Babak perempat final Liga Champions sudah usai.
Di bawah ini, saya membedah poin pembicaraan terbesar dari aksi leg kedua minggu ini dan melihat apa yang penting diperhatikan menuju semifinal.
Neymar mengingatkan semua orang siapa bosnya
Neymar mendapat banyak kritik.
Beberapa di antaranya bisa dijustifikasi: Dia adalah "aktor drama" yang produktif di lapangan, sering melakukan kontak yang berlebihan, dan beberapa aksi jenakanya dapat membuat orang lain kesal.
Tapi penampilannya pada Selasa malam waktu Eropa adalah pengingat bahwa, di atas segalanya, pemain Brasil yang sering dikritik tersebut adalah pesepakbola spektakuler.
Dia memang sudah luar biasa di leg pertama melawan Bayern Muenchen dengan memberikan 2 assist pada pertandingan itu, dia melakukan lebih di leg kedua dengan melakukan segalanya untuk membantu Paris Saint-Germain membalas dendam dan mencapai semifinal.
Sementara Neymar entah bagaimana tidak juga berhasil mencetak gol memasuki pertandingan kedua, kemampuan menggiring bola, kreativitas, dan bakatnya menjadi aktraksi yang memukau pada malam itu di Paris.
Usahanya yang keras, memburu para pemain Bayern dan mengejar bola-bola lepas di menit-menit akhir, juga patut dipuji.
Entah itu karena dia bermain di Prancis, dianggap sulit beradaptasi sepanjang kariernya, atau hanya karena orang-orang tidak menyukainya, sepertinya pemain berusia 29 tahun itu tidak pernah dihargai dengan baik.
Jika Neymar diperhatikan serius dan dia sukses membantu PSG memenangkan Liga Champions, semoga pandangan negatif atasnya akan berubah.
Chelsea membosankan tapi sangat efektif
Jika Anda menonton pertemuan leg kedua Chelsea dengan FC Porto daripada pertandingan perempat final lainnya, Anda mungkin sedang hanya ingin menyalakan tv untuk mendengar suara atau Anda seorang masokis.
Tempo pertandingan yang lambat dan dipenuhi pemberhentian yang tidak menarik, di mana tidak ada tim yang mau mengambil risiko; termasuk Porto, yang memulai pertandingan leg kedua dalam kondisi harus unggul dua gol atas The Blues.
Upaya terlambat klub Portugal - bicycle kick menakjubkan oleh Mehdi Taremi -- ibaratnya seperti meledakkan kembang api di ruang perpustakaan.
Suatu gol yang bertolak belakang dengan suasana 90 menit sebelumnya.
Manajer Chelsea Thomas Tuchel akan dipuji atas hasil ini, dan memang sudah seharusnya.
Timnya mencekik Porto, membatasi mereka untuk dua percobaan tepat sasaran (sundulan jinak dan upaya Taremi), dan bek sayap mereka tenang menghadapi permainan Porto yang menumpuk pemain di sayap.
Konservatisme suram Chelsea bekerja persis seperti yang direncanakan Tuchel.
"Mungkin di televisi, pertandingan ini tidak begitu bagus untuk ditonton. Tapi ada suatu titik dimana para pemain bermain sangat intens dengan dinamika yang sangat cepat," tegas Tuchel kepada BT Sport.
Jelas sudah bahwa pertandingan Chelsea vs. Porto adalah tontonan yang buruk, tetapi kemampuan Chelsea untuk bertahan seperti ini dan menyerang seperti yang mereka lakukan tiga hari sebelumnya dalam kemenangan 4-1 atas Crystal Palace adalah bukti seberapa cepat Tuchel mendidik pasukannya sejak masuk sebagai pelatih 26 Januari.
Baca juga: "8 Poin Review Liga Champions (Perempat-Final Leg 1)"
Dengan peragaan taktis yang fleksibel, mereka pesaing kuat untuk memenangkan semuanya.
Madrid menjadi hidup pada bulan April dan Mei
Anda bisa menyebutnya DNA Madrid, tapi sungguh, ini adalah hasil dari mentalitas pemenang.
Skuad Madrid menunjukkan penampilan perkasa bukan juga karena mereka segar: Zidane mengakui para pemainnya berada di "batas fisik" mereka, dan dia telah menunjukkan sedikit keinginan untuk merotasi.
Dia terus mengandalkan pemain yang sama karena dia tahu mereka dapat mewujudkan impian juara di akhir musim nanti.
Bagaimana lagi Anda bisa menjelaskan transformasi mereka dari minggu-minggu awal Januari, ketika gelar La Liga dan Liga Champions tampak di luar jangkauan?
Ingat, Madrid saat itu membuntuti Atletico Madrid dengan jarak 10 poin di La Liga, dan mereka hanya memperoleh satu poin dari dua pertandingan pertama penyisihan grup Liga Champions.
Pada satu titik, Zidane tampaknya ditakdirkan untuk dipecat, performa klub menurun drastis setelah kekalahan sensasional dari klub divisi tiga Alcoyano di Copa del Rey.
Tetapi setiap kali Madrid berada di ujung tanduk, mereka merespons balik dengan luar biasa.
Mereka telah pulih dari awal yang buruk , menjalani 14 pertandingan terakhir tanpa terkalahkan bahkan ketika Sergio Ramos, Raphael Varane, Dani Carvajal, dan Eden Hazard sedang cedera.
Hal yang sama terjadi musim lalu: Madrid mengukir 10 kemenangan berturut-turut dan merebut gelar La Liga dengan mudah.
Klub ini sering membalikkan keadaan buruk menjadi menakjubkan , kata bek Nacho baru-baru ini. "Sejarah menunjukkan kami melakukannya dengan baik. Real Madrid tidak pernah menyerah begitu saja," tegasnya.
Bintang muda terus bersinar
Banyak orang membebankan ekspetasi kepada Erling Haaland dan Kylian Mbappe sebagai superstar baru menggantikan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, suatu gerakan yang semakin kentara setelah dua nama terakhir tersingkir dari Liga Champions lebih awal dari yang diharapkan; Messi ironisnya sedikit kurang tersingkir karena aksi Mbappe.
Tapi dua pemain muda paling terkenal di sepak bola ini tidak sendirian. Kita menyaksikan sekumpulan bakat luar biasa yang pernah dilihat olahraga ini mengorbit di saat yang sama.
Sementara Haaland mati gaya melawan Manchester City, rekan setimnya yang berusia 17 tahun, Jude Bellingham, bersinar terang.
Bellingham menjadi pemain termuda kedua dalam sejarah yang mencetak gol di babak sistem gugur Liga Champions.
Gelandang yang melakukan segalanya, dengan ikut menyapu bola dari garis gawangnya sendiri, sukses mencuri perhatian.
Semua memperhatikannya sampai di titik dimana rekan senegaranya, Phil Foden, menutup kontes dengan sepakan akurat menggunakan kaki kiri di babak kedua.
Masa depan sepakbola ada di tangan orang muda, dan kebetulan mereka berasal dari Inggris.
Semifinal harusnya epik
Pep Guardiola akhirnya menerobos masuk 4 besar setelah sekian lama.
Mbappe dan Neymar berusaha membalas patah hati PSG musim lalu
Tim tersukses dalam sejarah turnamen membawa ambisi untuk membawa pulang Si Kuping besar kembali ke Spanyol.
Chelsea yang hampir tidak pernah kalah sejak pergantian manajerial di pertengahan musim.
Itulah lineup untuk semifinal, yang dimulai 27 April nanti.
Tandai kalender Anda.
Baca juga: "Drawing Liga Champions: Ulangan Final Musim Lalu dan Rivalitas Lama"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H