Mohon tunggu...
Willy Akhdes
Willy Akhdes Mohon Tunggu... Teknisi - Geolog dan Penulis

Rutin menulis di www.willy-akhdes.blogspot.com. Bisa ditemui di twitter @willygeologist. Selain menulis esai, juga menulis puisi dan cerpen. Buku pertamanya, Bulu Perindu (Nawalapatra, 2017)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Angsa-Angsa Liar: Sejarah Panjang Komunis China dalam Tiga Generasi

3 April 2016   23:15 Diperbarui: 3 April 2016   23:44 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Di tengah semua tekanan itu, Jung Chang beserta ayah, ibu, nenek, dan saudara-saudaranya menghadapinya dengan tabah dan berani. Moral dan kejujuran mereka yang telah tertempa dengan baik selama ini tak tergerus oleh keadaan yang serba berbalik seratus delapan puluh derajat. Mereka tetap setia pada tujuan perjuangan partai. Yang mulai terasa goyah justru keyakinan mereka pada kepemimpinan Mao. Mereka melihat Mao telah terlalu jauh menyimpang dalam upaya mencapai tujuan itu sehingga membuat rakyat menderita. Dan meragukan Mao berarti sama saja dengan menyerahkan diri untuk dihukum penjara atau disiksa sampai mati. Minimal dibuang ke kamp kerja paksa. 

Lewat sudut pandangnya berdasarkan pengalaman empiris, Jung Chang menulis sejarah Cina abad ke-20 dengan cara yang sangat menarik. Kalimat-kalimatnya cukup ngepop untuk sebuah novel sejarah, sehingga kita dapat mengikutinya seperti membaca kisah fiksi. Sudah tentu, sebagai satu kisah nyata, perasaan penulisnya amat terlibat di dalamnya dan berkat kemahirannya bercerita, ia berhasil menggugah, menyeret, dan membentur-benturkan emosi pembacanya terutama saat berhadapan dengan bagian-bagian yang tragis dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Bagaikan tengah bersaksi, Jung Chang menyingkap seluruh tabir gelap yang selama ini menyelimuti fakta yang sebenarnya terjadi. Dan untuk melakukan semua itu, seseorang membutuhkan keberanian yang besar. Data-data yang ia beberkan disepanjang buku ini telah diakui kebenarannya oleh sejarawan dan penulis China meskipun di awal-awal diterbitkannya edisi mandarin buku ini pada tahun 1994, buku ini di larang beredar di seluruh China Daratan.

Sebagai pelengkap dan data pendukung kebenaran kisahnya, Jung Chang menampilkan 31 foto (hitam putih) dalam buku setebal hampir 600 halaman ini. Bahkan salah satu foto tersebut - foto ibunya - dipakai sebagai ilustrasi cover edisi bahasa Indonesia. Hasilnya adalah sebuah desain sampul yang bagus, berhasil menampilkan kesan yang kuat untuk buku ini.

 Buku ini meraih NCR Book Award pada 1992 dan British Book of The Year Award 1993.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun