Mohon tunggu...
W. Bintang
W. Bintang Mohon Tunggu... Freelancer - Variety Writer

Penulis lepas, memberikan perspektif atas apa yang sedang ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Lencana Siber dan "1984"

18 Maret 2021   17:03 Diperbarui: 19 Maret 2021   12:14 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penghargaan polisi kepada mereka yang melaporkan dugaan tindak kejahatan yang terjadi di media sosial mengingatkan saya kepada suatu novel fiksi.

Sebelum menulis review buku tersebut, baiknya untuk mereviu pemberitaan hari - hari ini.

Rencana pemberian lencana penghargaan bagi warga yang aktif berpartisipasi melaporkan dugaan tindak pidana di media sosial telah diapungkan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI).

Lencana penghargaan yang akan saya sebut juga lencana siber dalam tulisan ini diberitakan sebagai bentuk apresiasi kepada masyarakat yang telah ikut membantu tugas kepolisian.

Rencana pemberian lencana penghargaan selaras dengan program Polri yang telah melakukan pengaktifan polisi dunia maya untuk memonitor, mengedukasi, memberikan peringatan, serta mencegah masyarakat dari potensi tindak pidana siber yang terkait langsung dengan penegakan Undang -- Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Saya sebagai awam masih mengalami kesulitan melihat efek positif daripada pemberian lencana siber tersebut. Saya mencoba menjabarkan kemungkinan positif yang terlintas di bawah.

Mungkin, polisi akhirnya mengapresiasi netizen Indonesia yang setiap hari memention akun resmi Kepolisian di beragam media sosial untuk melaporkan penipuan, tindak kekerasan, dan ragam kejahatan lain yang menggunakan atau disiarkan di media sosial.

Mungkin, penghargaan seperti ini memberikan kita sebagai warga negara untuk waspada akan lingkungan media sosial yang jauh lebih kita akrabi dibandingkan lingkungan di sekitar rumah.

Kemungkinan -- kemungkinan ini baru akan terbukti ketika tata cara untuk mendapat lencana penghargaan ini telah diumumkan dan mulai diberikan kepada masyarakat.

Namun sebelum itu terjadi, pikiran saya ketika mendengar lencana siber malah membuat teringat kepada buku Nineteen Eighty-Four (1984).

Novel fiksi 1984 ditulis oleh George Orwell bagi saya merupakan salah satu novel terbaik yang pernah ditulis di bumi.

Dalam Nineteen Eighty-Four, saya menemukan satu tokoh kunci yang masih jadi pembicaraan banyak orang hingga kini.

Polisi Pikiran (Thinking Police/ThinkPol) adalah polisi rahasia dari superstate Oceania, yang mencari dan menghukum kejahatan pikiran, pemikiran pribadi dan politik yang tidak disetujui oleh Partai.

Thinkpol menggunakan psikologi kriminal dan alat pengawasan yang tersebar (teleskrin, mikrofon, informan) untuk mencari dan menemukan, memantau dan menangkap semua warga Oseania yang akan melakukan kejahatan pikiran sebagai tantangan terhadap otoritas status quo Partai dan rezim Big Brother.

(SPOILER) Kisah 1984 berpusat kepada bagaimana Thinkpol menyebarkan informasi palsu (misalnya berupa keberadaan The Brotherhood) untuk memikat anggota non-konformis Partai agar mengekspos diri mereka sebagai subversif politik.

Thinkpol dalam Nineteen Eighty-Four tidak memiliki organisasi padu. Tidak ada hierarki, tidak ada struktur, tidak ada keanggotaan resmi, dan tentunya tidak ada seragam seperti yang dipakai. Tidak ada cara untuk menentukan dengan mata telanjang siapa anggota ThinkPol dan itu adalah tujuan utamanya.

Jika Anda tidak pernah tahu siapa yang mungkin menjadi anggota Thinkpol, Anda harus selalu memperhatikan apa yang Anda katakan, lakukan, dan pikirkan. Tidak ada cara untuk memastikan Anda aman, jadi Anda tidak akan pernah benar-benar membentuk ide konkret yang bertentangan dengan apa yang diingkan Partai.

ThinkPol memiliki dukungan berupa siapapun yang ingin dapat menyerahkan Anda ke Polisi Pikiran dengan sedikit atau tanpa bukti apapun. Ini menunjukkan secara harfiah tidak ada orang yang bisa dipercaya sehingga menimbulkan rasa takut.

Dalam dunia 1984, semua orang secara otomatis menjadi polisi atas dirinya dan orang lain, memerhatikan dengan seksama apa yang diperbuat dirinya sendiri dan orang lain apakah sudah sesuai dengan arahan. Pilihan bukan lagi bicara atau tidak, namun pilihannya tinggal diam atau jadi tukang lapor.

Saya akan membiarkan Anda, pembaca sekalian, mengambil kesimpulan adakah kaitan lencana siber dan Nineteen Eighty-Four.

Mungkin harusnya saya lebih optimis dan merasa aman dalam lindungan moderator Kompasiana dan Kompasianers yang lain pun akan mengingatkan saya dan memberikan penjelasan lebih rinci akan makna dibalik buku 1984 dan manfaat dari lencana siber.

George Orwell "1984" dalam terjemahan Bahasa Indonesia oleh Landung Simatupang tersedia di Gramedia yang bisa dikunjungi dengan menklik tautan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun