Mohon tunggu...
Willi Andy
Willi Andy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup dengan cinta dan kasih sayang

Berjuang dengan sungguh-sungguh tanpa lelah dan penuh perhatian

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

3 Langkah Merintis Bisnis UMKM

16 Januari 2023   04:18 Diperbarui: 20 Januari 2023   21:04 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang wanita sedang membuka toko | sumber: pexels.com @Tim Douglas

Memasuki bulan Januari selalu ada saja harapan baru yang menanti kita dalam menjalani segala rutinitas sehari-hari dalam waktu setahun.

Bulan Januari juga memberikan kita kesempatan untuk memulai hal yang belum pernah kita lakukan di tahun-tahun sebelumnya.

Apa sih yang belum pernah kita lakukan sebelumnya? Apakah merintis sebuah bisnis? Bagaimana kalau di bulan Januari ini kita mencoba untuk melakukannya?

Tidak perlu sampai merintis bisnis yang berskala besar atau makro. Cukup mencoba bisnis berskala mikro, kecil atau menengah dulu.

Nanti kalau kita sudah tahu seluk beluk bisnis yang kita tekuni dan bisa menghasilkan profit yang melebihi target, kita bisa meningkatkannya menjadi lebih besar.

Namun sebelum sampai ke sana, ada baiknya kita memiliki strategi dalam merintis bisnis baru.

Dari sini penulis mencoba berbagi informasi tentang bagaimana caranya untuk memulai bisnis. Apakah itu bisnis mikro, kecil atau menengah.

Penulis membagi 3 langkah dalam merintis startup bisnis. Yuk disimak saja.

1. Buat rencana awal.

Bisnis yang kita rintis pastinya punya target pasar. Target pasar ini bisa berupa para konsumen yang akan membeli produk yang kita tawarkan.

Dari sini kita bisa menentukan pasar market nya siapa. Contohnya jika target itu adalah anak muda maka kita bisa menjual barang yang biasanya mereka butuh.

2. Survei pasar dan pesaing bisnis.

Untuk tahap ini, kita harus mencari tahu apa yang disukai oleh pasar yang dijadikan sasaran.

Misalnya produk yang dijual untuk para ibu rumah tangga. Nah kita harus mencoba menjadi emak-emak dahulu hehe. Tapi bukan berperan sebagai emak-emak, melainkan kita harus mencoba untuk berpikir ala emak-emak. Apa sih yang mereka cari di market.

Dari apa yang disukai oleh pasar, maka itulah jenis produk yang kita tawarkan melalui bisnis tersebut.

Lalu kita cari tahu apa sih kekurangan dan kelebihan kompetitor. Di sini kita harus jeli melihat pasar yang sudah berjalan dengan baik. Dengan melihat semua sisi dari para pesaing, kita bisa belajar dari mereka.

Tentunya belajar dan mengamati bisnis pesaing perlu ketelitian. Terkadang hal tersebut tidak mudah karena pastinya mereka tidak ingin membocorkan rahasia perusahaan atau bisnis.

Kendati demikian, kita bisa mencoba melihat harga, produk, kualitas, layanan, lokasi, dan strategi kompetitor. Setidaknya kita bisa mulai mempelajari kekurangan dan kelebihan mereka dari sana.

Di samping itu, kita juga perlu mencari tahu apa masalah yang dialami oleh konsumen. Hal ini juga berhubungan erat dengan harga, produk, kualitas, layanan, dan lokasi bisnis.

Selagi kita mencari tahu kendala konsumen, kita bisa mencari solusinya juga saat itu.

Contohnya jika konsumen harus berhadapan dengan harga yang mahal (masalah), kita bisa menawarkan harga yang lebih murah (solusi).

Atau jika kendala mereka berupa produk pasar yang tidak terlalu menarik, aman, dan kuno. Maka kita bisa melakukan inovasi produk yang tampilannya lebih menarik, aman, dan modern.

Tentunya solusi yang kita tawarkan terhadap calon konsumen bukan sembarang solusi. Solusi yang dimaksud penulis adalah produk yang bisa menjawab setiap keluhan mereka jika memang memungkinkan.

3. Buat anggaran keuangan.

Banyak nih pelaku bisnis mikro, kecil bahkan menengah tidak punya anggaran terperinci. Mereka hanya tahu profit saja. Apa yang masuk ke kantong (gross profit), itulah yang menjadi patokan mereka.

Padahal hal tersebut tidak terlalu tepat. Mereka hanya melihat flow uang yang masuk tanpa banyak perhitungan biaya pengeluaran.

Bisnis mereka mungkin bisa saja bertahan dari tahun ke tahun, namun proses untuk berkembang akan sulit.

Hal tersebut dikarenakan mereka memandang remeh semua biaya pengeluaran dalam menjalankan bisnis.

Maka dari itu akan sangat baik bila kita membuat catatan anggaran keuangan secara rutin dan jelas. Apa saja yang berupa biaya pengeluaran harus dicatat.

Setidaknya ada 3 biaya secara garis besarnya dalam merintis bisnis. Yaitu biaya awal, biaya operasional, dan biaya pemasaran atau marketing.

Ketiga biaya tersebut bisa berkembang menjadi lebih kompleks dan mendetail tergantung bisnis yang kita rintis.

Pokoknya pastikan catat itu semua, dengan demikian kita tahu apakah bisnis kita sehat atau bermasalah.

Bisnis yang sehat adalah bisnis yang bisa berjalan dengan baik secara stabil dari waktu ke waktu dan bisa menghasilkan profit bersih sesuai dengan yang telah direncanakan.

Sedangkan bisnis yang bermasalah adalah bisnis yang pengeluarannya lebih besar daripada pendapatan. Bahkan sampai memiliki hutang yang cukup besar dan sulit dilunasi.

Nah itulah 3 tahap atau langkah untuk merintis bisnis, syukur-syukur bisa menjadi startup yang jarang ditemukan di pasar bisnis dan langsung booming.

Sekarang kita sudah tahu 3 tahap dalam merintis suatu bisnis. Lalu tunggu apa lagi kalau benar-benar ingin merintisnya.

Pastikan semuanya sudah terpenuhi dengan baik, niscaya bisnis akan mulai berjalan dengan baik meskipun terkadang muncul faktor X yang menjadi suatu masalah dalam berbisnis.

****

Penulis: Willi Andy untuk Kompasiana.
Januari 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun