Selama era kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan Hindu, ada sosok yang kuat dan menakutkan yang dikenal sebagai Mayadenawa - putra raja yang jahat, yang kekuatannya tidak mengenal batas.
Dikatakan bahkan tentara Majapahit yang hebat tidak dapat mengalahkannya.
Mayadenawa mendatangkan malapetaka di antara umat Hindu, menghancurkan kuil, menyangkal pemujaan.
Orang-orang memohon kepada para dewa, dan Dewa Indra-lah yang menjawab.
Dewa Indra turun dari surga dan memulai perang yang dahsyat melawan Mayadenawa yang kejam dan tidak bertuhan.
Pertempuran demi pertempuran, Indra dan pasukannya melawan karakter yang mengerikan - tetapi tentu saja, Tuhan menang.
Kemenangan mereka terjadi pada hari Rabu minggu ke 11 dari kalender Pawukon Bali - yang sekarang dikenal sebagai Hari Galungan, dirayakan dalam siklus yang sama setiap 210 hari.
Hari Rabu minggu ke-11 dalam penanggalan Pawukon menjadi waktu dimana festival ini memperingati kemenangan Indra (dharma, ATAU BAIK) atas Raja Mayadenawa (adharma, ATAU JAHAT).
Turunnya Indra ke Bumi juga melambangkan turunnya roh-roh lain dari Surga pada hari yang sama.
Lantas, apa saja yang terjadi selama perayaan Galungan?
Pada malam Galungan dilakukan Penampahan Galungan.
Penampahan merupakan prosesi dimana hewan dikorbankan sebagai persembahan khusus yang dimaksudkan untuk menghilangkan kenegatifan baik dalam bhuana agung (makrokosmos, dunia di sekitar kita) dan bhuana alit (mikrokosmos, dunia di dalam diri kita).