Mohon tunggu...
W. Bintang
W. Bintang Mohon Tunggu... Freelancer - Variety Writer

Penulis lepas, memberikan perspektif atas apa yang sedang ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

6 Alasan Ghosting dan Bagaimana Memaknainya

8 Maret 2021   17:05 Diperbarui: 19 Maret 2021   11:39 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ghosting bisa menjadi titik penghentian dan mengevaluasi lagi akan dibawa ke mana suatu hubungan.

Online chatting dengan individu anonim semakin marak dengan kemajuan media sosial. Salah satu produk turunannya adalah aplikasi pencarian pasangan online. Kehadiran aplikasi macam Tinder dan Bumble kemudian mempertemukan individu satu dan lainnya untuk berbincang dan mencari peluang menjalin hubungan.

Dengan pandemi COVID-19 merebak dan kesempatan bertemu langsung mengecil, keinginan untuk menjalin hubungan, serius maupun tidak serius, semakin kencang lewat aplikasi. Akibatnya, muncul peluang bahwa perkenalan anda dengan anonim secara online terputus begitu saja dan tidak ada upaya apapun dapat menghubungkannya kembali.

Jelas kemudian bahwa kamu kena "Ghosting"! Kenapa sih mengucapkan selamat ketika jalinan hubungan sepertinya berakhir buruk? Ataukah, ghosting bisa jadi lompatan untuk sesuatu yang positif?

Menurut Swipe Life, ada 6 alasan kuat yang menyebabkan ghosting terjadi dalam suatu hubungan. Ke-enam alasan adalah sebagai berikut:

1. Anda atau Lawan terlalu agresif

Apakah anda terang -- terangan membedah identitas pribadi dan menanyakan pertanyaan sensitif ke lawan bicara? Bicara untuk menikah setelah kencan online? Ini mungkin berhasil bagi sebagian orang, tetapi topik seperti ini sangat dihindari karena memberikan sentimen negatif bagi lainnya. Ahli hubungan Cyndi Darnell menyebutkan, "Ghosting bisa jadi reaksi ketika salah satu pihak menunjukkan keinginan kuat atas hubungan lanjut ketika baru mulai berkomunikasi, memunculkan ketidaknyaman di pihak lawan."

2. Anda atau Lawan tidak mencari hal yang sama.

Bisa jadi Anda menginginkan hubungan ketika anonim mengingkan sesuatu yang lebih kasual sehingga menimbulkan ketiknyamanan buat kedua pihak. "Ghosting dapat terjadi ketika pihak-pihak berada pada tujuan yang berlawanan," kata Darnell.

"Yang satu mencari sesuatu yang biasa saja, yang lain mencari sesuatu yang lebih substansial. Komunikasi lalu kemudian putus, apalagi jika salah satu pihak memutuskan untuk ghosting." Penting kemudian bagi individu untuk dapat menetapkan ekspetasi dan sikap ketika di-ghosting setelah pembicaraan untuk melanjutkan hubungan ke tahap selanjutnya tidak digubris.

Baca Lebih Lanjut: "Dari "Ghosting" hingga Kaesang" oleh Khrisna Pabichara

3. Anda atau Lawan telah menunggu terlalu lama.

Anda biasanya membuat rencana bertemu segara setelah Anda cocok dengan seseorang secara online. Kenapa seperti terburu-buru?

Sikap seperti ini menunjukkan keseriusan untuk mengenal lebih lanjut lawan bicara sebelum Dia bertemu yang Lain. Bisa dipahami tidak ada ukuran pasti kapan waktu yang tepat untuk bertemu dengan orang yang dikenal secara online, apalagi ketika COVID-19 masih merebak.

Lain hal jika sejak keinginan bertemu sejak awal direspon negatif dan menyebabkan salah satu pihak ghosting. Cyndi Darnell menasehati para pelaku chatting untuk dapat membaca suasana dan merelakan ketika lawannya memilih ghosting setelah ajakan bertemu ditolak.

4. Anda atau Lawan sibuk.

Terkadang, kesibukan menghalangi kencan dapat berjalan. Mungkin saja pasangan online anda sedang sibuk atas masalah famili, kewalahan dengan pekerjaan, atau mengalami hal yang lalu membuat Anda di-ghosting atau sebaliknya ketika peran ditukar.

Jika itu masalahnya, mereka kemungkinan akan menghubungi kembali jika ada saatnya mereka memiliki lebih banyak ruang untuk Anda dalam hidup mereka. Anda sebagai penerima dapat saja menunggu karena lawan berjanji, namun jangan sampai Anda yang merasa dikorbankan. Ghosting bisa jadi kebebasan untuk mengeksplorasi kesempatan lain dalam menciptakan hubungan.

5. Anda atau Lawan memiliki masalah komitmen.

Meskipun seseorang sedang menggunakan aplikasi kencan dan memberikan setiap sinyal bahwa mereka sedang mencari pasangan, rasa takut terluka dapat secara tidak sadar memengaruhi cara seseorang memperlakukan pasangan online-nya.

"Ada beberapa orang yang memang tidak berani mengambil komitmen jangka panjang. Ketika dituntut untuk menjalin komitmen, mereka memilih ghosting," menurut Psikolog Dr. Baby Jim Aditya, M.Psi. Baby lalu menyarankan bahwa orang yang ditinggal harus memahami dapat mengukur benefit dan konsekuensi untuk mengejar pasangan online tersebut atau move on.

Baca Lebih Lanjut: "Meng-Indonesia-kan Ghosting & Sidebarring Lewat Pop Jawa" oleh Jepe Jepe

6. Anda atau Lawan memiliki ekspektasi yang tidak realistis.

Lahirnya ekspetasi tidak realistis bisa jadi disebabkan oleh fantasi. "Anda dapat menyalahkan novel dan film romantis," jelas psikolog lainnya, Elisa Robyn, Ph.D.

"Lawan bicara mencari cinta pada pandangan pertama, atau setidaknya pada kencan online, tanpa berpikir bahwa Anda memiliki ekspetasi tersendiri." Dengan kata lain, pasangan online Anda mungkin mencari seseorang yang sebenarnya tidak ada, untuk kemudian ghosting ketika tidak menemukannya. Anda tidak perlu menyalahkan diri sendiri dan dapat segera move on.

Ghosting mungkin sangat menyakitkan bagi mereka yang menerima, menyebabkan perasaan dikucilkan dan ditolak, namun jangan jadikan ini akhir. Ghosting perlu dilihat sebagai titik penghentian sementara untuk mengevaluasi lagi akan hubungan percintaan Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun