Mohon tunggu...
W. Bintang
W. Bintang Mohon Tunggu... Freelancer - Variety Writer

Penulis lepas, memberikan perspektif atas apa yang sedang ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ramah di Dunia Nyata, Galak di Internet: 4 Alasan Mengapa Kepribadian Berbeda Muncul di Media Sosial

6 Mei 2021   22:44 Diperbarui: 6 Mei 2021   23:07 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenal seseorang atau Anda sendiri memiliki persona berbeda di dunia nyata dan di dunia maya? Ada penjelasan psikologi atas itu (Ryan McGuire/Pixabay)

Kita semua tahu satu orang itu.

Orang yang secara konsisten memposting omelan yang berapi-api dan memanas di media sosial dan cepat terlibat dalam pertarungan verbal dengan siapa pun yang jatuh ke dalam perangkap keyboard mereka

Banyak yang melongo dari kejauhan, khawatir untuk terlibat langsung, tetapi senang menghabiskan waktunya dengan menikmati drama internet.

Inilah masalahnya: orang itu, dan beberapa orang yang terlibat, tidak bertindak seperti itu dalam kehidupan nyata.

Faktanya, Anda bahkan mungkin menggambarkan orang itu sebagai orang yang lemah lembut, ramah, atau diam dan memilih netral dalam masalah kontroversial.

Ini bukanlah sesuatu yang jarang terjadi.

Kita semua mungkin dapat menyebutkan beberapa orang yang "berkepribadian ganda" dalam daftar teman kita, mereka yang menampilkan kepribadian yang berbeda secara daring dan secara langsung.

Ternyata, ada nama untuk fenomena itu: online disinhibition effect, atau "rasa kurang atau pengabaian atas batas dan hambatan sosial yang ditemukan dalam komunikasi tatap muka normal saat menggunakan komunikasi elektronik jarak jauh".

Dengan kata lain, ada kecenderungan manusia yang manis dan luar biasa baik di dunia nyata kemudian terlibat dalam perilaku online yang agresif.

Ada beberapa teori yang menyelidiki alasan terjadinya "disinhibition" ini.

Munculnya kedekatan palsu, plus ketiadaan batas yang jelas

"Seringkali, orang akan menganggap 'teman' dan koneksi online mereka lebih dekat dengan mereka daripada yang sebenarnya," jelas L. Gordon Brewer, seorang terapis yang mengkhususkan diri dalam menangani individu dan pasangan.

"Hal ini memunculkan batas yang tidak jelas, dengan orang merasa lebih nyaman melampiaskan dan mendiskusikan topik kontroversial, dan lebih cenderung berbagi detail intim yang biasanya hanya dibicarakan pada lingkaran internal mereka."

Kenyataannya adalah bahwa kita lebih cenderung untuk "membiarkan warna asli kita terlihat" atau curhat secara terbuka dengan teman terdekat dan anggota keluarga kita, karena mereka cepat menerima dan memaafkan ketika kita menyinggung atau mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan.

Tetapi ketika ini terjadi di antara kenalan online yang hampir tidak pernah kita ajak bicara dalam kehidupan nyata, keterbukaan tersebut merupakan 'ketelanjangan' dari diri kita.

Agar adil, merasa kurang terlindungi saat online dapat menciptakan efek sebaliknya.

Orang bisa menjadi jauh lebih baik di internet, lebih berbelas kasih, dan lebih cenderung terbuka tentang pergumulan dan pikiran intim mereka.

Perasaan akan kendali dan kekuatan yang lebih besar ketika di Internet

Saat membuat postingan atau komentar di media sosial, penulis tidak harus menghadapi argumen atau interupsi apa pun, jelas Brewer.

Alih-alih, mereka bebas untuk dengan hati-hati mengucapkan pos atau balasan mereka --- meskipun perlu waktu satu jam --- dan kemudian membagikannya dengan dunia dalam hitungan detik.

Bahkan lebih banyak kekuatan dalam kendali seseorang ketika di dunia daring melalui tombol "hapus komentar" dan "batalkan pertemanan" begitu balasan mulai masuk.

Secara alami, beberapa orang akan menjadi lebih agresif ketika mereka merasa memegang kendali atau merasa berdaya.

Orang memang memiliki kecenderungan untuk menjadi jahat

"Hanya ada orang yang tidak ramah dan akan mengatakan sesuatu yang kejam hanya karena mereka tahu itu menyakitkan," kata Brewer.

"Hal ini sering kali disebabkan oleh rasa tidak aman dan, entah bagaimana, mengamuk membuat mereka merasa lebih nyaman dengan diri mereka sendiri."

Meskipun model seperti ini jarang ditemui, mereka tetap ada.

Tetapi sebelum Anda menganggapnya mengerikan, pertimbangkan kemungkinan bahwa mereka mungkin sedang terluka.

Seseorang yang secara terbuka menyakiti secara daring kemungkinan besar akan merasakan kenikmatan yang menyesatkan saat memanipulasi dan membuat orang lain marah, karena hal itu memulihkan rasa kekuasaan dan kendali yang hilang.

Orang yang tidak bahagia juga kurang stabil dibandingkan rekan mereka yang ceria, jelas Brewer. Hal ini dapat membuat mereka lebih suka merespon sesuatu dengan amarah, lebih cepat menjadi defensif, dan lebih cepat mengeluarkan kata-kata kasar dalam upaya melindungi diri mereka sendiri.

Menjadi pribadi berbeda di internet bisa menjadi katarsis

Jika kita merasa tidak didengar oleh pasangan kita, jika kita marah tentang interaksi yang terjadi dengan orang asing, atau jika kita merasa dianiaya dalam kelompok sosial, keinginan untuk melampiaskannya tentu tinggi.

Di masa lalu, dan bahkan hari ini, pelepasan umum pada saat-saat gusar itu adalah menulis surat yang tidak akan pernah terungkap, atau berbicara dengan teman dekat tentang betapa marah atau sakitnya kita.

Kita mungkin bersikap agresif dalam prosesnya, mengatakan hal-hal yang sangat menyakitkan, dan bahkan bertindak kejam terhadap orang yang mencoba membantu.

Namun, hari ini, kita tidak perlu menunggu teman muncul, dan kita bahkan tidak perlu membuka tutup pulpen.

Sebaliknya, kita bisa mendapatkan kepuasan langsung dengan menulis postingan yang memanas dan meledakkannya melalui media sosial.

"Internet adalah tempat di mana Anda dapat didengar dan di mana orang-orang akan mendengarkan Anda," kata Brewer. "Ada sesuatu yang katarsis tentang kesegeraan itu, dan sesuatu yang katarsis tentang menuliskan perasaan kita, secara umum."

Brewer menjelaskan bahwa wajar bagi setiap orang untuk marah, dan kemarahan bukan sesuatu yang tidak sehat atau "berbahaya" di sini.

Sebaliknya, bagaimana ekspresi kemarahan yang tanpa filter ---dimana orang menerimanya tanpa konteks atau memunculkan kesalahpahaman --- sehingga kemudian hal itu bisa menyakiti orang atau membuat kita terlihat agresif atau marah.

Apa yang bisa dilakukan?

Meskipun terkadang ada situasi di mana orang-orang menjadi jahat karena ia memang jahat, pada akhirnya, kita semua adalah manusia.

Kita merasa lebih dekat dengan orang asing secara online daripada yang seharusnya, kita merasakan kekuasaan lewat sekali klik, dan kita mencoba menemukan pelepasan atau pendengar saat kami merasa sakit hati atau marah.

Ketika kita membiarkan diri kita melakukan semua hal di atas, kita memberi orang asing tempat duduk baris pertama dalam drama hidup kita, dan dalam proses itu dapat membuat kita tampak sangat agresif dan tidak memiliki kesadaran sosial.

Ketika kemarahan diekspresikan secara serampangan di internet, yang mengucapkan dan menerimanya sama -- sama menjadi terluka dan lingkaran tersebut akan terus berlangsung selagi tidak ada yang mau mendengarkan.

Seperti yang sering terjadi, keterbukaan dan respons yang lebih lembut terhadap seseorang yang sedang mencaci ataupun melampiaskan kemarahan akan sesuatu lebih baik dibandingkan kita balas mengeluarkan amarah.

Dan terakhir, sebelum Anda menulis dan memposting sesuatu, lepaskan diri Anda dari drama yang sedang menghinggapi atau rasa putus asa atas sesuatu di dunia nyata dengan menelepon teman atau menulis di jurnal offline terlebih dahulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun