Seperti banyak platform online, pengguna yang kurang terkenal sering menuduh Chess.com melindungi bintangnya. Awam mengkritisi bahwa privilese dimiliki Levy Rozman; mulai dari komentar yang terkesan "merendahkan" selama pertandingan hingga pelaporan dan pemblokiran akun Dewa_Kipas oleh Chess.com.
Tapi Rensch mengatakan bahwa langkah pemblokiran yang diambil chess.com merupakan kebenaran. Mereka bahkan pernah melarang master catur di dunia nyata karena ditemukannya anomali dalam statistik pertandingan online-nya.
"Kami secara hukum siap untuk pergi ke pengadilan dengan setiap pemblokiran akun yang kami buat. Dan kami bertindak berdasarkan data dan bukti, "katanya. "Apakah dia (Rozman) benar-benar memiliki pengaruh atas keputusan akhir tersebut? Nol."
Rensch mengatakan Dewa_Kipas adalah "kasus kecurangan yang jelas dan mutlak". Dari catatan pertandingannya, Chess.com menetapkan bahwa gerakan Dewa_Kipas dalam permainan catur cocok dengan robot catur pada tingkat yang "tidak mungkin dilakukan oleh manusia."
Ketepatan langkah Dewa_Kipas bahkan lebih tinggi daripada pemain catur peringkat teratas Indonesia, grandmaster Susanto Megaranto: 95,% berbanding 94,4%.
Rensch selalu berusaha mengingatkan pemain top bahwa mereka pada akhirnya manusia. Mereka masih dipengaruhi emosi dan semangat kompetisi. Aktor paling netral dalam catur adalah algoritma.
Ada pepatah terkenal dari Emanuel Lasker, Juara Catur Dunia terlama dalam sejarah: "Di papan catur, kebohongan dan kemunafikan tidak bertahan lama."
Dan algoritma, meski tidak sempurna, mengurangi peluang kecurangan terjadi. "Kami bertindak tanpa motif emosional maupun finansial, Tindakan kami hanya untuk melindungi integritas catur," kata Rensch.
Bagi Rozman, komentar negatif atas tindakan yang diambilnya telah turun dari 10 komentar setiap menit menjadi satu setiap beberapa menit. Pesan yang lebih mendukung dalam bahasa Indonesia telah muncul di Twitter-nya dengan beberapa warganet mengungkapkan rasa malu atas perisakan yang dilakukan mereka.
Rasa takut masih menyelimuti Rozman, tetapi dia bisa lebih tenang melihat kontroversi ini sebagai pelajaran akan bahaya disinformasi. "(Perisakan yang dialami saya) tidak mengenakkan," katanya. "Bisa mengatakan (kepada publikasi ini) bahwa peristiwa segila ini benar -- benar terjadi rasanya sudah cukup. "
Kembali ke Bandung, Akbar dan Dadang Subur mengatakan bahwa mereka berusaha untuk mendatangkan master catur Indonesia ke rumah mereka, sehingga Subur dapat menunjukkan permainannya secara langsung di depan kamera untuk pemirsa berita nasional. Subur merasa yakin dia dapat menandingi lawannya di dunia nyata.