Esok pagi, penulis berangkat ke toko donut tersebut dan mendapatkan satu kantong penuh berisi donut yang tidak bisa penulis pilih.
Penjual donut sangat ramah dengan wajah penuh senyum menyambut penulis. Mereka meminta penulis untuk mengkonfirmasi bahwa donut sudah diambil melalui aplikasi. Mereka pun sudah membungkus kantong tersebut dengan rapi sebelum konsumen datang, otomatis membuat penulis tidak bisa melihat isinya.
Cukup berat untuk satu kantong donut seharga $6. Pastinya ada satu lusin donut di dalamnya.
Dan ternyata benar ada satu lusin donut setelah penulis membuka kantong tersebut di rumah. Donut masih segar, nampak dari penampilan dan teksturnya yang lembut.
Belum lagi rasanya yang enak dan gurih. Tidak terlalu manis. Isi pun bervariasi. Menariknya, penulis memperoleh jumlah makanan yang melebihi jumlah dolar yang dibelanjakan. Dan pastinya bisa untuk dibagikan kepada teman dan tetangga.
Melalui aplikasi tersebut, ternyata ada summary dari hasil penyelamatan makanan saat itu. Hasilnya penulis menghemat $12 dan CO2e sebanyak 3.17 kg. Atau setara dengan 339 smartphone energi yang diisi penuh.
Namun sayangnya aplikasi tersebut masih belum dikenal banyak orang di California Selatan, apalagi di kota tempat penulis tinggal.
Padahal restauran, toko, cafe, dan mini market yang menjual makanan sangat banyak di daerah penulis tinggal. Dan rerata mereka membuang makanan yang tidak sempat terjual habis.
Kendati demikian, penulis berharap agar lebih banyak penjual yang berpartisipasi di mana saja agar makanan yang masih layak tidak dibuang percuma.
Bagaimana Kompasianers, apakah di tempat kalian ada program semacam ini lewat sebuah aplikasi? Kalau ada pastinya seru dan menarik untuk dilakukan sebagai Food Heroes di daerah kalian tinggal.
****