Matahari akhirnya menunjukkan kehangatannya di Hari Minggu pagi, 26 Februari 2023. Kemunculannya membuat sisa air hujan di atas mobil dan jalanan menguap.
Penulis tidak ingin menyia-nyiakan momen tersebut setelah beberapa hari tidak muncul matahari secara utuh. Langsung saja berangkat ke taman terdekat setelah mandi dan sarapan di rumah.
Rasanya matahari tidak malu bersembunyi di balik awan pagi itu. Hangatnya menembus jaket tebal yang dikenakan penulis. Padahal kemarin cuaca sangat tidak bersahabat. Meskipun demikian, awan mendung dan angin akan menyusul di siang hari.
Perkiraan cuaca untuk 10 hari ke depan memperkirakan akan terjadi hujan dari hari Senin sampai Rabu. Otomatis menjadikan suhu turun di titik terendah yaitu 1 derajat Celcius di hari Rabu atau Kamis.
Harapan penulis agar tidak terjadi badai salju atau es seperti kemarin sewaktu penulis berada di jalan. Hari itu, 25 Februari 2023, pukul 5 sore waktu Pasifik, penulis punya urusan yang harus diselesaikan di Pomona dan Chino Hills.
Maka berangkatlah penulis dari rumah menuju ke Pomona setelah melihat hujan berhenti sejenak yang sempat meninggalkan jejak salju di beberapa kota.
Penulis mengira bahwa badai salju sudah berhenti total dan terus mengendarai mobil ke sana. Agak gerimis di jalan jadi pastinya akan aman. Namun setelah tiba di Pomona dan melanjutkan perjalanan ke Chino Hills, terlihat halilintar yang menyambar bumi beberapa kali.
Karena hampir tiba di tempat tujuan di kota tersebut, maka penulis menguatkan diri untuk terus melaju dan berpacu melawan waktu. Dalam perjalanan tersebut sekitar pukul 5:30 sore, hujan badai mulai turun membasahi mobil dan jalanan.
Akhirnya setelah berjuang di jalan, tibalah di tempat tujuan dan sempat berhenti di sana sesaat untuk mengobrol. Setelah itu, penulis langsung berangkat pulang.
Sekitar pukul 6 sore, hujan badai semakin deras dan akhirnya badai salju dan es menghantam mobil dan jalanan.
Penulis sempat kaget karena buliran es menghantam atap mobil dan kaca depan agak keras. Ukurannya sebesar kacang polong. Tak tak tak, begitu suaranya ketika menyentuh mobil.
Jalanan kala itu sudah tertutup es dan salju setebal 10cm. Terlihat tebal kala mobil di depan melindas lapisan es tersebut.
Otamatis semua mobil merayap dari arah Chino Hills Parkway menuju Grand Ave, mengarah ke kota Diamond Bar.
Penulis mencoba memasuki jalan Founders Dr dari Chino Hills Parkway untuk menghemat jarak dan waktu tempuh. Di titik situlah lapisan es semakin tebal.
Penulis harus belok kiri dari pertigaan lampu merah untuk masuk ke Founders Dr dan ada satu mobil SUV berhenti tepat di depan penulis.
Begitu lampu hijau, supir mobil itu masih bergeming di lampu hijau yang menyala. Setelah menunggu 6 detik, maka penulis membunyikan klakson yang membuat dia sadar dan maju lalu belok kiri memasuki Founders Dr menuju Grand Ave.
Setelah berjalan beberapa meter, ternyata mobil tersebut kehilangan kendali dan berputar-putar di atas lapisan es tebal yang menutupi jalan.
Awalnya berputar ke kiri di jalur yang berlawanan, lalu menghantam sisi jalan dan terus berputar menghadap arah yang dituju. Mobil itu berhenti dan menyalakan lampu darurat.
Penulis yang berada di belakang mobil tersebut tetap melaju dengan pelan sekali untuk menjaga jarak. Dan setelah memastikan mobil tersebut aman, penulis terus melaju menuju Grand Ave.
Begitu sampai di lampu merah Grand Ave, hujan badai es semakin deras. Begitu lampu hijau menyala, beberapa mobil di depan dan penulis melaju dengan sangat pelan. Di arah yang berlawanan di lampu merah, mobil terus melaju tanpa berhenti total karena licinnya permukaan jalan.
Masing-masing mencoba untuk mengalah dan menjaga jarak. Untungnya di belakang mobil penulis tidak ada mobil. Meskipun ada, jarak mereka sangat jauh.
Itulah pertama kalinya penulis mengalami hujan badai es dan salju di atas jalanan California. Badai salju di kota besar California Selatan hampir tidak pernah terjadi. Dan jikapun itu terulang maka akan terjadi dalam kurun waktu yang lama. Terakhir terjadi pada tahun 2019.
Kembali pada kisah perjalanan pulang di tengah badai salju dan es, penulis mencoba mengendarai mobil dengan sangat pelan dan berhati-hati.
Tak lama berjalan di jalan Grand Ave, terlihat polisi yang mulai memblokir jalan yang berlawanan menuju Chino Hills. Dan ada polisi di jalur pulang. Mereka tetap bersiaga di titik turunnya badai.
Terkadang terlihat mobil ambulans dan truk pemadam kebakaran dari arah yang berlawanan.
Teringat bahwa posisi jalan Grand Ave menuju Diamond Bar merupakan jalanan yang berada di sepanjang tepi bukit atau tepi jurang. Itu dikarenakan kota Diamond Bar dan Chino Hills merupakan kota di atas bukit dengan ketinggian lebih dari 200 meter.
Maka penulis melaju di jalur bagian dalam untuk menghindari jurang. Itupun adalah jalanan yang menurun sehingga mobil akan turun dengan lebih cepat.
Karena mobil penulis adalah matic maka penulis menurunkan gigi rendah dan rem selalu digenjot secara perlahan untuk menahan laju mobil. Serta menjaga kestabilan kecepatan mobil dan tidak boleh berhenti secara mendadak untuk menghindari roda lepas kendali.
Belum lagi di tepi jurang tersebut sangat gelap tanpa cahaya bulan. Itu dikarenakan samping kiri dan kanan merupakan bukit hijau tanpa adanya gedung dan rumah. Maka satu-satunya harapan adalah lampu mobil yang agak redup dikarenakan oleh badai.
Saking pelannya mobil penulis melaju, otamatis mobil di depan sudah jauh ke depan. Penulis hanya bisa mengikuti jejak roda mereka yang membelah lapisan es agar roda bisa menggigit aspal dan melaju dengan aman.
Setelah mengalami ketegangan, akhirnya penulis memasuki kota Diamond Bar yang sudah tidak ada badai es, tetapi hujan masih tetap beraksi.
Syahdan penulis merasa tenang ketika memasuki kota Rowland Heights yang hujannya sudah mereda dan hampir sampai rumah.
Akhirnya penulis tiba di rumah pada pukul 6:30 sore. Dengan rasa syukur dan terima kasih. Penulis melepaskan lelah dan ketegangan dengan bersantai dan membalas komen dari Kompasianers.
Itulah pengalaman yang menegangkan saat melintas di atas jalan yang tertutup lapisan es tebal. Jalanan yang licin, suhu yang dingin sekitar 2 derajat Celcius. Gelapnya malam, melalui jalanan di tepi jurang. Serta mobil di depan yang lepas kontrol dan berputar.
Semua itu akan selalu teringat dan membuat penulis jera untuk pergi ke luar setelah badai nampak mereda namun belum sepenuhnya berhenti.
Pada akhirnya secangkir teh jahe menemani penulis melewati sisa hari yang menegangkan tersebut.
****
Penulis: Willi Andy, untuk Kompasiana.
Februari 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H