Lalu penulis berpikir sebaliknya, bagaimana kalau penulis ikut merasa bahagia atas apa yang dimiliki orang lain yang membuat mereka bahagia? Istilah itu disebut sebagai "mudita" yaitu suatu bahasa Pali dan Sansekerta yang bermakna; "Ikut bahagia atas kebahagiaan yang dialami oleh pihak lain".
Dengan demikian, penulis tidak menjadi sirik apalagi sampai membenci. Dan lebih serunya, penulis bisa ikut merasa bahagia atas kebahagiaan orang lain berdasarkan materi yang dimiliki dan disenangi oleh mereka.
Di samping itu, ketika penulis melihat mobil tua dan penyok lainnya. Timbul rasa syukur atas apa yang penulis miliki. Bersebab masih ada orang yang berkekurangan dibandingkan diri sendiri.
Penulis berpikir;
"Syukurlah saya masih memiliki mobil yang masih agak mulus dan terawat hingga saat ini. Dengan demikian saya merasa puas atas apa yang tersedia saat ini."
Dengan rasa puas itulah, perasaan penulis menjadi bahagia seketika.
Bagi penulis, rasa syukur harus selalu dihadirkan bersebab kalau tidak, hal tersebut akan menyebabkan iritasi pada pikiran. Seperti rasa jengkel dan berbagai gangguan mental yang kurang baik.
Lantas bagaimana dengan merasa bahagia atas pujian dan kehormatan?
Kedua hal tersebut juga harus diperlakukan dengan cara yang sama dimulai dari rasa mudah puas, bersyukur, dan bermudita.
Dari pembahasan artikel yang sederhana ini, ternyata bisa kita temukan bahwasanya semua orang bisa merasa bahagia dengan cara yang sederhana.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!