Mohon tunggu...
W. Bintang
W. Bintang Mohon Tunggu... Freelancer - Variety Writer

Penulis lepas, memberikan perspektif atas apa yang sedang ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Peringatan Palsu Memunculkan Kegemparan: Hikayat Sejarah

27 Mei 2021   17:32 Diperbarui: 27 Mei 2021   17:51 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kami menduga bahwa sistem melebih-lebihkan dengan menghitung dua gempa terpisah sebagai satu gempa besar," kata seorang pejabat.

Rekaman televisi menunjukkan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memeriksa ponselnya saat alarm bergema di sekitar kantornya.

Lembaga penyiaran publik NHK juga memperingatkan warga untuk melindungi diri mereka sendiri dan menjauhi furnitur yang tidak stabil.

Peringatan Dini Gempa dikirim ke telepon genggam, speaker publik, radio dan televisi di semua wilayah yang diprediksi akan mengalami guncangan kuat.

Ini bukan pertama kalinya alarm palsu memicu kepanikan di Jepang. Pada Agustus 2016, sebuah peringatan memperingatkan gempa bumi berkekuatan 9,1 besar yang tidak pernah datang.

Jepang adalah salah satu daerah yang paling aktif secara seismik di Bumi, terhitung sekitar 20% gempa global berkekuatan 6,0 atau lebih besar. Rata-rata, seismometer merekam beberapa jenis peristiwa di negara itu setiap lima menit.

Setelah BMKG dan Indonesia melalui kesalahan peringatan gempa, pelajaran penting bisa diambil dari Amerika Serikat dan Jepang yang mengalami hal yang sama dalam rentang waktu tidak berjauhan.

Baca juga:
"Peralatan yang Dimiliki oleh Stasiun Klimatologi BMKG" oleh Ary Abdul Hafidh
"BMKG Vs Met Office dalam Menjelaskan Anomali Cuaca" oleh Arie Yanwar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun