Kencan telah berubah menjadi pertunjukan horor akan swiping, catfishing, dan ghosting dan banyak orang melihat perjodohan sebagai jalan keluar.
Pengalaman kencan bisa jadi menakutkan dan traumatis sehingga beberapa dari kita melewatkan langkah itu sama sekali dan langsung menuju pelaminan.
Bagi kaum muda yang bosan dengan proses dalam mencari pasangan, perjodohan memiliki daya tarik yang jelas.
Mereka beralih ke pencari jodoh --- orang tua, bibi, paman, teman keluarga, pembimbing rohani --- sambil tetap menggunakan situs yang berbagi profil mereka yang ingin segera menikah untuk menemukan belahan hati yang cocok.
Baca juga: "Berniat Menjadi Mak Comblang, Berikut Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan" oleh Amazing Dinda
Dan tidak seperti generasi sebelumnya, di mana calon pasangan sering kali tidak memiliki suara dalam prospek, pengantin modern dan pengantin pria ini mendapatkan hak veto.
Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa orang muda masih ragu dan tidak yakin apakah ingin menempuh jalur perjodohan.
Mereka, termasuk Anda para pembaca sekalian, pernah menjadi orang yang mandiri, bebas, dan bahagia.
Bisa jadi perjodohan datang sebagai keputusasaan, apalagi setelah sebelumnya pengalaman hidup memberikan Anda kesempatan menciptakan teman sendiri, memiliki kekasih, dan kebebasan untuk menjalani kehidupan yang Anda inginkan.
Apakah perjodohan merupakan hal kuno atau dalam wilayah kemungkinan bagi Anda?
Jika Anda memang ingin menjalankan proses perjodohan, maka pastikan untuk menanyakan diri Anda sendiri dan pasangan pertanyaan-pertanyaan ini sebelum memulainya.
Jika Anda belum mengambil keputusan dan tidak yakin apakah perjodohan itu benar, berikut adalah 42 pertanyaan yang dapat Anda tanyakan pada diri sendiri tentang perjodohan
42 Pertanyaan Sebelum Menjalankan Perjodohan
1. Seberapa besar Anda menyukai budaya dan tradisi Anda?
2. Seberapa senang Anda melakukan acara keluarga dan liburan?
3. Seberapa penting bagi Anda untuk melanjutkan tradisi dan agama Anda dalam hidup Anda?
4. Seberapa penting bagi anak-anak Anda untuk mengikuti agama, tradisi, dan adat istiadat Anda?
5. Apakah Anda besar dalam keluarga besar (Anda, orang tua, kakek-nenek) dan bagaimana Anda menyukainya?
6. Seberapa dekat Anda dengan keluarga inti dan bagaimana Anda menyukainya?
7. Seberapa besar pengaruh orang tua Anda terhadap kehidupan Anda?
8. Seberapa banyak yang orang tua Anda ketahui tentang apa yang terjadi dalam hidup Anda?
Baca juga: "Dikenalkan Bukan Dijodohkan" oleh Yana Haudy
9. Apakah orang tuamu mengatur perjodohan?
10. Seberapa bahagianya orang tua Anda dalam perjodohan mereka?
11. Apakah hubungan orang tua Anda mendorong Anda atau menghalangi Anda dari perjodohan?
12. Seberapa besar Anda menghargai pendapat orang tua dalam hidup Anda?
13. Seberapa mirip nilai dan asas Anda dengan orang tua Anda?
14. Apa tujuan menikah satu sama lain?
15. Apa keuntungan yang Anda lihat tentang perjodohan?
16. Berapa pasangan perjodohan yang Anda kenal dan apakah mereka masih menikah?
17. Seberapa bahagianya orang-orang dalam perjodohan?
18. Apa yang Anda lihat sebagai keuntungan dari pernikahan?
Baca juga: "Perjodohan Berujung Penderitaan, Jangan Sampai Terjadi" oleh Martha Weda
19. Seberapa sukseskah cinta pasangan nikah yang Anda kenal?
20. Apakah Anda menghargai komunitas dan keluarga atau kemerdekaan dan kebebasan?
21. Apakah Anda pandai membuat keputusan sendiri?
22. Apakah Anda memiliki naluri dan kemampuan yang baik untuk menilai situasi orang lain?
23. Pernahkah Anda memiliki satu atau lebih hubungan dalam hidup Anda?
24. Pernahkah Anda memiliki hubungan yang berlangsung selama periode waktu yang signifikan?
25. Apakah Anda pernah tinggal dengan orang lain?
26. Seberapa baik Anda menyelesaikan konflik dengan orang lain?
27. Bagaimana hubungan antar pribadi lainnya dalam hidup Anda dengan keluarga dan teman dekat?
28. Bagaimana pengalaman hidup Anda dengan teman sekamar dan teman baik lainnya?
Baca juga: "Perjodohan? Tak Masalah Bila Ada Akumulasi Rasa dan Asa" oleh zaldy chan
29. Siapa yang Anda andalkan saat menghadapi segala jenis situasi kehidupan?
30. Jika Anda memiliki hari libur, apakah Anda menghabiskan waktu bersama teman atau keluarga?
31. Apakah penting untuk menemukan seseorang dari status sosial atau ekonomi yang sama dengan Anda?
32. Apakah Anda melihat nilai dan kualitas yang baik dalam komunitas tempat Anda berasal?
33. Apakah Anda secara filosofis atau politis menentang perjodohan?
34. Apakah Anda melihat diri Anda dapat menjalankan peran dalam perkawinan tradisional atau peran perkawinan modern?
35. Apakah Anda ingin memiliki minat, hobi, dan pandangan yang sama dengan orang yang Anda nikahi?
36. Apakah Anda ingin nilai dan prinsip pribadi Anda sesuai dengan orang yang Anda nikahi?
37. Apakah Anda seorang pengambil risiko atau memilih kepastian dalam hidup Anda?
38. Apakah Anda bisa bertemu orang lain tanpa bantuan keluarga?
Baca juga: "'Empty Love', Benarkah Terjadi Melalui Proses Perjodohan?" oleh Desy Indah Hani
39. Apakah Anda punya waktu untuk berkencan dan bertemu orang?
40. Pernahkah Anda memiliki pasangan atau pernah dilamar oleh seseorang?
41. Apakah Anda bersedia menghadapi cobaan dan kesengsaraan dalam berpacaran?
42. Apakah Anda bersedia 100% bertanggung jawab atas keputusan perjodohan dan atas pasangan Anda sendiri?
Pernikahan bukan merupakan hal main -- main, baik ketika proses pencarian berjalan mandiri ataupun dijodohkan, Bertanggung jawab atas pilihan yang diambil merupakan tanda bahwa Anda orang dewasa. Selamat mencari kebahagiaan Anda!
Baca juga: "Ini 3 Alasan Kenapa Dijodohkan Itu Baik" oleh TauRa dan kisah terkait Perjodohan dari kompasianers lainnya di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H