'TIM' adalah hasil akhir dari demo yang dituntaskan menggunakan catatan terperinci, percakapan email, dan pesan teks yang ditinggalkan Avicii untuk membantu tim yang terdiri dari Carl Falk, Vincent Pontare, dan Salem Al-Fakir menyelesaikannya.
12 lagu dalam album 'TIM; menampilkan beberapa kolaborator akrab dari dunia Avicii --- vokalis Coldplay Chris Martin, yang meminta Bergling untuk memproduksi lagu dalam album Ghost Stories 'A Sky Full of Stars,' dan penyanyi R&B Aloe Blacc, yang tenar bersama Avicii lewat 'Wake Me Up' ---ditambah dengan band rock pop Imagine Dragons dan penyanyi Noonie Bao.
Produk final 'TIM' bisa jadi isyarat dari Avicii bahwa tren EDM sudah mulai berlalu dengan dia beserta nama-nama besar EDM kembali mengintegrasikan pop dalam musik produksi mereka.
Sebutlah 'Bad Reputation' yang menggetarkan lewat alunan elektronik yang kita akrab dengar dalam lagu Chainsmokers.
Sementara satu lagu yang mirip dengan lagu hits Avicii yang lama ---'Hold the Line' --- tidak menonjolkan drop yang menghentak dan lebih banyak dendangan lembut dan empuk yang mirip dengan punya Diplo.
Sementara kontribusi Chris Martin dan Imagine Dragons ('Heaven,' 'Heart on My Sleeve') tidak menyimpang terlalu jauh dari apa yang diharapkan, hal tidak biasa yang bisa ditemukan adalah pembuka 'TIM' yang menenangkan, 'Peace of Mind'.
'TIM' bisa dikatakan adalah album yang easy-going dan mudah dinikmati bagi yang baru pertama kali mendengar Avicii maupun fans beratnya yang mungkin bisa memberikan kelonggaran atas karya yang sebenarnya merupakan tribut.
Tetapi memahami apa maksud Tim Bergling ketika memproduksi 'TIM' terasa lebih sulit saat berfokus pada lirik lagi didalamnya.
Kita bisa paham bahwa diskografi lama Bergling sebagai Avicii --- album debut 'True' di 2013 dan 'Stories' pada 2015 ---membawa suasana ringan dan gemerlap khas EDM.
Namun lirik di TIM --- yang ikut ditulis Bergling --- secara eksplisit mengungkapkan pergumulan pribadi Avicii sebelum menyongsong istirahat kekalnya.