Baca juga: "Inflasi Sambut Idul Fitri" oleh Mouna Sri Wahyuni
Mereka termasuk komoditas seperti makanan, logam dan bahan bakar, utilitas seperti listrik dan transportasi, dan layanan seperti perawatan kesehatan, hiburan, dan tenaga kerja.
Inflasi bertujuan untuk mengukur dampak keseluruhan dari perubahan harga untuk serangkaian produk dan jasa yang terdiversifikasi, dan memungkinkan representasi nilai tunggal dari kenaikan tingkat harga barang dan jasa dalam suatu perekonomian selama periode waktu tertentu.
Sebagai mata uang kehilangan nilai, harga naik dan membeli lebih sedikit barang dan jasa. Hilangnya daya beli ini berdampak pada biaya hidup masyarakat umum yang pada akhirnya menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Pandangan konsensus di antara para ekonom adalah bahwa inflasi yang berkelanjutan terjadi ketika pertumbuhan pasokan uang suatu negara melebihi pertumbuhan ekonomi.
Untuk mengatasi hal ini, otoritas moneter yang tepat di suatu negara, seperti bank sentral, kemudian mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengelola pasokan uang dan kredit untuk menjaga inflasi dalam batas yang diizinkan dan menjaga agar perekonomian tetap berjalan dengan lancar.
Penyebab Inflasi
Peningkatan jumlah uang beredar adalah akar dari inflasi, meskipun hal ini dapat terjadi melalui mekanisme yang berbeda dalam perekonomian.
Pasokan uang dapat ditingkatkan oleh otoritas moneter baik dengan mencetak dan memberikan lebih banyak uang kepada individu; dengan mendevaluasi (mengurangi nilai) mata uang yang sah secara legal; lebih (paling sering) dengan meminjamkan uang baru sebagai kredit rekening cadangan melalui sistem perbankan dengan membeli obligasi pemerintah dari bank di pasar sekunder.
Dalam semua kasus peningkatan jumlah uang beredar, uang kehilangan daya belinya.
Baca juga: "Kondisi Perekonomian di Indonesia Setelah Inflasi" oleh Barsihannor
Mekanisme bagaimana hal ini mendorong inflasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis: Inflasi Didorong Permintaan, Inflasi Didorong Biaya, dan Inflasi Bawaan.