Seberapa baik suntikan Sinovac bekerja adalah pertanyaan berisiko tinggi bagi negara berkembang, yang sangat bergantung pada vaksin China setelah negara-negara kaya menguasai pasokan inokulasi mRNA yang sangat efektif oleh perusahaan barat BioNTech SE, Pfizer Inc. dan Moderna Inc.
Baca juga:
"Kenapa India Menghentikan Ekspor Vaksin Covid-19?"
"Efek Samping Vaksin Covid-19 dengan Dua Merek Berbeda? Penelitian Awal Memberikan Jawaban"
Vaksin, yang juga disebut CoronaVac, digunakan oleh beberapa negara mulai dari Hong Kong hingga Peru, dan lebih dari 600 juta dosis telah didistribusikan.
Sinovac juga menjadi tulang punggung upaya imunisasi di Cina, di mana lebih dari 20 juta dosis enam vaksin berbeda diberikan setiap hari.
Studi di kota Serrana tersebut dipimpin oleh Butantan Institute, yang memproduksi CoronaVac di Brasil. Hampir dua pertiga penduduk Serrana mendapat vaksin antara Februari dan April dengan sepertiga lainnya tidak memenuhi syarat untuk menerima suntikan jika mereka berusia di bawah 18 tahun atau hamil.
"Ini adalah studi pertama dari jenisnya di dunia," kata Dimas Covas, direktur Butantan, pada konferensi pers pada Senin (31/5/2021) waktu setempat.
"Ini adalah data primer tentang efek vaksinasi dalam suatu populasi yang akan membantu pihak berwenang mengembangkan kebijakan publik."
Vaksin Sinovac, yang dibuat dari metode tradisional menyuntikkan virus yang tidak aktif untuk merangsang respons kekebalan, mendapat sorotan dan kritik internasional yang intens pada awal tahun ini setelah uji klinis suntikan di Brasil, Turki dan Indonesia menempatkan kemanjuran vaksin di mana saja antara 50. % hingga lebih dari 90%.
Perusahaan dan mitra uji coba juga tidak memberikan penjelasan lebih lanjut atas perbedaan tersebut, yang semakin memicu keraguan.
Dunia Akhirnya Menerima Vaksin Covid yang Sempat Diragukan
Tetapi data yang mayoritas positif muncul dari negara-negara yang secara luas menggunakan vaksin Sinovac dalam beberapa bulan terakhir.
Bulan lalu, sebuah penelitian yang dilakukan pada hampir 130.000 petugas kesehatan di ibu kota Indonesia, Jakarta, menunjukkan suntikan itu 94% efektif melawan infeksi simptomatik, dan mengurangi rawat inap dan kematian masing-masing sebesar 96% dan 98%, suatu tingkatan yang sebanding dengan vaksin mRNA.