Tidak seperti vaksin BioNTech-Pfizer dan Moderna, vaksin AstraZeneca tidak harus disimpan pada suhu yang sangat rendah. Vaksin dapat disimpan, diangkut dan ditangani pada suhu pendinginan normal (2-8 derajat Celcius / 36-46 derajat Fahrenheit) selama setidaknya enam bulan.
BioNTech-Pfizer harus merancang pengirim termal dengan kontrol suhu khusus yang menggunakan es kering untuk mempertahankan kondisi suhu penyimpanan yang direkomendasikan -70 derajat Celcius (-94 F) hingga 10 hari tanpa pembukaan.
Menurut AstraZeneca, rantai pasokan vaksin yang sederhana dan produksi nirlaba akan membuatnya lebih terjangkau, tetapi harga pasti dari satu dosis vaksin AstraZeneca masih belum jelas.
AstraZeneca dan BioNTech-Pfizer telah membuat perjanjian dengan COVAX, sebuah inisiatif global yang bertujuan untuk mendistribusikan vaksin murah ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Indonesia sebagai bagian dari COVAX menerima batch pertama vaksin AstraZeneca sebesar 1.113.600 dosis pada Senin, 8 Maret 2021. Nantinya, Indonesia akan memperoleh total 11.704.800 vaksin AstraZeneca siap pakai dengan masa pengiriman sampai Mei 2021.
Dalam tweet yang telah dihapus, Sekretaris Negara Belgia Eva De Bleeker menerbitkan harga AstraZeneca per dosisnya di Uni Eropa sebesar: 15 (Rp257.745,00 dengan kurs 15 = Rp 17.183) untuk Moderna, 12 (Rp206.196) untuk BioNTech-Pfizer dan 1,78 (Rp30.585) untuk AstraZeneca.
Baca juga: "Perbandingan Efektivitas Vaksin Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca"
Pada bagian kedua nanti, penulis akan membahas efektivitas dari vaksin AstraZeneca kepada coronavirus dan variannya, beserta apa yang disebut sebagai efek samping setelah menggunakan produk ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H