Kini media sosial bukan hanya sebagai tempat untuk bersosialisasi secara online. Beberapa orang memanfaatkan media sosial sebagai tempat untuk ajang pamer.
Apa yang dipamerkan biasanya berupa harta benda yang sangat mewah. Mulai dari asesori, pakaian, kendaraan, sampai rumah.
Namun, tidak sampai di sana. Ada juga yang memamerkan suatu layanan, servis, dan pengalaman yang wah.
Contohnya ketika orang tersebut berkunjung di spa. Dan dia menerima berbagai pelayanan yang serba mewah. Lalu dipamerkan di media sosial.
Begitu pula bagi beberapa orang yang melakukan travel dengan tiket perjalanan dan trip yang mahal serta menginap di hotel yang glamor.
Ada juga yang memamerkan apa yang dikonsumsi di restoran yang megah dengan menunya yang penuh ruah. Semuanya diunggah lewat media sosial.
Tren semacam itu bisa membuat seseorang memiliki gaya hidup konsumtif. Dan jika hal tersebut tidak bisa dikontrol dan terjadi terus menerus maka seseorang bisa berperilaku konsumerisme.
Lalu siapa yang diuntungkan jika dampak tersebut menyebar pada semua lapisan masyarakat? Termasuk para pejabat yang melakukan hal tersebut.
Kita semua mengetahui bahwa para pejabat negara sudah semestinya bekerja demi kepentingan publik, bukan demi menimbun kekayaan yang bisa dipamerkan.
Apabila mereka memamerkan harta benda, status, kedudukan, dan gaya hidup mewah maka apakah rakyat tetap percaya pada mereka atau menjadi antipati?