Pada 2016 dan 2018 ada demonstrasi 'olahraga' yang diadakan sekitar waktu Olimpiade dengan eSports akan menjadi salah satu ajang yang memperebutkan medali pada Asian Games 2022 di Hangzhou, Cina.
Pada 2017, IOC mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa permainan kompetitif "dapat dianggap sebagai aktivitas olahraga" dan bahwa esports dapat membantu anak-anak muda di seluruh dunia mengenal lebih lanjut Olimpiade.
Tetapi pernyataan setelah KTT Olimpiade ke-8 menyebutkan bahwa komite Olimpiade lebih memilih untuk fokus pada permainan video yang mensimulasikan olahraga tradisional.
Komite tersbut juga melayangkan kemungkinan merangkul video game yang menggunakan virtual atau augmented reality untuk menambahkan komponen fisik ke gameplay.
Meskipun beberapa video game olahraga memiliki liga profesional seperti "FIFA" dan "NBA 2K", esports paling populer berakar pada genre video game itu sendiri.
IOC, sayangnya, lebih melihat sisi negatif dimana kekerasan dan konten eksplisit lainnya dalam video game dapat bertentangan dengan nilai-nilai Olimpiade.
Permainan strategi yang didasarkan pada kekayaan intelektual perusahaan dan permainan menembak dengan kekerasan militeristik juga dianggap menjadi wilayah yang rumit bagi IOC dan keanggotaannya yang beragam.
"Kita bisa memahami bahwa game seperti Counter-Strike: Global Offensive memang memiliki citra dan terminologi yang tidak terlalu bersahabat dengan penonton kasual global yang menonton Olimpiade setiap empat tahun sekali." - penulis
Poin penting untuk diperhatikan kedepannya:
1. Apakah pandemi COVID-19 bisa mendorong lagi Olimpiade untuk mempertimbangkan E-sports sebagai cabang olahraga sebenarnya?