itung-itunganyo cemano pak, maksudnyo pembayaran perbulannyo gitulah?” tanyaku lagi

“Kalo di desa ni sikok lampu perbulannyo 5000 rupiah, kalo TV Rp.10.000 rupiah, Kalo mesin cuci Rp.20.000 rupiah, Ricecoker Rp.10.000 rupiah, jadi kito tinggal itung bae jumlah bendo tu semuonyo, yo segitula kito bayar perbulannyo/rumah, macam rumah sayo nila yang tegolong ado galo paling tebayar 60-65 ribu sebulannyo, segitulah kurang lebih bayar tiap bulan” Terang pak Rustam

“Hmmm, kalo ado orang atau rumah mau nyambung baru biasonyo bayar brapo pak?” tanyaku,

“Sbenarnyo dak bayar Wil, asal dio mau beli kabel dan instalasi dewek, tapi kbanyakan orang nak trimo beresla, paling mahal bayar 200 ribuan untuk beli kabel dan upah orang masangnyo”

“Sejauh ini ado kendala dak pak, maksudnyo dalam pengelolaan PLMTH slamo ini?”

“Kendala yang berat tu belum ado, masih normal-normal baelah, yo mintak-mintak bae lancar teruslah” tandas pak Rustam.

“Jadi ado brapo desa pak sekabupaten merangin ni yang punyo PLTMH?” tanyaku

“Wai, kalo itu tanyo kau manola aku tau Wil, yang jelas dari dusun ni kemudik tu bae ado tigo kecamatan, blum lagi di daerah tabir dan pamenang sano lah brapo kecamatan pulak, kau itung dewekla brapo banyak desanyo tu” kata pak rustam sambil senyum-senyum.

“Xixixixi, aku pikir tadi bapak tau” jawabku keki,

“Ado-ado bae tanyo kau ni, kalo soal pengelolaan di desa ni macam yang aku sebut tadila, kalo di desa kanti dan kecamatan lain kau tanyo dewekla, heheheeehe” ejek pak Rustam, “aku nak ngidupin tv dululah, nak nengok apo nian berita malam ni” pungkas pak rustam sambil menuju tv untuk melihat perkembangan berita terkini.

[caption id="attachment_167542" align="aligncenter" width="300" caption="PAK RUSTAM MENGHIDUPKAN TV"]

1328026076118220598
1328026076118220598
[/caption] Obrolan saya dengan pak Rustam, mas Yanto, Rudi, dan abang operator PLMTH tadi mungkin secuil gambaran tentang begitu besarnya manfaat langsung yang dirasakan masyarakat atas sungai, sehingga bisa memberikan pasokan air bersih yang tak terbatas, sumber listrik hingga dampak positif lainnya yang secara langsung pula memberikan keuntungan bagi keberlangsungan social dan ekonomi masyarakat di daerah ini.

[caption id="attachment_167543" align="aligncenter" width="448" caption="GUNUNG MASURAI YANG ANGGUN"]

13280262771913126245
13280262771913126245
[/caption] Jika anda berkunjung atau kebetulan berkegiatan di daerah kabupaten Merangin Provinsi Jambi, khususnya di kecamatan Sungai Tenang, Jangkat, Lembah Masurai, Muara Siau, Tabir Barat, dan sebagainya hampir dipastikan akan melihat dan merasakan hal yang sama seperti saya, maksudnya tentu dalam konteks situasi sungai, kelistrikan dan sumber air bersih yang ada di daerah tersebut, hal ini setidaknya ditopang aspek geografis dataran tinggi, yang secara ekologi memiliki peran dalam keberlangsungan dan keutuhan mata rantai hulu dan hilir.

Saat ini mungkin tidak kurang dari 40-an desa di kawasan hulu ini yang menerima manfaatkan langsung seperti air bersih dan asupan listriknya dari sungai, jika dikawasan hulu ini bisa terus terjaga, terkelola secara arif dan berkelanjutan tentu saja kawasan dibagian hilir akan mendapatkan manfaat yang tak kalah positif pula.

Karena air yang menjadi sungai dan sungai yang bening bersih, secara nyata sudah memberikan manfaat langsung bagi kehidupan masyarakat dan seluruh mahluk di bumi ini, berkah yang besar ini sekaligus menjadi penyeimbang tatanan kehidupan di muka bumi, hendaknya selalu ada dan dijaga sebagai bentuk syukur kita kepada Tuhan yang sudah memberikan sumber kehidupan ini, salam.

(E) willy_jambi@yahoo.com (P) +62 852 7373 9383

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun