Para pengunjung festival akan berkumpul dekat dengan sungai, kolam, danau, pantai, atau di mana saja yang ada airnya.
Mengapa harus ada air? Karena mereka akan melepaskan semacam rangkaian bunga dengan berbagai hiasan daun pisang yang menyerupai keranjang, berbentuk bunga lotus dan bisa mengapung di atas air. Itulah yang disebut sebagai Loy Krathong.
Di samping itu, mereka bisa menaruh barang lainnya di atas Loy Krathong selain bunga seperti dupa, lilin, dan barang pribadi lainnya berupa beberapa helai rambut, potongan kuku, atau potongan kain dari baju yang pernah dikenakan.
Tradisi Loy Krathong dilakukan sebagai suatu bentuk ungkapan rasa syukur dan terima kasih terhadap dewa air. Pun untuk meminta maaf atas pemakaian air yang banyak dan polusi air.
Beberapa pengunjung juga berdoa dengan melepaskan Loy Krathong dengan mengharapkan kebahagiaan berupa kesehatan dan kesuksesan dalam karir dan cinta.
Acara pelepasan Loy Krathong akan dimulai ketika matahari mulai tenggelam agar cahaya lilin di atas Krathong bisa terlihat lebih indah.
Sebelum mereka melepas Krathong yang sudah dipenuhi dengan barang pribadi di atas air, mereka akan berdoa penuh harap agar energi negatif menjadi netral dan membuang jauh-jauh kemalangan yang mungkin terjadi dalam hidup ini.
Festival ini dilaksanakan menurut kalendar negara Thailand berdasarkan peredaran bulan. Yaitu peredaran bulan purnama yang ke-12 dari Thai lunar kalender. Sekitar bulan November di setiap tahunnya.
Pengunjung yang melepaskan Krathong adalah mereka yang masih single alias jomlo dan yang sudah berpasangan.
Merupakan kesempatan yang besar bagi yang jomlo untuk melakukan pendekatan terhadap pengunjung yang masih single di sana. Mereka bisa saling berkenalan dan siapa tahu klop satu sama lainnya.
Sedangkan bagi yang sudah memiliki pasangan dan pergi bersama ke festival, mereka bisa berdoa bersama dengan melepaskan Krathong milik mereka.